SKSG UI dan Universitas Australia Bahas Kesiapan Ketahanan Pascapandemi

Haufan Hasyim Salengke
04/8/2023 17:07
SKSG UI dan Universitas Australia Bahas Kesiapan Ketahanan Pascapandemi
International Conference on Strategic and Global Studies (ICSGS) ke-7 Tahun 2023.(DOK IST)

KEGIATAN International Conference on Strategic and Global Studies (ICSGS) ke-7 Tahun 2023 diselenggarakan bersama oleh Sekolah Kajian Strategis dan Global (SKSG) Universitas Indonesia bekerja sama dengan Alfred Deakin Institute, Deakin University, dan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Deakin University & Victoria. 

Mengambil tempat di Deakin Downtown, ICSGS 2023 diselenggarakan selama dua hari, 24-25 Juli. Tema yang diusung adalah "Democracy, Development, and Digital Culture: Building Resilience after Pandemic”. Pembicara dan peserta datang dari berbagai negara, di antaranya Jepang, Tiongkok, Selandia Baru, Pakistan, Malaysia, Turki, Ghana, Indonesia, Australia, Mesir, Selandia Baru, dan Jerman. 

Di hari pertama, Direktur SKSG Athor Subroto memberikan sambutan pembuka dengan penekanan pada kolaborasi di antara ara akademisi untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah global yang bersifat disruptif dan dapat mengganggu keamanan dunia. 

Athor juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Menteri Investasi merangkap Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia, perwakilan Australia, Atase Pendidikan Kebudayaan KBRI di Canberra, Konsulat Jenderal Indonesia di Melbourne, Asia New Zealand Foundation, PT Pupuk Indonesia, PT Indobara Sukses Makmur, dan PT. Pertamina yang sudah menjadi sponsor.

Baca juga: Perkuat Ketahanan Pangan, Ganjar Pranowo Teken Kerja Sama Pertanian dengan Thailand

Turut hadir sebagai tuan rumah, Prof Matthew Clarke, Pro Vice Chancellor Deakin University, juga memberikan prakata singkat yang turut menyambut baik konferensi ini serta memberikan penekanan atas bagaimana tema ini ditanggapi dengan baik dan mengantispasi perubahan-perubahan yang terjadi.

Sementara dalam pengantarnya yang bersahabat, Konsul Jenderal Indonesia di Melbourne Kuncoro Waseso memberikan pernyataan yang menyejukkan. Menurutnya pemerintah Indonesia berkomitmen untuk turut serta menyelesaikan masalah-masalah global, menjaga perdamaian dunia, sekaligus mendukung pembangunan berkelanjutan. “Selain itu, pentingnya gotong royong atau kolaborasi menjadi sesuatu yang dikedepankan dalam mewujudkan komitmen pemerintah Indonesia di atas,” ujarnya.

Prof Vedi R Hadiz dari University of Melbourne, yang menjadi Keynote Speaker pertama, berbicara hal penting yang melengkapi soal-soal yang telah disinggung sebelumnya. Ia memberi perhatian yang terutama terjadi di dunia, yaitu soal ketimpangan. Telah terjadi penguasaan kekayaan yang terdistribusi pada sedikit orang, baik di dunia maupun Indonesia. Khusus pada Indonesia, mengutip laporan Bank Dunia, 1% orang Indonesia menguasai 50% kekayaan Indonesia. 

“Hal ini akan mempengaruhi banyak bidang, termasuk bagaimana kita dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam konteks ini, menyinggung kegiatan pemilu yang akan dilaksanakan di tahun depan, para kandidat yang akan maju belum mengusung soal ini sebagai pokok perhatian mereka,” ujar Vedi.

Keynote Speaker selanjutnya, Prof Greg Barton dari Alfred Deakin Institute memberi gambaran soal megatrend dunia dalam berbagai segi. Yang pertama berhubungan dengan bagaimana Barat mengalami beberapa persoalan berat meskipun belum mengalami kejatuhan. Ini dapat dilihat dalam krisis Ukraina yang disebabkan perang dengan Rusia. 

Baca juga: ASEAN-India Jaga Indo-Pasifik dan Ketahanan Pangan

Segi kedua yang disoroti Prof menyangkut perkembangan yang terjadi di Tiongkok. Ini meliputi kekhawatiran tentang terjadinya perang di Selat Taiwan mengingat ketegangan dengan Tiongkok yang meningkat. Di segi yang ketiga, soal krisis iklim menjadi perhatiannya. Ini akan menjadi persoalan yang boleh jadi akan diwariskan kepada generasi selanjutnya karena sifatnya yang jangka panjang. “Kita perlu mencari cara bagaimana ini diselesaikan dengan baik,” tegasnya.

Hal keempat yang menjadi perhatian adalah mengenai dinamika populasi global. Persoalan ini berayun di antara kelebihan populasi dan penurunan populasi. Negara-negara Barat dan Asia Timur mengalami penurunan, termasuk Tiongkok. Kalau di negara Afrika, ini berkembang sebaliknya.

Yang kelima, segi yang disoroti adalah transformasi digital. Disrupsi karena soal digital telah membawakan fenomena baru yang menantang berbagai aspek kehidupan. Ini termasuk hadirnya Generative Artificial Intelligence yang memberikan tantangan dalam pendidikan. Di segi yang terakhir, Prof Greg memberi catatan pada soal Demokrasi vs. Populisme. Tantangan demokrasi terkini adalah bagaimana mempertahankan prinsip-prinsipnya di hadapan tekanan otoritarianisme populisme. 

Di luar catatan tersebut, masih banyak materi diskusi yang menarik dicermati dan juga diskusi panel para presenter di topik-topik yang khusus. Para pembicara lainnya berasal dari Universitas Indonesia, Deakin University, dan Universitas Melbourne.

Hadir juga pemakalah Prof Sharyn Davies dari Monash University, Prof Anthony Ware dari Deakin University, Prof Naoko Kumagai dari Aoyama Gakuin University, serta Prof James Ockey dari University of Canterbury. 

Sedangkan dari Universitas Indonesia, pemakalah yang turut presentasi di antaranya adalah Dr A Hanief Saha Ghafur, Ninasapti Triaswati PhD, Muhammad Dian Revindo PhD., Mia Siscawati, PhD, Yon Mahmudi PhD, serta beberapa dosen dan mahasiswa S2 dan S3 SKSG UI dan luar UI.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya