Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Pelayanan Pengobatan TBC dan HIV Terimbas Pandemi Covid-19

Agus Utantoro
28/8/2024 18:48
Pelayanan Pengobatan TBC dan HIV Terimbas Pandemi Covid-19
Petugas medis memperlihatkan hasil rontgen paru-paru warga terindikasi TBC.(Dok. Antara/Rina Nur)

TERJADINYA pandemi Covid-19 selama beberapa tahun sejak awal 2020, telah berdampak secara nyata pada penanganan penyakit tuberkulosis (TBC) dan HIV. Salah satunya adalah terganggunya akses pasien terhadap fasilitas kesehatan, kesulitan finansial yang terjadi sebagai imbas dari kehilangan pekerjaan hingga beralihnya fokus tenaga kesehatan untuk menangani Covid-19.

Hal ini merupakan temuan dari penelitian The Domino Study. Penelitian itu sendiri dilakukan oleh Pusat Kedokteran Tropis (PKT) UGM, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, UNSW dan London School of Health Tropical Medicine yang berlangsung lebih dari 2 tahun. Penelitian tersebut dilaksanakan dengan membandingkan layanan HIV dan TBC sebelum dan selama pandemi di Kota Yogyakarta dan Bandung.

Kedua kota dipilih karena beban kasusnya yang tinggi,” jelas Peneliti Utama The DOMINO Study Prof. dr. Ari Probandari, Rabu, (28/8).

Baca juga : Edukasi Masyarakat terkait TB secara Masif Harus Segera Dilakukan

Dalam acara Dialog Kebijakan yang hybrid tersebut, Prof. Ari memaparkan hasil dan rekomendasi secara komprehensif di hadapan para peserta dialog yang meliputi pemangku kepentingan, tenaga medis, akademisi hingga masyarakat umum yang bergabung.

Para peneliti mengumpulkan data dari sistem informasi TBC dan HIV di kedua wilayah tersebut. Dari data tersebut, peneliti mengetahui terjadinya penurunan jumlah pasien yang menjalani tes TBC hingga 38 persen. Padahal penemuan kasus merupakan unsur penting dalam upaya eliminasi TBC di Indonesia.

“Angka pengobatan yang tidak berhasil juga naik satu setengah kali lipat,” imbuh Prof. Ari.

Baca juga : Dokter Paru: Pemeriksaan TBC 60 Ribu Orang Sebulan Jadi Tantangan Besar

Penurunan juga terjadi pada penanganan HIV meliputi seperti angka kunjungan pasien ke fasilitas kesehatan dan pasien yang memulai serta tetap menjalani terapi pengobatan HIV.

Dikatakan, penelitian dilakukan secara kualitatif ini juga menghasilkan beberapa temuan seperti hilangnya kemampuan finansial menyebabkan beberapa pasien putus berobat.

“Meski biaya pengobatan ditanggung pemerintah, pasien tetap ada pengeluaran untuk berobat,” jelas Prof. Ari.

Baca juga : Jangan Tertipu Mitos! Ini Fakta Seputar TBC

Berdasarkan temuan tersebut, para peneliti mengajukan beberapa rekomendasi, salah satunya adalah memperluas cakupan asuransi kesehatan untuk pasien yang kehilangan pekerjaan terkait pandemi.Setelah sesi pemaparan hasil dan rekomendasi, dialog dilanjutkan dengan tanggapan dari berbagai pihak yang hadir seperti Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan Bandung, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Sardjito dan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM.

Ketua Tim Kerja HIV & PIMS Kemenkes RI, Endang Lukitosari, mengungkapkan temuan dari studi ini dibutuhkan untuk meningkatkan awareness guna mengantisipasi kedaruratan seperti pandemi Covid-19 yang lalu.

“Kami juga perlu menerapkan diversifikasi layanan,” kata dr. Endang merespon paparan tim peneliti.

Baca juga : Memahami Tuberkulosis: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya

Tujuannya, katanya agar pelayanan kepada pasien tidak terputus.

Ketua Tim Kerja TBC Kementerian Kesehatan, Tiffany Tiara Pakasi, juga menyampaikan hal yang sama.

“Kalau terkait kehabisan obat itu memang kami rebutan sedunia,” beber Tiara.

Salah satu temuan penelitian juga menyebutkan adanya kendala yang dialami saat pandemi adalah habisnya persediaan obat.

Sementara Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ira Dewi Jani, mengapresiasi temuan penelitian ini untuk melakukan advokasi kepada pemerintah daerah.

“Kami merasa pandemi ini berdampak, tapi kan harus dibuktikan secara ilmiah,” terang Ira. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya