Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
TEKNOLOGI Artificial Intelligence (AI), seperti ChatGPT, atau platform dari mesin pintar lainnya, ternyata justru menginspirasi untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif. Semua perkembangan tersebut membuat kita harus tetap optimistis dalam menatap masa depan.
“Prilaku dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mengarungi masa depan yang semakin serba tidak menentu, tetapi sangat mengasyikkan di bangku kuliah,” ungkap Rektor President University (Presuniv) Chairy pada acara wisuda ke-18 yang digelar belum lama ini.
Maka, tegas Chairy, segenap lulusan harus berani menghadapi situasi tersebut. Selain masalah perkembangan teknologi, ada pula tantangan yang lain.
Baca juga: Teknologi Ubah Pembelajaran Jadi Relevan Hadapi Abad ke-21
“Kita baru saja sama-sama melaluinya, yakni pandemi covid-19. Pandemi itu memaksa kita untuk beradaptasi dengan era new normal,” katanya.
Ketua Yayasan Pendidikan Universitas Presiden (YPUP) Budi Susilo Soepandji menambahkan, baik perkembangan teknologi maupun pandemi, semua harus selalu siap beradaptasi menghadapi situasi apa pun. Agar mampu bertahan, masyatakat membutuhkan inovasi yang berkesinambungan.
Baca juga: YouTube Kenalkan Enam Fitur Baru Agar Membuat Shorts Lebih Mudah
“Selama kuliah di Presuniv, kalian sudah mendapatkan pengetahuan dan peluang luar biasa melalui program magang. Pengalaman ini sangat tentu berharga bagi masa depan kalian. Itu sebabnya kini saya menantang kalian untuk berani memberikan kembali ke masyakat, yakni kalian tidak hanya mencari kerja, tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat,” kata dia.
Sementara itu, selama 2023 Presuniv akan menggelar dua kali wisuda, yakni pada 30 Juli dan pertengahan Desember. Dalam kesempatan terpisah, ungkap Prof. Chairy, pada Desember 2023 diharapkan kurang lebih 1.000 lulusan akan diwisuda. Dengan demikian selama tahun 2023, Presuniv akan mewisuda 1.600-an lulusan. Jumlah ini akan meningkat kurang lebih 40% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang 1.181 lulusan.
International Chancellor Presuniv Kim Ki-chan juga mengajak segenap lulusan untuk berani menjadi pengusaha.
“Entrepreneurship adalah semangat yang memberi harapan bagi dunia, meski dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Seorang entrepreneur selalu melihat peluang dalam kondisi yang sulit. Sementara, orang-orang yang pesimistis selalu melihat kesulitan dalam setiap peluang,” papar Kim.
Menurut Kim, Senjata terbaik dari seorang entrepreneur adalah mimpi. Entrepreneur adalah orang yang mempunyai mimpi untuk masa depan.
“Mimpi yang memberi kalian harapan pada masa depan,” kata dia.
Merujuk pada pengalamannya bergelut dalam dunia entrepreneurship, akan ada banyak tantangan yang bakal dihadapi oleh para pengusaha.
“Tapi, jangan khawatir sebab ada strateginya dalam menghadapi tantangan tersebut,” katanya.
Strateginya, ungkap dia, adalah dengan menciptakan sekutu dan pengikut.
Bisnis adalah tempat di mana banyak orang datang bersama.
Perusahaan-perusahaan besar yang ada sekarang ini, ungkap Kim, tidak dibangun sendiri, tetapi bersama-sama dengan para sekutu dan pengikut. Mereka saling berbagi misi untuk sama-sama membesarkan perusahaan.
“Lalu, bagaimana caranya kita merekrut sekutu dan pengikut? “Dengan berbagi mimpi dan empati. Ketika kita berhasil membangun empati mereka, rekan kerja pun akan berubah menjadi sekutu dan pengikut,” tegasnya. (Z-10)
Kezia memiliki mimpi besar menjadi seorang tenaga kesehatan handal berskala global untuk berkontribusi bagi masyarakat dan dunia kesehatan di tanah air.
Platform edukasi kesehatan dan informasi penyakit kulit akibat kerja ini juga dirancang dengan teknologi yang mudah digunakan dan dipahami oleh para pekerja.
Kamu bisa menjajal berbagai kegiatan yag mengasah keterampilan kamu di dunia kerja dengan mengikuti berbagai kegiatan kampus, kepanitiaan, dan tentunya lomba.
Penyelenggaraan konferensi internasional ini sekaligus menjadi simbol eratnya kerja sama lintas batas antara Indonesia dengan Malaysia.
MANBAKALA mahasiswa lulus kuliah dan banyak yang sulit mencari pekerjaan,tidak demikian bagi lulusan President University.
Banyu yang juga Guru Besar Hubungan Internasional President University itu mengingatkan bahwa Indonesia kurang siap menghadapi MEA yang akan mulai berlaku pada akhir tahun ini.
Selain kekurangan jumlah dokter, masalah lain Indonesia adalah distribusinya yang timpang.
Komitmen Presuniv untuk selalu berpegang teguh pada keunggulan akademik, menumbuhkan pemikiran kritis, dan memupuk kreativitas.
Karya peserta pelatihan menjahit bagi penyandang disabilitas ditampilkan bersama dalam inagurasi Suba (Skill Up Incubator) di Fablab Jababeka, Selasa (5/9) pekan lalu.
Nikmati makan malam buffet sepuasnya di tepi kolam renang dengan cita rasa Mediterania yang lezat di Azurea Pool Side
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved