Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

G3N Project Sandingkan Karya Emerging Artist dan Maestro

Basuki Eka Purnama
10/8/2024 12:52
G3N Project Sandingkan Karya Emerging Artist dan Maestro
Seniman Heri Dono dan General Manager G3N Project Andry Permadi.(MI/HO)

GALERI seni G3N Project selalu punya cara unik untuk dilirik. Menghadirkan 2 seniman maestro dan 3 emerging artist (artis pendatang baru) dalam satu ruang pamer di ArtMoments yang dihelat 9-11 Agustus 2024, mereka berhasil menampilkan pemandangan kontras. 

Karya maestro lukis Heri Dono bersanding apik dengan karya seni maestro pelukis wanita mendiang I Gusti Ayu Kadek Murniasih dan seniman muda Sherry Winata. 

Dipisahkan panel, giliran karya Redmiller Blood (Peter Rhian Gunawan) dan Arkiv Vilmansa asyik berdampingan dengan warna-warni indah. 

Baca juga : Seniman Erica Hestu Tampilkan Karya Adventure of a Thousand Colors

Arkiv, yang tidak hadir di pembukaan ArtMoments 2024, menitipkan cukup banyak karya di booth B5-B6 G3N Project. 

Artis kelahiran Bandung, 1979 itu dikenal dengan lukisan terinspirasi karakter kartunnya yang menekankan bentuk dua dimensi dan garis tebal dengan warna-warna cerah dan cerah. 

Karya Arkiv secara visual dipengaruhi seni jalanan, mainan, fashion, alam, dan subkultur dengan kenangan masa kecil sebagai jangkarnya. 

Baca juga : Sinar Mas Land Gelar Pameran Karya Seni Maymorable di BSD City

Dilatih sebagai seorang arsitek, Arkiv mendapati etos dan metode kerjanya lebih terstruktur dan kritis sekaligus mampu menjaga ekspresi artistiknya tetap mentah dan membebaskan. 

Didorong oleh rasa ingin tahu dan kecintaan terhadap seni visual, Arkiv mengeksplorasi batas-batas cat dan lukisan. Menghasilkan berbagai medium dan karya visual unik mulai dari lukisan, mainan, cetakan, dan patung. 

Arkiv mewujudkan penemuan barunya dalam lukisan karakter kartunnya. Warna, bentuk, garisnya diperoleh dan dipengaruhi oleh para jenius kreatif di industri yang paling dia hormati Takashi Murakami dan nigo. 

Baca juga : Kemendikbud-Ristek Berikan Dana Apresiasi Tahunan Kepada 44 Seniman

Selama hampir 20 tahun karier seninya bekerja, berkolaborasi dengan galeri seni multinasional, perusahaan dan merek seperti IKEA, Volkswagen, ASTRA, OPPO, BAPE dan masih banyak lagi. 

Arkiv, saat ini, berada di bawah pengelolaan BAPE Gallery Jepang dan karyanya juga sangat dicari oleh kolektor seni besar dan pengunjung seni di wilayah tersebut.

Peter Rhian Gunawan juga masih setia mengusung karakter Redmiller Blood yang imut dan penuh warna, namun menyimpan banyak kepedihan, tergantung memesona di booth G3N Project. 

Baca juga : Rangkul Seniman Muda, KitKat dan The Goods Dept Dorong Ekonomi Kreatif

Seniman muda yang juga dosen DKV itu, fokus menciptakan dan menjelajahi dunia lukisan dan mainan seni di sekitar karakternya.

"Karakter Redmiller Blood menampilkan kompleksitas pengalaman manusia dengan melihat sekeliling. Salah satu sumber inspirasi lukisan ini adalah mahasiswa-mahasiswi saya," akunya saat diwawancara dalam pembukaan ArtMoments di Hotel Sheraton, Gandaria City Mal, Jakarta, Jumat (9/8).

Peter menggunakan ikon berambut merah dan dibangun dengan bingkai kecil dan ramah. Redmiller sendiri mewakili manusia dalam fitur kami dan banyak aspek psikologis. 

"Dia yang dianggap pemberani, menyenangkan, dan diterima masyarakat juga mengalami kesulitan internal. Redmiller Blood mencerminkan banyak dari kita, yang pada kenyataannya, jauh di lubuk hati, sangat rapuh, dalam penyangkalan, tidak aman dan kadang-kadang merasa ditolak," bebernya.

Namun mata Redmiller adalah apa yang disebutnya air mata pelangi. Ia ingin menjadikan Redmiller sebagai representasi harapan/ hope. 

"Selama kita tetap menjaga harapan dan keyakinan pada diri kita. sambil berjuang melewati masa-masa terburuk, pada akhirnya semua masalah akan terselesaikan dengan indah pada waktunya," imbuhnya.

Selama kurun 2020-2024, karya seni Peter telah dipamerkan di berbagai pameran di seluruh dunia, termasuk Hong Kong, Shanghai, Korea, Australia, Madrid, New York, Jakarta, dan Singapura. Peter Rhian juga telah menjadi bagian dari Cross Studio Asia sebagai artis resmi.

Pembukaan ArtMoments makin semarak dengan pertunjukan seni Heri Dono. Nyeleneh tapi sukses membuat decak kagum para pengunjung. 

Ia membiarkan tubuhnya menjadi karya seni instalasi.  Pada tubuhnya dipasang berbagai peralatan elektronik dan mekanik yang bergerak serta diiringi oleh elemen-elemen lain yang sekaligus mengeksplorasi suara.

Sebelumnya, Heri Dono juga banyak menceritakan karya lukis fenomenal berjudul Trump Unity. 

Pada 6 Januari 2021, ia menyaksikan ribuan pendukung Presiden Donald Trump secara masif menyerbu dan menguasai Capitol Hill di Washington DC sebagai aksi penolakan atas kemenangan Joe Biden, presiden baru terpilih.

"Ini merupakan peristiwa yang sangat mengejutkan mengingat banyak orang di seluruh dunia menilai bahwa AS merupakan negara demokrasi yang paling liberal dan menjadi kiblat masyarakat global akan kemerdekaan berpikir, berpendapat dan berekspresi," ucapnya membuka perbincangan.

Karya yang dibuat selama kurun waktu 3 tahun itu, terinspirasi dari sebuah lukisan berjudul The Age of Pericles yang dibuat pada 1853 oleh Philipp von Foltz. Pada lukisan tersebut terlihat sosok Pericles sedang menyampaikan pidato penghormatan untuk orang-orang Athena yang tewas dalam Perang Peloponnesia.

"Dalam lukisan ini, saya juga memasukkan peristiwa pembunuhan seorang warga kulit hitam Amerika, George Floyd, di Minneapolis pada 26 Mei 2020 silam. Peristiwa tersebut kemudian memicu gerakan protes besar yang menyuarakan #BlackLives Matter di seluruh dunia. Saya menggambarkan sosok Presiden Donald Trump sedang berdiri di pojok kiri lukisan ini, tergeletak seperti tertembak," paparnya panjang lebar.

Sementara itu, General Manager G3N Project Andry Permadi mengatakan, pihaknya memilih memadukan karya seniman maestro dan artis pendatang baru agar ruang pamer menjadi dinamis.

Ia juga menilai, kolaborasi kelima seniman yang mereka usung bisa menjadi cerminan bagaimana luasnya pasar seni di tanah air. 

"Kolektor seni tinggal pilih, mau membeli karya seni maestro atau karya pendatang baru yang tidak kalah potensialnya di masa depan," bebernya.

Sebab, menurutnya, baik maestro maupun emerging artist, keduanya punya pasar yang potensial. 

"Range harga mereka juga sangat variatif, dari puluhan juta hingga miliaran," tutupnya. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya