Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
HASIL survei terbaru yang dilakukan oleh Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (Kopmas) terhadap 1.301 responden menunjukkan banyak ibu yang mengalami kesulitan dalam memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Penyebabnya antara lain ASI tidak keluar, ASI sudah sedikit, puting lecet, ibu terpisah dari bayi karena alasan bekerja, serta ibu rumah tangga yang tidak mendapat support system yang baik selama menyusui dan indikasi medis.
Survei yang dilakukan terhadap ibu di Jabodetabek ini dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi persoalan-persoalan yang dialami oleh ibu menyusui. Hasilnya, sebanyak 39% ibu gagal dalam memberikan ASI ekslusif untuk anak. Sebanyak 27% ASI ekslusif terhenti sejak bayi berusia 1 bulan, dan 44% terhenti di usia 5 bulan, sisanya sebanyak 28,5% ASI ekslusif terhenti pada rentang usia 2-4 bulan.
Sekjend KOPMAS Yuli Supriati menjelaskan, pada saat ASI untuk bayi terhenti, maka ibu memberikan makanan atau susu pengganti ASI. Sebanyak 85,7% ibu yang terkendala ASI memberikan susu formula untuk bayi, 7% ibu memberikan kental manis, 4,4% ibu memberikan UHT, 1,6% ibu memberikan air teh, air gula, air tajin dan sisanya sebanyak 1,3% ibu memberikan susu murni untuk bayinya.
Baca juga : Survei: 48% Warga Jabodetabek belum Uji Emisi Kendaraan. Ini Masalahnya
“Dari hasil survei ini patut kita perhatikan bahwa ternyata ibu-ibu yang terkendala dalam memberikan ASI untuk bayi, ternyata masih ada yang keliru memberikan asupan untuk anaknya. Hal itu terlihat dari jenis susu yang diberikan seperti kental manis, UHT dan juga susu murni,” jelas Yuli.
Selain kendala dalam hal pemberian ASI ekslusif, survei tersebut juga menyoroti pilihan makanan yang diberikan ibu selama periode MPASI. “Pada periode MPASI, selain bahan-bahan seperti telur, ikan, sayur dan buah-buahan yang diberikan untuk anak, kami juga menemukan 8,1 % ibu menambahkan susu murni ke dalam MPASI anak, 6% menambahkan kental manis, 2,2% memberikan UHT serta 2,8% memberikan air gula atau the,” papar Yuli.
Guru Besar Ilmu Gizi Universitas Muhammadyah Jakarta Prof. Dr Tria Astika Endah Permatasari mengatakan hasil survey yang dilakukan KOPMAS telah memperkuat survei-survei sebelumnya mengenai kegagalan ibu menyusui.
Baca juga : Fakta ASI Eksklusif, Satu-Satunya Sumber Nutrisi Selama 6 Bulan Pertama Kehidupan
“Dari hasil survei ini semakin meyakinkan kita bahwa ini adalah warning bagi kita dan juga pemerintah, bahwa banyak sekali calon-calon generasi masadean kita yang ternyata tidak mendapat asupan yang tepat sejak bayi. Persentase yang memberikan kental manis, UHT, suus murni dan air gula ini memang terlihat kecil-kecil, tapi dampaknya terhadap kesehatan anak dimasa mendatang cukup besar. Bila tidak diantisipasi, kedepannya akan menjadi beban bagi masyarakat dan juga negara,” jelas professor termuda UMJ ini.
Dokter anak RS permata Depok dr Agnes Tri Harjaingrum Sp. A yang turut hadir dalam kesempatan itu menjelaskan mengenai asupan yang baik untuk anak, khususnya bayi dibawah 1 tahun. “Untuk bayi umur 0 sampai 6 bulan, kalau bukan ASI ya susu formula untuk bayi,” tegasnya.
Ia menegaskan, ASI adalah satu-satunya asupan yang dapat diberikan untuk bayi usia 0 hingga 6 bulan. Namun demikian, ada beberapa situasi yang membuat ibu terkendala memberikan ASI untuk anak sehingga ibu harus memberikan pengganti ASI berupa susu formula.
“Jangan sampai kita memaksakan ASI ekslusif, sementara memang situasinya tidak memungkinkan. Ini justru berbahaya bagi anak. Yang harus diperhatikan adalah memastikan kebutuhan nutrisi bayi dna anak terpenuhi,” jelas Agnes.
Lebih lanjut, Agnes menyoroti temuan pemberian susu UHT dan susu murni sebagai pengganti ASI maupun pada periode MPASI. “Gizi yang terkandung dalam UHT sangat tidak sesuai. Dalam UHT juga ada penambahan rasa dan gula, dan ini sangat tidak di rekomendasi untuk bayi 0-6 bulan dimana organ pencernaan masih tumbuh dan berkembang. Sementara untuk susu murni, ada resiko tercemar bakteri atau tidak higienis,” ujarnya. (H-2)
Memperingati Pekan ASI Sedunia 2025, Kalbe Nutritionals melalui Prenagen kembali menegaskan komitmennya dalam mendukung ibu menyusui di Indonesia.
Selain dikenal sebagai ASI Booster berkualitas tinggi, Mom Uung juga menghadirkan Pompa ASI Mom Uung yang kini menjadi favorit dan dikenal sebagai pompa ASI nomor 1 di Indonesia.
Penyediaan konselor ASI di tempat kerja mendesak dilakukan mengingat jumlah perempuan yang bekerja terutama di sektor industri, semakin banyak.
Proses menyusui yang tidak lancar sering kali karena ibu tidak mempersiapkan dirinya dari awal dan tidak percaya diri.
Waktu yang tepat untuk melakukan terapi akupuntur bagi ibu menyusui, dari 1x24 jam setelah ibu melahirkan akupuntur untuk ASI sudah bisa dilakukan.
SPESIALIS akupuntur medik dr. Newanda Mochtar, Sp.Akp mengimbau para suami turut berperan aktif mendukung istri memberi ASI eksklusif bagi bayinya.
MASYARAKAT Kalimantan Tengah (Kalteng) mengapresiasi kinerja 100 hari kepemimpinan Gubernur Kalteng, Agustiar Sabran bersama Wakil Gubernur (Wagub) Edy Pratowo.
Survei The Kids Mental Health Foundation mengungkap alasan anak malas atau menolak sekolah, mulai dari rasa lelah, cemas, hingga masalah kesehatan mental.
Bukan lagi sekadar terpikat harga murah, para calon pengguna mobil listrik kini telah berevolusi menjadi konsumen yang lebih matang.
Kenaikan harga membuat konsumen di semua pasar semakin fokus pada nilai, namun di Indonesia perilaku ini berpadu dengan kebiasaan belanja yang praktis dan lokasi yang mudah dijangkau.
LEMBAGA Survei Charta Politika Indonesia merilis survei terbaru evaluasi publik atas kinerja Gubernur- Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) 2025
Sebanyak 53% pekerja penuh waktu mengatakan bahwa mereka menabung lebih sedikit dari rencana, hanya 23% yang mampu menabung lebih banyak dari yang ditargetkan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved