Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SEJUMLAH prestasi telah ditorehkan atlet Indonesia di ajang-ajang bergengsi, salah satunya kemenangan Timnas Indonesia di ajang AFF U19 Youth Championship. Tentu hal ini memberikan kebanggaan untuk Tanah Air.
Terakhir kali, Indonesia menjadi juara Piala AFF U19 pada 2013 setelah mengalahkan Vietnam. Menariknya, kemenangan ini sama-sama diraih di Jawa Timur dengan pelatih Indra Sjafri. Di balik gemilangnya prestasi tersebut, ada peran penting seorang psikolog klinis yang turut mendukung kesiapan mental para pemain. Salah satunya, Afif Kurniawan S.Psi M.Psi, dosen Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR).
Afif berperan sebagai psikolog klinis untuk para pemain Timnas. Bersama rekannya, Afif berperan mendukung kesiapan mental para pemain selama fase Training Camp (TC) hingga kejuaraan berlangsung.
Baca juga : Ini Daftar Lengkap 29 Atlet Indonesia yang Lolos Olimpiade Paris 2024
“Peran kami adalah mendampingi dan mendukung tim pelatih berdasarkan kebutuhan periodisasi latihan. Tidak hanya saat terjadi tekanan, namun juga di fase-fase persiapan terkait pengembangan keterampilan mental yang dimiliki pemain,” ujar Afif seperti dilansir dari situs resmi UNAIR, Jumat (2/8).
Dalam menjalankan tugasnya, Afif dan tim melakukan analisa kebutuhan awal untuk memetakan risiko mental yang mungkin dihadapi oleh pemain.
“Kami harus melihat dua perspektif, yaitu kesehatan mental dan performa atlet. Metode intervensi yang kami gunakan kebanyakan adalah metode kognitif perilaku,” jelas Afif.
Baca juga : NOC Indonesia Optimistis Tatap Olimpiade Paris 2024
Selanjutnya, Afif menyesuaikan pendekatan ini dengan dinamika tim dan kebutuhan individual para pemain. Ia menekankan pentingnya melihat perbedaan individu, keunggulan, dan target capaian masing-masing pemain.
Ekspektasi Kemenangan
Afif menyoroti tantangan besar yang dihadapi oleh para pemain muda khususnya terkait ekspektasi yang diberikan oleh masyarakat dan media.
Baca juga : Indonesia Kirim 415 Atlet Asian Games 2023
“Banyak suporter atau fans yang memberikan ekspektasi personal yang berat, termasuk juga media. Kita harus mendukung mereka tanpa syarat, melihat perkembangannya, dan memahami bahwa ekspektasi tidak boleh mengerdilkan proses mereka,” ungkapnya.
Afif kerap memberikan edukasi melalui akun Instagram pribadinya untuk menekan ekspektasi publik terhadap para pemain.
“Kami menyuarakan bagaimana secara psikologis pemain kita itu memiliki progres yang perlu didukung. Jangan semata-mata melihat atlet hanya dengan menang dan kalah,” ucapnya.
Afif berpesan kepada para pemain muda untuk menikmati proses. Ia menyarankan untuk fokus pada pengembangan keterampilan fisik, kemampuan teknik, dan kematangan sosial-emosional.
“Proses inilah yang akan membawa kalian ke timnas senior. Tidak ada jaminan bahwa juara saat ini akan sampai ke timnas senior. Terus berlatih, pilih sirkel yang positif, dan fokus pada proses,” pungkas Afif.(M-3)
Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga, Ni Made Sukartini, menyatakan bahwa Piala AFF U-19 memberikan keuntungan berupa non-monetary value bagi Surabaya
Polda Jawa Timur menggelar apel kesiapan pengamanan bersama TNI serta stakeholder terkait menjelang pembukaan piala AFF U-19
Cara yang paling sering dilakukan setiap hari oleh banyak adalah memakan camilan. Camilan, nyatanya tidak hanya untuk mengganjal perut, namun bisa memulihkan secara perlahan
Psikolog menjelaskan bahwa untuk anak perempuan di usia bayi bisa mengakibatkan anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan kognitif, sosial, dan motivasi.
Temu ilmiah mengusung tema 'Peran Psikologi Klinis dalam Keragaman Budaya dan Kesehatan Mental: Pendidikan, Riset, dan Praktik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved