Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

11 September Hari Radio Nasional, Begini Sejarahnya

Melani Pau
10/9/2024 19:50
11 September Hari Radio Nasional, Begini Sejarahnya
Hari radio nasional 11 September(Freepik)

RADIO merupakan salah satu media massa elektronik tertua yang telah menjadi bagian penting dalam sejarah perkembangan teknologi komunikasi dan alat komunikasi

Tidak hanya radio, media seperti televisi, surat kabar, dan majalah juga turut serta dalam mencatat sejarah media massa. Karakteristik unik media massa dan penyiaran yang dimiliki radio menjadikannya sebagai media komunikasi pilihan untuk menyampaikan pesan secara cepat dan serentak sejak awal kehadirannya.

Tonggak sejarah radio di dunia dimulai pada tahun 1920 di Amerika Serikat, yang dikenal sebagai Negeri Paman Sam. Sementara itu, sejarah radio di Indonesia dimulai lima tahun setelahnya, tepatnya pada tanggal 16 Juli 1925. Perjalanan panjang radio di Indonesia tidak hanya melibatkan Radio Republik Indonesia (RRI), tetapi juga sejarah perkembangan radio swasta nasional yang memainkan peran besar dalam mendampingi perjalanan sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga saat ini.

Baca juga : Rayakan Hari Teddy Bear 9 September dengan Cara menarik Berikut Ini!

Tanggal 11 September diperingati sebagai Hari Radio Nasional, yang juga merupakan hari lahirnya Radio Republik Indonesia (RRI) pada 11 September 1945. Maka tak heran jika tanggal ini sering disebut sebagai Hari RRI, mengenang kontribusi besar RRI dalam dunia penyiaran dan informasi di Indonesia sejak masa-masa awal kemerdekaan hingga kini.

Namun, pernahkah Anda mengetahui bagaimana sejarah peringatan Hari Radio atau Hari RRI?

Berikut ini adalah sejarahnya.

Baca juga : 9 September Ditetapkan Sebagai Hari Olahraga Nasional, Ini Tujuan dan Sejarahnya

Sejarah Radio Republik Indonesia 

Radio Republik Indonesia (RRI) didirikan satu bulan setelah siaran radio Hoso Kyoku dihentikan pada 19 Agustus 1945. Pada masa itu, masyarakat kehilangan akses informasi dan kebingungan mengenai langkah-langkah yang harus diambil setelah Indonesia merdeka.

Selain itu, radio-radio luar negeri memberitakan bahwa pasukan Inggris yang mewakili Sekutu akan menduduki Jawa dan Sumatera.

Pasukan Inggris diberitakan akan melucuti tentara Jepang dan menjaga keamanan hingga pemerintahan Belanda dapat kembali berkuasa di Indonesia.

Baca juga : Jerman: Sejarah Singkat, Ekonomi, Populasi, dan Seni

Dari laporan tersebut, diketahui bahwa Sekutu masih mengakui kedaulatan Belanda atas Indonesia, dan Belanda berencana mendirikan pemerintahan bernama Netherlands Indies Civil Administration (NICA).

Menanggapi situasi ini, para mantan penyiar radio pada masa pendudukan Jepang menyadari bahwa radio merupakan alat yang sangat dibutuhkan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk berkomunikasi dan memberikan arahan kepada rakyat. Perwakilan dari delapan bekas radio Hoso Kyoku kemudian mengadakan pertemuan dengan pemerintah di Jakarta.

Pada 11 September 1945 pukul 17:00, delegasi radio berkumpul di bekas gedung Raad van Indië, Pejambon, dan diterima oleh Sekretaris Negara.

Baca juga : Ini Tips Mengemas Konten Sejarah Menjadi Menarik di Tiktok

Delegasi tersebut terdiri dari Abdulrahman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto, dan Maladi.

Dalam pertemuan tersebut, Abdulrahman Saleh, sebagai ketua delegasi, memaparkan garis besar rencana yang diusulkan, termasuk imbauan kepada pemerintah untuk mendirikan radio sebagai alat komunikasi antara pemerintah dan rakyat, mengingat tentara sekutu akan mendarat di Jakarta pada akhir September 1945.

Radio dipilih karena kemampuannya menyampaikan informasi dengan cepat dan tahan gangguan, terutama selama pertempuran.

Untuk mendukung operasional radio, delegasi mengusulkan agar pemerintah meminta izin kepada Jepang untuk menggunakan studio dan pemancar radio Hoso Kyoku.

Namun, Sekretaris Negara dan para menteri menyatakan keberatan karena peralatan tersebut telah terdaftar sebagai inventaris sekutu.

Meskipun demikian, delegasi radio memutuskan untuk melanjutkan rencana mereka sambil mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul.

Pada akhir pertemuan, Abdulrahman Saleh menyimpulkan beberapa keputusan penting, antara lain pembentukan Persatuan Radio Republik Indonesia (RRI) yang akan melanjutkan siaran dari delapan stasiun di Jawa, mempersembahkan RRI kepada Presiden dan Pemerintah RI sebagai alat komunikasi dengan rakyat, serta mengimbau agar seluruh komunikasi antara pemerintah dan RRI disalurkan melalui Abdulrahman Saleh.

Pemerintah menyetujui kesimpulan ini dan berjanji untuk mendukung RRI, meskipun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa hal.

Pada pukul 24:00, delegasi dari delapan stasiun radio di Jawa mengadakan rapat di kediaman Adang Kadarusman. Delegasi yang hadir termasuk Soetaryo dari Purwokerto, Soemarmadi dan Soedomomarto dari Yogyakarta, Soehardi dan Harto dari Semarang, Maladi dan Soetarji Hardjolukito dari Surakarta, serta Darya, Sakti Alamsyah, dan Agus Marahsutan dari Bandung. Dua daerah lainnya, Surabaya dan Malang, tidak dapat mengirim perwakilan.

Rapat tersebut menghasilkan keputusan untuk mendirikan Radio Republik Indonesia (RRI) dengan Abdulrahman Saleh sebagai pemimpinnya.

Hingga saat ini, radio terus berkembang pesat dan tetap menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Meskipun dunia media semakin dipenuhi oleh televisi dan internet, radio tetap memegang peran yang sangat penting sebagai sumber informasi, hiburan, dan pendidikan.

Radio bukan hanya media untuk menikmati musik dan siaran hiburan, tetapi juga sebagai alat yang memungkinkan pendengar tetap terhubung dengan berita terbaru dan program-program menarik di berbagai bidang.

Dalam keseharian, radio berfungsi sebagai teman setia, baik di mobil, rumah, maupun tempat kerja. Teknologi yang terus maju telah memperkaya pengalaman mendengarkan radio.

Dari penemuan tabung vakum yang memperkuat sinyal, radio transistor yang menjadikannya lebih portabel, hingga radio online yang memungkinkan akses melalui internet, semua inovasi ini mendukung kualitas suara dan fitur tambahan seperti tampilan interaktif dan konektivitas dengan perangkat lain.

Meskipun era digital menawarkan berbagai media baru, radio tetap relevan berkat kemudahan akses dan cakupan yang luas.

Kepraktisannya menjadikannya pilihan utama bagi banyak orang, menawarkan program-program beragam mulai dari berita terkini, hiburan, musik, hingga pendidikan.

Dengan kehadiran yang konsisten di berbagai aspek kehidupan, radio terus memikat hati pendengarnya dan membuktikan dirinya sebagai media komunikasi yang tak tergantikan. (mpn.kominfo.go.di, kpi.go.id & pakarkomunikasi.com/Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya