Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SOSIOLOG Universitas Nasional (Unas) Prof. Sigit Rochadi menilai fenomena generasi Z atau penduduk usia muda (15-24 tahun) yang tidak berada dalam dunia pendidikan sekolah/pelatihan/kursus/training) atau tidak terserap pasar kerja disebabkan oleh adanya faktor peralihan sistem pekerjaan dari konvensional ke digitalisasi.
“Bahwa yang diharapkan oleh generasi Z adalah bekerja di bidang digital, tapi sayangnya mereka tidak mendapatkan pelatihan atau pembekalan digital yang memadai sehingga mereka berada dalam kondisi anomali, peluang kerja sangat kecil, tetapi mau melanjutkan pendidikan jug terkendala biaya yang mahal,” jelasnya saat dihubungi Media Indonesia di Jakarta pada Jum’at (17/5).
Sigit menjelaskan generasi Z juga menjadi korban dari sistem pendidikan yang tidak link mach atau tidak adanya keterkaitan antara jurusan dan pembelajaran di sekolah dengan kebutuhan dunia industri. Dikatakan bahwa generasi Z tersebut umumnya berasal dari keluarga ekonomi bawah.
Baca juga : Sosiolog : Gen Z Pengangguran Karena Masa Peralihan Industri
Baca juga : Bernalar Berdaya, Berdayakan Pemuda lewat Pendekatan Komunitas
“Biasanya mereka berasal dari keluarga kelas ekonomi bawah dengan orang tua yang bekerja di sektor informal dan berpendidikan rendah. Sehingga orang tua tidak punya wawasan mengarahkan anaknya kemana sehingga diharapkan mengikuti jejak orang tua tapi mereka tidak tertarik, sebagian dari mereka juga merupakan yang putus sekolah,” ungkapnya.
Sigit mengungkapkan jika kondisi ini tidak diatasi dengan segera maka akan terjadi potensinya kerugian ekonomi hingga kerusakan sosial di masyarakat. Untuk itu menurutnya, pemerintah harus segera memperhatikan kondisi pendidikan kejuruan, menekan biaya pendidikan tinggi hingga membiayai berbagai pelatihan.
“Jika hal ini dibiarkan maka angka pengangguran akan semakin besar, lalu terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi dan berdampak pada terjadinya krisis ekonomi. Jika sudah begitu, akan muncul potensi terjadinya ketidakstabilan sosial, dimana anak muda akan menyalurkan kekecewaan mereka pada perilaku kekerasan dan tindak kriminal,” jelasnya. (Z-8)
Tagar Kabur Aja Dulu menjadi simbol kegelisahan generasi muda Indonesia terhadap masa depan.
JK mengkritisi kondisi ketenagakerjaan di Indonesia yang disebut sangat memprihatinkan. Hal ini terlihat dari antusiasme pencari kerja yang membludak saat pembukaan job fair di Bekasi.
PSI angkat suara mengenai 100 hari kinerja Pramono Anung dan Rano Karno. Job fair yang masih belum diketahui banyak orang maupun dirasakan manfaatnya
Pemerintah dinilai berhasil mendorong praktik rekrutmen yang lebih inklusif dan bebas diskriminasi. Salah satunya dengan menghapuskan syarat usia bagi pelamar kerja.
GELOMBANG pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri padat karya semakin masif di awal tahun, bertepatan dengan menyambut bulan Ramadan.
PEMERINTAH telah meluncurkan operasi pemberantasan premanisme, termasuk yang juga berkedok menggunakan atribut organisasi masyarakat (ormas).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved