Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Simak Penjelasan Ahli untuk Membedakan Gejala DBD, Tifus, Malaria

Indriyani Astuti
12/8/2024 09:46
Simak Penjelasan Ahli untuk Membedakan Gejala DBD, Tifus, Malaria
Gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang dapat menularkan DBD.(Dok.MI)

 

AHLI dari Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menjelaskan beberapa gejala untuk membedakan demam berdarah dengue (DBD), tipus, dan malaria. Meskipun diakuinya cukup sulit membedakan gejala tiga jenis penyakit tersebut. 

 

Baca juga : Ini Perbedaan Gejala DBD, Tipus, dan Malaria

“Cukup sulit (membedakannya) karena gejalanya sama demam,” kata dr Adityo Susilo, Sp.PD-KPTI, FINASIM, dari Divisi Infeksi Tropis Fakultas Kedokteran dilansir dari Antara.

 

DBD, terang Adityo, merupakan penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, ujarnya. Ciri-ciri nyamuk demam berdarah adalah terdapat bintik-bintik putih pada tubuhnya, tambahnya.

Baca juga : Makanan yang Wajib Dikonsumsi Pasien Demam Berdarah

 

Salah satu gejala DBD yang mencolok, sambung dia, demam tinggi yang muncul secara tiba-tiba dan disertai sakit kepala hebat, mata terasa berat, nyeri otot, dan lemas.

 

Baca juga : Meningkat Tajam, Kasus DBD di Klaten Tembus 1.009 Sepanjang 2024, 31 Warga Meninggal

Infeksi ini, sebutnya, juga dapat mengganggu proses pencernaan di lambung.

 

“ Oleh karena itu, penderita juga sering merasa mual, nyeri pada ulu hati, sehingga kemampuan makan dan minum sangat berkurang,” terang Adityo.

Baca juga : DBD di Klaten Tembus 1.009 Kasus, 31 Warga Meninggal

 

Gejala-gejala tersebut, kata dia, muncul pada fase awal, saat virus masih sangat aktif, dan umumnya berlangsung selama tiga hari.

 

Ia mengingatkan bahwa  setelah demam turun, harus berhati-hati sebab pasien justru memasuki fase kritis.

 

“Antibodi mulai terbentuk dan bersifat lebih destruktif. tapi beberapa kasus bisa meluas,” tambahnya.

 

“Suatu saat di akhir fase kritis, demamnya bisa muncul kembali, tapi tidak setinggi demam di awal fase. Setelah itu, pasien baru memasuki fase penyembuhan. Tentu saja kondisinya akan kembali normal. membaik, jumlah trombosit akan meningkat, dan kondisi akan pulih,” ujarnya.

 

Sedangkan penyakit tifus (biasa disebut tifus), terang Adityo, disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang biasanya terdapat pada air atau makanan yang terkontaminasi. Gejala demam tifoid tidak muncul secara tiba-tiba seperti demam berdarah, melainkan bertahap, tambahnya. 

 

“Demamnya mengikuti pola tangga, semakin hari demamnya semakin tinggi,” ujarnya. Gejala demam tifoid mengikuti pola sebaliknya, tegasnya. 

 

Demam pasien pada malam hari lebih tinggi dibandingkan pada pagi atau siang hari. Ia juga mengatakan, penyakit tifus memiliki gejala yang berhubungan dengan pencernaan. Oleh karena itu, seorang penderita akan mengeluh sembelit atau sulit buang air besar. Namun, Adityo mengatakan beberapa pasien mungkin mengalami diare.

 

Di sisi lain, malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.  Gejala penyakit ini, menurut Adityo, lebih khas. 

 

“Malaria gejalanya lebih khas. Triad malaria merupakan gejala spesifik penyakit ini,” kata dia. 

 

Triad malaria terdiri atas fase dingin yakni fase yang penderita menggigil hebat, fase panas atau fase demam tinggi, dan fase berkeringat saat demam mulai mereda secara bertahap, namun pasien banyak berkeringat.

 

“Berbeda dengan demam berdarah, demam akibat malaria akan turun dengan sendirinya meski tidak diobati,” tambahnya. (Ant/H-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya