Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BERDASARKAN data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2017, sebanyak 80% masyarakat perkotaan setuju bahwa pemilahan sampah merupakan hal yang penting. Namun, pada kenyataannya sebanyak 74% masyarakat perkotaan tidak pernah melakukan pemilahan sampah.
Berkenaan dengan itu, Pakar dan Praktisi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dari IPB University Arief Sabdo Yuwono menilai, kebiasaan mengelola sampah harus dimulai sejak kecil.
“Pendidikan pengelolaan sampah harus dimulai sejak kecil. Orang dewasa memang memahami konsep, tapi masalah perilaku gak berubah. Pendidikan jadi gak bisa dilakukan ke orang dewasa, harus sejak anak-anak,” kata Arief dalam diskusi bertajuk Kelola Sampah Tanpa Masalah di kantor Media Group, Jakarta Barat, Selasa (10/10).
Baca juga : Timbulan Sampah di Jakarta Capai 63 Ribu Ton
Menurut dia, masalah pengelolaan sampah di masyarakat saat ini ialah pola pikir bahwa sampah memang seharusnya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), bukan dikelola dari rumah.
Padahal, hal itu malah menimbulkan masalah baru, diantaranya kapasitas TPA yang penuh, air lindi yang mencemari lingkungan, hingga kebakaran sampah.
Baca juga : Kebakaran TPA Jatibarang Semarang Mulai Terkendali
Karenanya, saat ini masyarakat perlu memahami bahwa pengelolaan sampah harus dimulai dari rumah, mulai dari komposting hingga pemilahan sampah plastik, kertas hingga elektronik.
“Kategori sampah yang bisa dikelola masyarakat di rumah itu sangat sederhana dan praktis, dan fokus ke komposting itu sangat penting,” beber dia.
Arief mencontohkan misalnya saja kota Bogor. Dengan 1 juta penduduk, pemerintah kota Bogor bisa menghemat sebesar Rp31 miliar pertahun apabila masyarakatnya bisa mengelola sampah organik dari rumah. Di samping itu, masyarakat juga bisa mendapatkan uang sebesar Rp20 ribu perbulan dari hasil uang penjualan kompos.
Ia mengakui, tentu tidak mudah untuk mengubah mindset masyarakat soal pengelolaan sampah. Karenanya, selain pendidikan sejak dini, perlu juga keterlibatan tokoh-tokoh masyarakat untuk menyebarluaskan pesan tersebut sehingga terciptalah perubahan perilaku.
“Harus melibatkan tokoh-tokoh yang berperilaku baik, petinggi, orang-orang KLHK, itu sangat berpengaruh. Dan salah satu yang terpenting lagi ialah partai. Bagaimana partai bisa mengedepankan konservasi lingkungan, itu juga menjadi kunci bagi perubahan perilaku masyarakat,” tutup dia.
Pada kesempatan itu, Kepala Sub Direktorat Pemantauan dan Evaluasi Direktorat Penanganan Sampah KLHK Ari Sugasari mengungkapkan, setiap tahunnya Indonesia menghasilkan sebanyak 68,5 juta ton timbulan sampah. Itu terdiri dari 41,80% sisa makanan, 18,20% plastik, 13,30% kayu dan ranting, 10,70% kertas karton dan lainnya 6,50%.
Ari mengakui, pengelolaan sampah di daerah masih belum menjadi isu prioritas, sehingga pengelolaannya dilakukan secara tidak profesional dan masih menggunakan model kumpul, angkut dan buang.
Namun demikian, ia menegaskan KLHK terus melakukan berbagai upaya untuk pengelolaan sampah dengan baik. Salah satunya ialah menggalakkan gaya hidup minim sampah di masyarakat luas
“Kita terus bergerak untuk memberikan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) kepada masyarakat untuk pengelolaan sampah. Ini yang terus dilakukan sejak 2009 dan sampai sekarang itu terjadi perubahan yang luar biasa,” ucap dia.
CEO dan Founder Duitin Agy menyatakan, sebenarnya Indonesia sudah memiliki aturan yang lengkap soal pengelolaan sampah, namun hingga kini, ia menilai bahwa perubahan perilaku masih gagal dilakukan.
Karenanya, Duitin dalam hal ini berupaya untuk berjalan dengan pemerintah, industri dan masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah plastik, minyak hingga popok bekas pakai dengan memanfaatkan teknologi. Duitin merupakan startup yang bergerak untuk mengumpulkan sampah di masyarakat dan disalurkan ke industri pengolaham.
Sejak 2019 hingga kini, Duitin telah berhasil mengumpulkan sebanyak 750 ton sampah dari masyarakat dan didaur ulang dari beberapa kota, di antaranya Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang dan Ciamis. Setiap masyarakat yang hendak menyetorkan sampah bisa cukup minimal seberat 3 kilogram.
“Jadi sampah ini kita akan berurusan dengan karbon, plastic kredit, dan sebagainya, kita akan menuju ke arah sana. Dan kita harus terus mengubah habbit kita untuk bertanggung jawab ke sampah pribadi dan keluarga,” pungkas dia. (Z-5)
Aksi Kolaboratif ini diisi berbagai rangkaian acara, mulai bersih-bersih pantai, penanaman cemara laut, talkshow lingkungan, serta edukasi untuk masyarakat dan pelajar.
Enviu Zero Waste telah membangun sekitar 9 solusi dan startup, termasuk Alner, yang menyediakan sistem guna ulang untuk kebutuhan sehari-hari seperti sabun, sampo, dan detergen.
Masyarakat di sekitar wilayah jaringan diajak aktif peduli lingkungan melalui program tukar sampah dengan internet.
Pengoperasian excavator amphibi ini menjadi bagian dari strategi panjang penanganan revitalisasi sungai di Kota Banjarmasin.
Disampaikan Wako Hendri, Gemilang Sehati ini dibagi dalam beberapa tahap. Tahap I sudah terlaksana di sekolah-sekolah di Padang Panjang.
KLH juga mendorong perusahaan untuk bertanggung jawab melalui skema Extended Producer Responsibility (EPR), sebagai produsen wajib mengelola sisa kemasan produk mereka.
a mengungkapkan khusus untuk sampah plastik masih menjadi permasalahan di desanya karena belum mampu untuk diolah.
PEMERINTAH menargetkan pengentasan masalah sampah di Indonesia selesai 100 persen pada 2029 mendatang. Lebih 60 persen sampah di Indonesia belum terkelola dan dibuang sembarangan.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah membentuk Satgas Pengelolaan Sampah untuk mempercepat solusi darurat sampah dan mendukung target Indonesia bebas sampah 2029
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved