Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
SEIRING berbagai tantangan baru dalam kesehatan global, terutama dengan munculnya penyakit-penyakit yang terdengar asing dan meningkatnya angka kesakitan akibat penyakit-penyakit kronis, penting bagi Indonesia untuk memperkuat sistem pelayanan kesehatannya.
Menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka kesakitan di Indonesia mencapai 15,38% pada 2019. Meskipun terjadi penurunan menjadi 13,04% pada 2021, angka tersebut tetap signifikan dan pada kenyataannya pelayanan kesehatan yang merata dan berkualitas masih belum sepenuhnya tercapai di seluruh negeri.
Beberapa contoh penyakit kronis yang banyak terjadi misalnya, Penyumbatan Pembuluh Darah Jantung karena adanya plak yang cukup keras sehingga membutuhkan teknologi atau alat medis khusus.
Baca juga : Pelayanan Modern dan Terpadu Sembuhkan Derita Trigeminal Neuralgia
Kemudian penyakit Autoimun yang disebabkan oleh beberapa faktor, yang salah satunya karena gaya hidup yang tidak sehat, serta beberapa penyakit lainnya seperti Kanker, Penyakit Tulang dan Sendi, Penyakit Syaraf seperti Stroke pada usia muda, Nyeri Tulang Belakang, Kelumpuhan Mendadak, Syaraf Terjepit, Infeksi Gigi dan Mulut, dan juga masih banyak lagi.
Setelah era pandemi, penyakit-penyakit tersebut semakin marak bermunculan di tengah masyarakat. Meskipun bukan tergolong penyakit baru, tapi dengan berjalannya waktu, penyakit-penyakit tersebut berkembang menjadi berbagai varian dengan tambahan gejala/keluhan bagi penderitanya.
Fenomena ini semakin meningkatkan kebutuhan masyarakat akan fasilitas kesehatan lengkap dengan tenaga medis handal, yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan dalam hal tatalaksana penyakit yang diderita, sehingga meningkatkan angka dan harapan akan kesembuhan.
Baca juga : Cacar Air tidak Boleh Disepelekan, Segera ke Dokter Jika Bergejala
Kebutuhan pengobatan akan penyakit-penyakit tersebut secara tidak langsung juga berdampak pada peningkatan jumlah masyarakat Indonesia yang lebih memilih untuk berobat ke luar negeri.
Berdasarkan survei terbaru yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia, tercatat peningkatan signifikan dalam jumlah orang Indonesia yang memilih berobat di luar negeri selama dua tahun terakhir.
Menurut data survei yang dilakukan pada 2024, terdapat peningkatan hampir dua kali lipat dalam jumlah pasien yang melakukan perjalanan ke luar negeri untuk mencari perawatan medis dibandingkan dengan data pada 2022.
Baca juga : Mandaya Royal Hospital Resmikan Pusat Kanker dan Radioterapi Terpadu
Fenomena ini tentunya menjadi perhatian serius dalam dunia Kesehatan dan menimbulkan pertanyaan tentang alasan di balik keputusan masyarakat lebih memilih berobat ke luar negeri dibanding di dalam negeri.
Beberapa alasan utama di balik tren ini adalah akses terhadap teknologi medis dan keahlian spesialis yang mungkin belum tersedia secara luas di Indonesia, dan kurangnya kepercayaan terhadap kualitas pelayanan kesehatan di dalam negeri.
Meskipun Indonesia memiliki banyak fasilitas kesehatan yang berkualitas, namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang merasa lebih yakin dengan standar perawatan medis di luar negeri.
Baca juga : Mandaya Royal Hospital Puri Lengkapi Layanan Kanker Terpadu
Hal ini menunjukan perlunya upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia, serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan lokal.
Direktur Bethsaida Hospital Pitono Yap menjelaskan, “Alasan masyarakat lebih memilih untuk berobat keluar negeri tentunya beragam. Bisa jadi karena memiliki pengalaman yang buruk saat menjalani pengobatan di dalam negeri, sehingga kehilangan kepercayaan. Atau karena harga yang terlalu tinggi, tapi tidak dirasakan adanya perubahan kearah yang lebih baik. Dan bisa juga karena ada kebutuhan khusus pada teknologi atau keahlian medis tertentu yang sulit dijangkau di Indonesia. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pelayanan dari berbagai aspek seperti kenyamanan, teknologi dan keahlian tenaga medis di fasilitas kesehatan menjadi sangat penting.”
Dengan adanya fenomena ini, fasilitas-fasilitas kesehatan di Indonesia semakin dituntut untuk memiliki alat medis yang canggih, dengan fitur-fitur yang dapat mendiagnosa penyakit dengan lebih tepat dan akurat, sehingga dapat memudahkan penanganan tenaga medis dalam memberikan tahapan pengobatan kepada penderita, dan dapat membuat perawatan yang dilakukan lebih efisien dan efektif.
Selain alat medis yang lengkap, fasilitas kesehatan juga sudah seharusnya memiliki sarana dan prasarana yang bersih, nyaman dan aman, mengingat hal itu juga dapat mempercepat proses kesembuhan dan pengobatan. (RO/Z-1)
JCB meluncurkan program wisata medis eksklusif JCB pada Oktober 2023 yang menawarkan layanan pariwisata medis bagi kalangan premium Indonesia di Osaka, Jepang.
PB IDI terus mengupayakan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat agar lebih memilih berobat di dalam negeri.
Etape 19 Tour de France yang semula berjarak 129,9 km menjadi 95 km, akibat ditemukannya wabah penyakit kulit nodular menular pada kawanan sapi di Col des Saisies.
Menurut data GLOBOCAN 2022, Indonesia termasuk dalam 10 besar negara dengan jumlah kasus kanker ovarium tertinggi di dunia.
Jika keluhan rasa lelah tak kunjung membaik, hal tersebut dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup seseorang.
Konsumsi sekedar satu potong daging olahan atau sekaleng soda sehari sudah dikaitkan dengan lonjakan resiko penyakit serius.
Herpes zoster biasanya diidentifikasi dengan munculnya rasa nyeri di kulit yang diikuti kemunculan ruam dan lepuhan berisi cairan.
TERAPAN stem cell therapy diklaim mampu mengobati penyakit yang sulit diobati dengan obat-obatan konvensional. Ada sejumlah terapi stem cell yang berkembang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved