Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
AKADEMISI Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Rulli Nasrullah mengingatkan bahwa generasi muda perlu dewasa dalam menggunakan media sosial agar tidak mudah terpapar intoleransi dan informasi bohong atau hoaks.
Menurut Rulli, generasi muda seperti Gen Z cenderung labil secara psikis sehingga sebaran kebohongan maupun kebencian di dunia maya akan mudah memengaruhi. Oleh karena itu, pakar media sosial itu mendorong kaum muda untuk mempunyai kesadaran bermedia.
"Solusi terbaik adalah kembali ke diri masing-masing untuk mendewasakan diri secara cepat serta memahami betul apa maksud dan tujuan mereka dalam menggunakan media sosial," kata Rulli seperti dilansir Antara di Jakarta, Jumat (3/11).
Ia mengaku khawatir ketika hoaks, ujaran kebencian, dan intoleransi terhadap suatu kaum tertentu disebarkan dan dibungkus dengan situasi politik, terlebih menjelang Pemilihan Umum 2024. Hal itu bisa menjadi pembunuhan karakter figur atau tokoh tertentu.
Persoalannya, lanjut dia, penerimaan berita bohong dan intoleransi sangat bergantung pada orang itu sendiri. Pada beberapa kasus, generasi muda menjadi lebih mudah meyakini berita bohong dan intoleransi karena konten negatif itu masuk melalui lingkaran pergaulan.
Terlebih, kata Rulli, berita bohong selalu memainkan isu-isu sensitif, seperti suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Akademisi yang juga penulis buku itu menegaskan bahwa harus ada upaya mencegah orang atau kelompok tertentu yang telah terpapar konten negatif tersebut agar tidak melakukan tindakan melawan hukum.
Baca juga: Siswa SMK di Kudus Dibekali Sertifikasi Digital Komputasi Awan
"Kalau saya melihatnya, sejahat-jahatnya orang, kalau agamanya disinggung atau di-framing (dibingkai) secara negatif, pasti sisi emosionalnya akan muncul," ujarnya.
Akibatnya, lanjut dia, mereka mudah menelan mentah-mentah isu sensitif yang dimainkan kelompok tertentu sehingga membuat banyak orang jadi sumbu pendek atau mudah marah dan seolah merasa perlu untuk memberikan reaksi secara cepat.
Untuk menangkal hal-hal negatif itu, Rulli menyebut studi tentang kiat agar bisa resisten terhadap berita bohong dan intoleransi sudah tersebar luas.
Masyarakat bisa proaktif mendapatkan materi tersebut, baik melalui bangku pendidikan formal maupun internet.
Ia menilai pemerintah selalu menyuarakan agar masyarakat berhati-hati dengan berita bohong maupun intoleransi. Di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan misalnya, telah dibentuk tim khusus untuk menyusun panduan literasi digital di sekolah yang ditujukan untuk guru, murid, serta orangtua.
Kementerian Informasi dan Komunikasi juga telah merancang etika bermedia sosial yang telah disosialisasikan baik secara daring (online) maupun luring (offline). Selain itu, lembaga nonpemerintah juga terlibat dalam langkah memberantas informasi bohong dan intoleransi.
Bahkan, kata dia, di banyak media massa skala nasional, mereka sudah ikut pelatihan langsung dari Google tentang bagaimana cara memverifikasi informasi yang tersebar di internet.
"Jadi, fact checker (pemeriksa fakta) itu sudah dilakukan oleh banyak pihak. Tidak hanya pemerintah, tetapi nyatanya banyak lembaga swasta yang juga concern (peduli) dengan keabsahan informasi yang ada di ruang publik Indonesia," pungkasnya. (Ant/I-1)
Kemendikdasmen mengapresiasi AIA Healthiest Schools 2025, kompetisi yang bertujuan untuk mencetak generasi penerus Indonesia yang lebih sehat.
MEMBEKALI generasi muda dengan jiwa kepemimpinan disebut bisa menjadi langkah awal untuk memberantas kemiskinan di Indonesia di masa depan.
PTPN III melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) menggelar kegiatan edukatif bertajuk PTPN Gen-Bangkit.
Rasa nyaman ini bisa menjadi fondasi generasi muda untuk memikirkan gaya hidup yang lebih aktif serta mengembangkan hobi mereka yang tertunda.
GENERASI muda harus mampu melawan kemalasan dan ketidakpedulian terhadap yang terjadi di lingkungan sekitarnya, untuk kemudian bangkit membangun negeri dengan kemampuan yang dimiliki.
Pendekatan pendidikan yang penuh kasih sayang mendorong anak-anak untuk bertanya, mengeksplorasi ide, dan belajar melalui kesalahan.
Dengan GTA, Minecraft, dan Call of Duty sebagai gim yang paling banyak dieksploitasi, jelas bahwa penjahat dunia maya secara aktif mengikuti tren gim untuk mencapai target mereka.
Kegiatan tersebut bukan sekadar seremoni Tahun Baru Islam, melainkan strategi jangka panjang dalam membangun literasi keagamaan generasi muda.
Batu ginjal, yang sebelumnya lebih sering terjadi pada orang dewasa usia paruh baya, kini semakin umum ditemukan pada generasi muda, termasuk Gen Z.
Tren pembelian rumah tapak di kawasan Tangerang, khususnya Karawaci, semakin diminati, terutama oleh generasi milenial dan pasangan muda.
Kompetisi dengan total hadiah senilai Rp100 juta ini mengajak generasi muda Indonesia untuk lebih berani dan percaya diri mengungkapkan kreativitas dan dalam merawat diri.
Orangtua, pendidik, dan berbagai lembaga kini mulai menyasar kalangan anak dan remaja untuk menanamkan literasi keuangan yang bisa menyeimbangkan kebutuhan dan keinginan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved