Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
UNIVERSITAS Bhayangkara Jakarta Raya (Ubhara Jaya) menggelar orasi kebudayaan oleh Prof (Ris) Hermawan Sulistiyo yang juga Kepala Pusat Studi Kajian Keamanan Nasional (Puskamnas) Ubhara Jaya, Selasa (25/7).
Orasi berjudul The Death of The Intellectuals: Nation State, Saintek dan Masa Depan Peradaban juga sekaligus merayakan ulang tahun Hermawan yang merupakan anggota senat Ubhara Jaya.
Rektor Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Irjen (Purn) Bambang Karsono, mengatakan, Orasi Kebudayaan ini mencerminkan tantangan nyata yang dihadapi oleh kalangan intelektual, akademisi dan masyarakat secara keseluruhan di era modern dan perkembangan teknologi.
Baca juga : Singkat Berbudaya 2024: Persembahkan Kebudayaan Betawi dan Sunda dalam Satu Acara
“Sebuah kondisi yang menuntut pemikiran-pemikiran baru yang mengedepankan adanya kolaborasi lintas ilmu, karena keberadaan kaum intelektual diperlukan sebagai garda terdepan dalam memajukan dan memperkaya peradaban,” ujar Bambang.
Bambang menegaskan, peran universitas dalam hal ini adalah mendorong lahirnya berbagai pemikiran kritis yang menjadi kunci dalam perkembangan peradaban manusia.
Menurutnya, Ubhara Jaya bergerak dalam semangat membangun masa depan peradaban. Orasi Kebudayaan itu menjadi bukti pentingnya berpikir kritis dalam isu-isu yang relevan dan sesuai dengan perkembangan dan tantangan zaman yang semakin kompleks.
Baca juga : Festival API FSRD Untar 2023 Dorong Lahirnya Agen Perubahan
“Kampus memberikan dukungan penuh bagi para ilmuwan untuk melahirkan berbagai pemikiran kritis dan pemahaman mendalam terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi,” katanya seraya berharap orasi kebudayaan dapat menggugah dan merumuskan perubahan holistic yang mampu mempengaruhi dan berkontribusi dalam memajukan peradaban manusia.
Dalam Orasi Kebudayaannya Hermawan Sulistyo menggugah keberadaan kaum intelektual dalam peradaban manusia di tengah gempuran teknologi yang disebutnya sebagai masa Kematian Kaum Intelektual.
“Sepanjang sejarah pemikiran, perdebatan klasik selalu berulang, tentang peran intelektual dalam perjalanan peradaban. Intelektual dipercaya-self acclaimed terutama oleh kalangan intelektual sendiri sebagai pembawa obor peradaban. Sebuah self-defined role yang bersifat grandiose. Padahal peran seperti itu hanya eskapisme dari ketidakmampuan menguasai teknokratisme (teknologi),” ucap Hermawan Sulistiyo dalam orasinya..
Baca juga : Gelar Dialog Kebudayaan, Guru Besar FISIP UI Apresiasi Mahasiswa UBL
Tradisi yang sesungguhnya, menurut Hermawan, sejak awal justru telah dimiliki oleh para intelektual Islam; dimana banyak ulama terkemuka adalah astronom-astronom terbaik pada masanya. Tradisi yang kemudian tumbuh berkembang di kalangan Pastor Katolik yang menyebar ke seluruh dunia. Intelektualisme yang merupakan perpaduan antara filsafat ilmu dan teknokratisme.
Hermawan lebih jauh mengatakan, tugas sejarah kaum intelektual saat ini sudah memasuki fase kritis (critical phase), atau injury time, yang justru dimatikan oleh lingkungan strategisnya sejak awal.
“Sebelumnya ada yang mengatakan jika ingin menundukkan sebuah negara, bunuhlah tentaranya. Hal ini sudah tidak berlaku, karena hari ini yang kita bunuh adalah justru keberadaan kaum intelektual yang menjadi jantung dari peradaban manusia, dan kita yang sendiri yang membunuh keberadaan kaum intelektual itu,” paparnya lagi.
Baca juga : FIB Unsoed Selenggarakan Kolaborasi Pagelaran Indonesia Jepang
“Saya berpikir sudah tidak diperlukan lagi keberadaan kaum intelektual saat ini dengan adanya teknologi dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang sudah masuk dalam berbagai lini kehidupan manusia,“ ucapnya, seraya menggugah keberadaan para intelektual dalam kemajuan peradaban manusia.
Orasi Kebudayaan ditandai dengan pemberian sejumlah testimoni dari para sahabat dan rekan sejawat Hermawan Sulistyo antara lain oleh Ketua Dewan Pembina Yayasan Brata Bhakti sebagai Yayasan yang menaungi Ubhara Jaya, Staf Khusus Presiden Sukardi Rinakit, Koordinator Kelompok Ahli Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen (Purn.) Ahwil Luthan, serta tamu dan undangan kehormatan lainnya. (Z-5)
Baca juga : Akademi Televisi Indonesia Kerja Sama dengan Institut Kebudayaan Kazan, Rusia
Di tengah derasnya arus globalisasi dan tekanan dominasi bahasa-bahasa besar dunia, bahasa daerah menghadapi ancaman yang semakin konkret
FILM Turang, yang pertama kali tayang sekitar 67 tahun silam di Festival Film Asia Afrika di Tashkent, Uzbekistan pada 1998 kini kembali dirayakan.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wakil Menteri Kebudayan Giring Ganesha Djumaryo berkesempatan menerima Menteri Kebudayaan Federasi Rusia, Olga Lyubimova.
MENTERI Kebudayaan Fadli Zon dan Wakil Menteri Kebudayan Giring Ganesha Djumaryo berkesempatan menerima Menteri Kebudayaan Federasi Rusia, Olga Lyubimova.
Indonesia: Zamrud khatulistiwa, diapit dua benua dan samudra. Kaya budaya, strategis, dan rawan bencana.
Indonesia: Letak geografis unik pengaruhi iklim, budaya, ekonomi. Pelajari dampak strategisnya bagi Nusantara!
Dampak pengembangan IQ, EQ, dan SQ secara simultan pada aspek personal terhadap peserta pelatihan dapat  peningkatan kesadaran diri (Self-Awareness).
di Indonesia, satu dari 1.400 kelahiran bayi tidak di-skrinning tiroid sejak lahir dan rata-rata IQ-nya di bawah 70-80.Â
Daycare bisa menjadi salah satu langkah yang bagus jika orangtua ingin anak-anak mereka mengenal dunia luar sejak usia dini. Tetapi, orangtua perlu teliti dan hati-hati mengecek
BUYA Ahmad Syafi'i Ma'arif memang telah berpulang meninggalkan kita dua tahun lalu (27 Mei 2022). Yang pergi hanya jasad, tetapi tidak dengan warisan-warisannya.
Pengalaman hidupnya ditiru dan menjadi teladan oleh yang muda-muda terutama yang ingin menjadi pemimpin di masa depan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved