Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pemerintah Perlu Bangun Lembaga Khusus Pengembangan Vokasi

Media Indonesia
05/2/2024 22:57
Pemerintah Perlu Bangun Lembaga Khusus Pengembangan Vokasi
Pengamat Ketenagakerjaan UGM Tadjudin Nur Effendi.(Ist)

PENELITI dan Pengamat Ketenagakerjaan Universitas Gadjah Mada (UGM) Tadjudin Nur Effendi mengatakan pemerintah harus membentuk satu lembaga di luar kementerian yang fokus mengurusi hal-hal terkait pengembangan vokasi.

Tujuannya agar kebijakan mengenai pendidikan dan pengembangan vokasi tidak timbul tenggelam akibat pergantian menteri atau presiden.

“Dulu saya pernah membantu Depnaker (Departemen Tenaga Kerja) menyusun kerangka apa yang harus dilakukan. Begitu ganti menteri, konsep-konsep itu hilang. Ganti menteri, ganti kebijakan. Itu merugikan. Maka harus ada lembaga yang concern di level itu. Mari kita buat semacam program pengembangan vokasi,” ajak Tadjudin dalam dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) dengan tema Strategi Perluas Lapangan Kerja, Senin (5/2).

Baca juga : Wujudkan Indonesia Emas 2045 dengan Generasi Sehat Cerdas

Di sisi lain, kolaborasi antara pemerintah dan pengusaha untuk mengembangkan sekolah-sekolah vokasi merupakan faktor kunci dalam menyiapkan calon tenaga kerja yang unggul.

Menurutnya, kolaborasi itu menjadi sangat penting agar lulusan pendidikan link and match dengan apa yang diinginkan perusahaan. Hal itu terutama dalam menyambut bonus demografi dan visi Indonesia Emas 2045.

“Berdasarkan data yang saya teliti, pengangguran paling banyak itu di tingkat pendidikan menengah yakni SMA dan SMK. Saya kira saat ini dunia pendidikan harus segera menyesuaikan perkembangan zaman,” jelasnya.

Baca juga : Dies Natalis ke-74, UGM Tekankan Komitmen Berkontribusi Aktif Wujudkan Indonesia Emas

Selain pengembangan di bidang pendidikan, Tadjudin juga menyinggung hal lain yang tak kalah penting dalam menyerap lapangan pekerjaan, yakni investasi.

Dia menilai investasi berperan sangat penting terkait penyerapan tenaga kerja. Sebab, jika tak ada investor yang menaruh investasinya di Indonesia, lapangan pekerjaan juga akan sulit diciptakan.

Karena itu, bagi Tadjudin, edukasi dan investasi menjadi dua komponen penting yang saling berkaitan erat dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

Baca juga : Perlu Kolaborasi untuk Tingkatkan Kualitas Penatalaksanaan Kanker di Indonesia

“Edukasi dan investasi itu penting. Kalau SDM (sumber daya manusia) kita rendah, mana ada yang mau investasi. Kalau tidak ada investasi maka peluang kerja rendah,” ujarnya.

Menurut Tajuddin, ada beberapa hal yang membuat investasi kesulitan masuk ke Indonesia. Pertama, masalah perizinan, kondisi politik yang tidak stabil, dan kualitas SDM yang belum mumpuni.

Tajuddin menambahkan jika hal tersebut dibiarkan, ia khawatir angka pengangguran akan terus semakin tinggi. Sehingga, target memaksimalkan bonus demografi hanya sebatas impian yang tak pernah terwujud. (RO/S-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sidik Pramono
Berita Lainnya