Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
GURU Besar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya Prof Khairil Anwar mengatakan perayaan Maulid ialah bentuk kecintaan umat Islam terhadap Nabi Muhammad dan salah satu esensi ajaran Rasulullah SAW adalah toleransi.
Khairil menambahkan, yang perlu diingatkan juga adalah bahwa Nabi Muhammad diutus dengan agama yang lurus, ikhlas, dan penuh toleransi. Rasulullah bersabda, "Aku diutus dengan agama yang penuh keikhlasan, ketulusan, dan rasa toleransi".
Dia mengatakan masyarakat Indonesia memiliki perbedaan budaya yang sangat beragam sehingga perlu disikapi dengan rasa ikhlas, terutama ikhlas beragama semata-mata karena Allah.
"Jika seseorang bisa memiliki rasa ikhlas ketika beribadah pada Allah, maka ia pun akan bisa ikhlas dengan sesama manusia walaupun berbeda budayanya atau kepercayaannya," kata Khairil seperti dikutip Antara di Jakarta, Kamis (28/9).
Menurutnya, umat manusia semuanya harus bisa menjadi pribadi yang toleran terhadap perbedaan, baik berbeda dengan sesama umat Islam, berbeda antarumat beragama, dan termasuk juga antar umat beragama dengan pemerintah.
"Jadi itulah hikmah kita mengadakan Maulid untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Selain membawa risalah Islam yang rahmatan al-alamin, Rasulullah juga ditugaskan untuk menyempurnakan akhlak manusia, serta mencontohkan rasa ikhlas dan toleransi dalam beribadah kepada Allah serta umat manusia secara keseluruhan," ujarnya.
Khairil pun menyinggung soal beberapa kalangan dari umat Islam yang menganggap bahwa perayaan Maulid itu adalah bidah.
Dia menjelaskan bahwa mereka yang berpikiran seperti ini sebenarnya belum mengetahui ajaran Islam secara komprehensif dan mendalam. Sejatinya perayaan Maulid dan Isra Mikraj itu bukanlah bidah karena tidak ada prinsip beragama yang kita langgar.
"Yang namanya bid'ah itu kalau salat dua rakaat pada waktu subuh, lalu dijadikan empat rakaat atau tiga rakaat, jadi masalah-masalah yang menyangkut ibadah mahdoh. Kalau ibadahnya yang ghoiru mahdoh, seperti muamalah dan yang sejenisnya, maka itu boleh dikreasikan umat Islam dalam mempraktikkan nilai-nilai agama itu ke dalam tradisinya dan masyarakatnya agar ajaran Islam bisa dikenal," tutur Khairil.
Akademisi yang yang pernah menjabat sebagai Rektor IAIN Palangka Raya pada periode 2019-2023 ini berpesan bahwa sebagai umat Islam dan umat beragama secara keseluruhan, sejatinya harus memiliki karakter yang toleran terhadap perbedaan.
Baca juga: Wapres: Lahirkan Ulama-ulama Baru untuk Selamatkan Masa Depan
Konsep moderasi beragama bisa dijalankan jika umat manusia itu bisa menerima segala perbedaan yang ada.
"Tentu toleransi yang dimaksud disini adalah toleransi yang aktif. Maksudnya, walaupun kita berbeda agama atau suku, tidak hanya kita menghormati, namun juga kita harus bisa bekerja sama sepanjang tidak melanggar prinsip agama atau peraturan pemerintah yang sah," tegas Khairil.
Dia lalu memberikan perumpamaan dengan perbedaan antara Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Perbedaan dua kelompok ormas Islam ini bisa disikapi dengan mengatakan 'lanaa a'maluna wa lakum a'malukum', yang artinya 'bagi kami amalan kami dan bagi kalian amalan kalian'. Intinya, silakan kerjakan ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing.
"Begitu juga jika terjadi perbedaan dalam pilihan politik, bisa disikapi dengan mengatakan 'bagi kami partai kami, bagimu partai kamu'. Banyak perbedaan lain yang juga bisa disikapi dengan cara yang sama. Jadi di suasana yang begitu banyak perbedaan, baik dari sisi politik, praktik ibadah, atau agama, saya kira itu harus bisa disikapi dengan saling menghormati, menghargai, dan bisa bekerja sama," tuturnya.
Khairil juga menjelaskan bahwa Rasulullah SAW diutus tidak hanya untuk memperbaiki akhlak, namun juga menyempurnakannya dengan menjadi teladan bagi umatnya.
"Rasulullah pernah bersabda, aku ini diutus adalah sebagai penyempurna akhlak. Tidak hanya memperbaiki tapi juga menyempurnakan. Melihat situasi dan kondisi masyarakat kita sekarang, masih bahkan mungkin semakin terdegradasi akhlaknya, khususnya terjadi pada akhlak anak-anak muda kita. Inilah yang saya kira perlunya banyak keteladanan dari generasi sebelumnya," katanya.
Ia menjelaskan kalau Nabi Muhammad menyempurnakan akhlak umat manusia adalah dengan menjadi teladan yang baik atau uswatun hasanah. Sejatinya, kita semua ini harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anak kita.
Melalui keteladanan, kita dapat mempengaruhi jiwa anak-anak dan masyarakat hingga 80%, sisanya sebanyak 20% adalah melalui nasihat.
"Jadi nasihat atau ceramah itu tidak akan berarti tanpa adanya keteladanan, baik dari para pemimpin, pejabat, dan orang tua kita. Melalui keteladanan mereka semua itulah yang nanti akan dicontoh dan diikuti oleh masyarakatnya, khususnya generasi muda. Jadi perlunya kita sama-sama menyempurnakan akhlak masyarakat dengan memberikan teladan yang baik," pungkasnya. (Ant/I-2)
Maulid Nabi: Susunan Acara Meriah & Penuh Berkah! Susunan Acara Maulid Nabi Muhammad SAW: Panduan lengkap & contoh terbaik! Raih keberkahan, susun acara Maulid tak terlupakan. Klik di sini!
SEJAK awal musim kenduri Maulid Nabi memperingati kelahiran Rasulullah SAW, sebulan terakhir, permintaan ayam kampung di Provinsi Aceh meningkat luar biasa.
Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru, Kamis (3/10) menjadi salah satu lokasi penyelenggaraan Baayun Maulid tahun ini yang diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah di Kalsel.
Direktur Utama Pegadaian Damar Latri Setiawan mengaku bersyukur, di tahun ini, Pegadaian bisa kembali menggelar kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H.
MAULID Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam ternyata sejak dulu dirayakan oleh penduduk kota suci Mekah dan Madinah. Bahkan tradisi itu berjalan hingga ratusan tahun.
LAGU selawat berjudul Mahalul Qiyam (Simtudduror) yang dibawakan sejumlah artis menjadi trending ketiga di Youtube pada Senin (16/9). Selawat ini dirilis pada Rabu (11/9).
BUPATI Intan Jaya, Papua Tengah, Aner Maisini mengungkapkan Hari Raya Idul Adha merupakan momen untuk memperkuat solidaritas dan toleransi umat beragama.
"Setiap ada hari besar keagamaan, warga tanpa memandang keyakinan dan namanya berkumpul, saling pengucapan selamat," jelas Kepala Dusun Thekelan Agus Supriyo.
Dialog antaragama merupakan sarana yang sangat penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan daya kritis, membangun hubungan antaragama yang baik dan bermakna.
Toleransi, katanya, adalah kata yang paling sering terdengar tapi terkadang bisa berbalik menjadi penyebab tindakan-tindakan intoleran.
Fondasi dari moderasi beragama yang kokoh tak hanya bertumpu pada edukasi atau pendekatan budaya semata, tetapi juga sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Dengan memahami makna semboyan bangsa tersebut maka akan muncul cinta, toleransi, dan kelembutan perlu dimiliki oleh setiap orang yang beragama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved