Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
INSTITUT Kesenian Jakarta (IKJ) menggelar seminar nasional bertajuk 'Kecerdasan Buatan dan Seni' secara daring pada Jumat (15/12). Seminar nasional ini merupakan rangkaian peringatan Dies Natalis ke-53 IKJ.
Ketua Seminar Nasional IJ, Yola Yulfianti menjelaskan, seminar nasional IKJ kali ini menghadirkan pembicara utama, Prof Yasraf Amir Piliang (FSRD Institut Teknologi Bandung), Indah Tjahjawulan (Rektor IKJ), dan Patrick Hartono (Komposer dan Seniman Audiovisual).
Dalam pidato pembukaannya, Wakil Rektor III IKJ Madia Patra Ismar menegaskan bahwa kecerdasan buatan (artificial intelligent) menjadi babak baru dan penting dalam peradaban manusia dan kemanusiaan.
"Seminar ini membuka dialog bagaimana kecerdasan buatan ini mempengaruhi perilaku manusia khususnya yang berhubungan dengan seni. Bagaimana AI mendefinisikan ulang bentuk-bentuk kita mengekpresikan kemanusiaan," ujar Madia dalam keterangannya.
Ia mengingatkan, kecerdasan buatan di satu sisi dapat menambah kualitas hidup manusia, akan tetapi di sisi lain dapat menjadi misteri atau hal yang menakutkan.
Selain menampilkan narasumber berbagi pemikiran, seminar ini juga menyajikan lecture perfomance terkait pemanfaat AI dalam kehidupan oleh Darlane Litaay (akademisi ISBI Tanah Papua) dan Dea Aulia Widyaevan (akademisi Universitas Telkom).
Dalam sesi pemaparan narasumber yang dimoderatori oleh Martin Suryajaya (akademisi IKJ), Rektor IKJ Indah Tjahjawulan menyampaikan hingga saat ini manusia masih memegang peran penting dari kecerdasan buatan, termasuk di bidang seni.
"Media tidak bisa bekerja memproduksi apa pun sendiri tanpa bantuan manusia. Yang menghasilkan bukan medianya tetapi manusia atau seniman yang menggunakan media berbasis kecerdasan buatan tersebut," tegas Indah.
Ia menegaskan, media seni kecerdasan buatan hanyalah alat bantu (tools) dari manusia atau seniman untuk mencipta. Namun di sisi lain ia mengingatkan dengan perkembangan kecerdasan buatan saat ini yang bersifat multimodal, sisi kreatifitas seni kecerdasan buatan bisa setara atau bahkan melebihi karya buatan manusia.
Baca juga: Unpam Raih Empat Penghargaan Diktiristek
"Seni yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan dapat menghasilkan presentasi image dengan keindahan yang luar biasa, karya tulis dengan ekspresi linguistik tertentu, atau komposisi musik yang menggugah. Namun itu tetap tergantung dari manusia yang menggunakannya," jelas Indah.
Hal senada disampaikan pembicara lain, Prof Yasraf Amir Piliang, yang menyebut hingga saat ini kecerdasan buatan masih belum dapat menghasilkan ide yang murni dan orisinal.
"AI sebagian mampu menghasilkan karya dari eksplorasi maupun kombinasi karya atau data yang sudah ada. Tapi hingga saat ini AI masih belum mampu menghasilkan karya Eureka yang benar baru dan original," katanya.
"Kreativitas manusia dan kreativitas AI masing-masing memiliki keunggulan dan keterbatasan. Manusia dan AI sama-sama memiliki kemampuan eksplorasi dan kombinasi, namun AI tidak memiliki kemampuan untuk melakukan transformasi," ungkap Yasraf.
Ia juga mengatakan bahwa kecerdasan buatan tidak memiliki kapasitas emosi, berimajinasi, berfantasi, bermimpi, atau memiliki keyakinan akan suatu hal yang banyak menjadi dasar lahirnya karya seni.
Dalam kesempatan sama, Patrick Hartono memberikan gambaran tantangan kecerdasan buatan di masa depan yang memiliki kemampuan belajar, berinteraksi dengan manusia (termasuk dalam bermusik), hingga menghasilkan ouput kreatif lewat quantum computing.
"Hipotesa saya, akan ada perubahan radikal dalam metode pedagogi pembelajaran di dunia pendidikan tinggi. Kita tidak akan lagi mengajarkan mahasiswa bagaimana caranya coding tetapi akan mengajarkan bagaimana caranya berpikir secara sistematis mengadopsi computational thinking," ujarnya.
"Atau belajar bagaimana mulai menciptakan berbagai hal yang tidak dapat dihasilkan oleh mesin (kecerdasan buatan)," pungkas Patrick. (RO/I-1)
Kompetensi digital harus dibarengi dengan pembentukan karakter dan nilai profesional.
Prof. Bo An menjelaskan tentang peran penting Autonomous Agents dalam memecahkan berbagai permasalahan kompleks di dunia nyata.
Melalui forum ini, Forhati menegaskan komitmen dalam mengonsolidasikan kekuatan perempuan dan membangun pengetahuan kolektif tentang isu-isu strategis perempuan di 2025.
Seminar yang diadakan Perbanas Insitute ini menjadi forum strategis untuk membahas dampak kebijakan proteksionisme global terhadap Indonesia dan strategi adaptif yang perlu diambil.
Direktur Eksekutif IGCN Josephine Satyono menekankan pentingnya tata kelola beretika dalam praktik bisnis yang berkelanjutan.
Dari 16 invensi yang divaluasi, AII berhasil mengantar 9 invensi meraih Letter of Intent (LoI) atau surat kesepakatan sementara; 4 lainnya berupa penandatanganan NDA dan dan 2 sisanya menuju NDA
Sahabat-AI juga menjadi wadah pembelajaran bagi talenta muda Indonesia.
Agentic AI adalah sebuah pendekatan inovatif berbasis AI yang tidak hanya responsif, tetapi juga proaktif, adaptif, kolaboratif, dan otonom.
CEO Meta, Mark Zuckerberg, membentuk tim AI baru untuk menciptakan superintelligence. Proyek ambisius ini menjadi bagian dari persaingan ketat di dunia kecerdasan.
DERETAN perusahaan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) asal Korea Selatan memamerkan inovasi terbaru mereka dalam acara ASEAN-KOREA Digital Business Partnership 2025.
Kecerdasan buatan (AI) semakin menjadi bagian penting dalam kehidupan profesional, khususnya dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Karyawan dibekali pemahaman dan keterampilan dasar dalam memanfaatkan AI secara praktis dan bertanggung jawab.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved