Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PSIKOLOG dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Feka Angge Pramita, berpendapat anak-anak bisa mulai diajarkan berbagi paling tidak saat dia menginjak usia tiga tahun namun sifatnya perkenalan.
"Jadi, mulai dari usia itu dengan banyaknya pengalaman untuk berbagi maka akan membuat anak tahu bagaimana rasanya berbagi dengan orang lain," ujar dia, Selasa (5/9).
Salah satu kiat mengajarkan anak berbagi yakni dengan memberikan contoh. Orangtua atau orang dewasa di sekitar anak menunjukkan kegiatan berbagi yang dilakukan dan sebisa mungkin melibatkan anak dalam mempersiapkannya.
Baca juga: Dukung Pengembangan Talenta Anak, Cerebrofort Gelar Ajang Talent Search
Menurut Feka, dengan melibatkan anak selama proses mempersiapkan kegiatan berbagi atau beramal bisa menjadi pengalaman untuk dia. Pengalaman itu yang nantinya membuat anak semakin sadar atau mengenali apa yang dia lakukan.
"Misalkan orangtua ingin berbagi sesuatu libatkan anak dalam prosesnya bukan ketika dalam membaginya dan ini perlu diulang-ulang sebenarnya," kata Feka.
Feka menuturkan satu hal penting yang perlu orangtua atau orang dewasa di sekitar anak lakukan saat mengajarkan anak berbagi yakni menggali apa yang dirasakan anak dan makna yang dia dapatkan dari kegiatan berbagi itu.
Baca juga: Liburan Akhir Pekan, Aryaduta Menteng Hadirkan Kids Baking Class
"Yang terpenting ketika dia sharing sesuatu yang dimiliki dengan orang lain maka kita sebagai orang dewasa di sekitar anak perlu menggali juga apa yang dirasakan anak ketika berbagi, makna apa yang didapatkan anak. Penting untuk kita menggali perasaan anak," jelas dia.
Sementara itu, mengenai upaya menumbuhkan empati pada anak, Feka mengatakan ini perlu didasari kemampuan mereka tahu tentang perasaan orang tersebut.
Ketika anak sudah mengetahui perasaan orang lain maka barulah mereka bisa beranjak memiliki perasaan empati.
"Perasaan empati perlu didasari perasaan terhadap bagaimana dia mengenal dirinya, memahami apa yang dia dan orang lain rasakan. Bagaimana dia bisa memiliki perasaan terhadap yang dialami orang lain," jelas Feka.
Empati merupakan kemampuan individu termasuk anak menempatkan diri pada perasaan orang lain. Dalam mengenalkan empati pada anak, orangtua bisa mengenalkan tentang membantu seseorang yang memerlukan bantuan. (Ant/Z-1)
Setiap anak memiliki potensi luar biasa dan peran orangtua sangat menentukan bagaimana potensi itu tumbuh.
Langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam mendorong anak supaya terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi antara lain melalui pembelajaran dari kebiasaan sehari-hari.
Orangtua dianjurkan untuk menyajikan camilan sehat seperti buah potong segar, jagung rebus, ubi kukus, bola-bola tempe, puding susu tanpa gula tambahan, atau dadar sayur mini.
Orangtua perlu memberikan contoh kepada anak dan menjelaskan pentingnya mengonsumsi makanan yang bergizi.
Instansi pendidikan berperan dalam menyediakan ruang aman bagi anak untuk dapat mengembangkan diri dan meningkatkan pengetahuan.
Meski berguna untuk hal positif seperti belajar jarak jauh, ponsel ini juga kerap menjadi pintu masuk untuk berbagai masalah terkait dengan era digital ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved