Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
TERJADINYA pandemi Covid-19 selama beberapa tahun sejak awal 2020, telah berdampak secara nyata pada penanganan penyakit tuberkulosis (TBC) dan HIV. Salah satunya adalah terganggunya akses pasien terhadap fasilitas kesehatan, kesulitan finansial yang terjadi sebagai imbas dari kehilangan pekerjaan hingga beralihnya fokus tenaga kesehatan untuk menangani Covid-19.
Hal ini merupakan temuan dari penelitian The Domino Study. Penelitian itu sendiri dilakukan oleh Pusat Kedokteran Tropis (PKT) UGM, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, UNSW dan London School of Health Tropical Medicine yang berlangsung lebih dari 2 tahun. Penelitian tersebut dilaksanakan dengan membandingkan layanan HIV dan TBC sebelum dan selama pandemi di Kota Yogyakarta dan Bandung.
Kedua kota dipilih karena beban kasusnya yang tinggi,” jelas Peneliti Utama The DOMINO Study Prof. dr. Ari Probandari, Rabu, (28/8).
Baca juga : Edukasi Masyarakat terkait TB secara Masif Harus Segera Dilakukan
Dalam acara Dialog Kebijakan yang hybrid tersebut, Prof. Ari memaparkan hasil dan rekomendasi secara komprehensif di hadapan para peserta dialog yang meliputi pemangku kepentingan, tenaga medis, akademisi hingga masyarakat umum yang bergabung.
Para peneliti mengumpulkan data dari sistem informasi TBC dan HIV di kedua wilayah tersebut. Dari data tersebut, peneliti mengetahui terjadinya penurunan jumlah pasien yang menjalani tes TBC hingga 38 persen. Padahal penemuan kasus merupakan unsur penting dalam upaya eliminasi TBC di Indonesia.
“Angka pengobatan yang tidak berhasil juga naik satu setengah kali lipat,” imbuh Prof. Ari.
Baca juga : Dokter Paru: Pemeriksaan TBC 60 Ribu Orang Sebulan Jadi Tantangan Besar
Penurunan juga terjadi pada penanganan HIV meliputi seperti angka kunjungan pasien ke fasilitas kesehatan dan pasien yang memulai serta tetap menjalani terapi pengobatan HIV.
Dikatakan, penelitian dilakukan secara kualitatif ini juga menghasilkan beberapa temuan seperti hilangnya kemampuan finansial menyebabkan beberapa pasien putus berobat.
“Meski biaya pengobatan ditanggung pemerintah, pasien tetap ada pengeluaran untuk berobat,” jelas Prof. Ari.
Baca juga : Jangan Tertipu Mitos! Ini Fakta Seputar TBC
Berdasarkan temuan tersebut, para peneliti mengajukan beberapa rekomendasi, salah satunya adalah memperluas cakupan asuransi kesehatan untuk pasien yang kehilangan pekerjaan terkait pandemi.Setelah sesi pemaparan hasil dan rekomendasi, dialog dilanjutkan dengan tanggapan dari berbagai pihak yang hadir seperti Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan Bandung, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Sardjito dan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM.
Ketua Tim Kerja HIV & PIMS Kemenkes RI, Endang Lukitosari, mengungkapkan temuan dari studi ini dibutuhkan untuk meningkatkan awareness guna mengantisipasi kedaruratan seperti pandemi Covid-19 yang lalu.
“Kami juga perlu menerapkan diversifikasi layanan,” kata dr. Endang merespon paparan tim peneliti.
Baca juga : Memahami Tuberkulosis: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya
Tujuannya, katanya agar pelayanan kepada pasien tidak terputus.
Ketua Tim Kerja TBC Kementerian Kesehatan, Tiffany Tiara Pakasi, juga menyampaikan hal yang sama.
“Kalau terkait kehabisan obat itu memang kami rebutan sedunia,” beber Tiara.
Salah satu temuan penelitian juga menyebutkan adanya kendala yang dialami saat pandemi adalah habisnya persediaan obat.
Sementara Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ira Dewi Jani, mengapresiasi temuan penelitian ini untuk melakukan advokasi kepada pemerintah daerah.
“Kami merasa pandemi ini berdampak, tapi kan harus dibuktikan secara ilmiah,” terang Ira. (Z-9)
Indonesia kini menempati posisi kedua dengan jumlah kasus Tuberkulosis terbanyak di dunia, setelah India.
Di Kota Tasikmalaya, kasus TBC cukup tinggi. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan sistem deteksi pelaporan hingga kasusnya bisa menurun
Akibat penyakit tersebut 15 orang meninggal dunia sebelum mendapatkan pengobatan.
PRESIDEN Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang jadi saksi penandatanganan 12 nota kesepahaman (MoU) strategis dalam kunjungan resmi
Vaksin BCG, yang utamanya digunakan untuk melawan tuberkulosis (TBC), terbukti sangat efektif dalam melindungi bayi baru lahir dan anak kecil dari berbagai infeksi bakteri dan virus lainnya
Tuberkulosis (TBC) masih terus menjadi tantangan kesehatan global yang memerlukan perhatian serius.
Ilmuwan temukan elemen genetik tersembunyi dalam virus HTLV-1 yang memungkinkan virus ini tetap “bersembunyi” di dalam tubuh tanpa terdeteksi sistem imun.
Pemkab Manggarai Barat, NTT, mengimbau masyarakat untuk rutin melakukan tes VCT (Voluntary Counselling and Testing) guna mendeteksi HIV secara dini.
SETELAH aktif melakukan edukasi terkait kesehatan di media sosial, kini dokter Tony Sukentro menghadirkan serial video kesehatan. Episode perdananya mengangkat soal penyebaran HIV.
Orang yang terkena HIV memiliki gejala awal ringan dan mungkin tidak disadari penderitanya. Pada tahap awal infeksi HIV disebut infeksi akut
Selama enam bulan yakni Januari - Juni, ditemukan 81 kasus pengidap Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
KEMENTERIAN Kesehatan RI mencatat, hingga Maret 2025, terdapat 2.700 remaja usia 15-18 tahun di Indonesia yang hidup dengan HIV. Temuan itu menunjukkan penularan HIV tidak terbatas di dewasa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved