Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
ANAK-anak memiliki tingkat perkembangan yang berbeda-beda. Namun orangtua harus paham mengenai kapan seorang anak mencapai titik perkembangan tertentu sesuai dengan usianya.
Salah satu indikator termasuk pada usia berapa anak secara umum sudah bisa berbicara. Ketika perkembangan anak tidak sesuai dengan panduan tumbuh kembang anak, bisa jadi anak mengalami keterlambatan bicara.
Orangtua harus mengacu pada panduan tumbuh kembang anak tersebut ketika mengamati tumbuh kembang anak. Panduan ini biasanya dapat diperoleh di rumah sakit, Puskesmas, atau Posyandu.
Baca juga: Gandeng Generos, IKATWI Bahas Kekurangan Jumlah SDM Terapis Wicara
Jika orangtua mulai merasa ada masalah pada perkembangan wicara dan bahasa anak, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter anak untuk mengetahui apakah anak memerlukan terapi wicara.
Masih Minimnya Terapis Wicara
Di Indonesia sendiri, terapis wicara hanya ada 2.000 orang, hal itu berbanding terbalik di mana 1 dari 300 anak di Indonesia saat ini mengalami gangguan dalam berkomunikasi.
Tidak hanya itu, terapi ini juga umumnya hanya bisa dilakukan di rumah sakit dan klinik mandiri yang tentunya membutuhkan usaha lebih dari para orang tua, baik dari segi waktu maupun efisiensi terapi tersebut.
Layanan Fisioterapi Home Visit Pertama
Melihat hal tersebut, Hasnal Wenes, Aditya Said, dan Ananda Farrell yang sebelumnya berhasil menciptakan platform layanan fisioterapi home visit pertama di Indonesia bernama Fisiohome.
Baca juga: Layanan Instalasi Terapi Khusus
Fisiohome telah memberikan pelayanan lebih dari 20.000 visit dalam jangka waktu kurang dari setahun.
Kemudian, Fisiohome memutuskan untuk mendirikan Wicaraku yang hadir sebagai solusi untuk kebutuhan layanan terapi wicara home visit yang lebih mudah diakses masyarakat.
Hasnal Wenes, Founder dan CEO Wicaraku, menjabarkan, “Wicaraku lahir dari banyaknya permintaan terapi wicara ke rumah dari pasien Fisiohome dalam setahun terakhir ini."
"Banyak dari pasien kami yang merasakan manfaat luar biasa dari kemudahan layanan home visit lalu menanyakan apakah kami juga bisa menyediakan terapi wicara dengan konsep panggilan ke rumah yang sama untuk anggota keluarga dan kerabat mereka,” kata Hasnal dalam keterangan, Rabu (21/6).
Baca juga: Kemensos dan Stafsus Presiden Siapkan Modul untuk Tuna Rungu
Aditya Said, Founder dan COO Wicaraku, menjelaskan “Terapi wicara ini merupakan terapi yang tidak bisa dilakukan sekali saja, butuh dukungan dan juga peran aktif baik dari pasien maupun pendamping untuk secara rutin dan terjadwal melakukan terapi ini."
"Berangkat dari hal tersebut, Wicaraku hadir sebagai home visit terapi wicara yang memungkinkan pasien untuk mendapatkan layanan terapi wicara, tanpa terhalang waktu jarak,” jelasnya.
Tawarkan Jasa Terapi Wicara ke Rumah
Wicaraku menawarkan jasa terapi wicara ke rumah yang cepat dan mudah diakses, pasien cukup menghubungi melalui WhatsApp untuk berkonsultasi dan juga penjadwalan.
Meskipun sebagian besar pengguna Wicaraku saat ini adalah untuk treatment keterlambatan bicara pada anak.
Namun Wicaraku sebenarnya menawarkan semua kebutuhan terapi wicara seperti perawatan pasca-stroke, pengidap kanker, pengidap parkinson, cerebral palsy, down syndrom, disfagia dan juga afasia.
Terapi ini juga dilakukan oleh terapis yang telah memiliki sertifikat dan gelar pendidikan sebagai ahli terapi wicara dan bahasa.
“Dengan menggunakan layanan Wicaraku, terapis akan membuat program atau rencana terapi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien," jelas Hasnal.
Baca juga: Jadi Juru Masak Andalan McD
"Pasien juga irit waktu, tenaga dan biaya transportasi karena tidak harus bolak - balik ke rumah sakit guna mendapatkan layanan kesehatan sehingga lebih nyaman dalam menjalani terapi, selain itu layanan post-treatment kami juga menjadi andalan untuk memastikan perkembangan pasien sesuai dengan rencana terapi.” terang Hasnal.
Aditya menambahkan, “Kami berharap Wicaraku dapat menjadi top of mind masyarakat yang memerlukan layanan terapi yang berfokus pada wicara, bahasa, komunikasi kognitif, dan gangguan menelan."
"Ke depannya, kami berharap dapat segera memperluas daerah pelayanan kami, yang saat ini baru berfokus di wilayah Jabodetabek saja,” katanya.
“Tidak hanya itu, kami juga ingin membuka lapangan pekerjaan yang baru dengan bekerja sama dengan mitra terapis seperti dengan Terapi Wicara Indonesia (TWI) dan juga universitas-universitas sehingga setiap lulusan dan alumni bisa langsung bergabung menjadi terapis di Wicaraku,” tutup Aditya Said. (RO/S-4)
Dari 120 startup yang mendaftar dari 17 negara, AJARI sukses menonjolkan inovasinya dalam pemanfaatan AI untuk bidang pendidikan.
GRAB resmi meluncurkan program akselerator Grab Ventures Velocity (GVV) ke-8 yang didukung oleh Superbank dan Genesis Alternative Ventures.
Empat penggerak ekosistem startup terkemuka Asia Pasifik yakni, KUMPUL (Indonesia), TechShake (Filipina), Techsauce (Thailand), dan InnoLab Asia (Vietnam).
SETELAH membuka cloud region di Indonesia, Google Cloud mengklaim sejak lima tahun belakang telah memberikan kontribusi ekonomi senilai Rp900 triliun.
TiDB dikenal sebagai database SQL terdistribusi yang fleksibel dan open-source.
Penting adanya ruang bagi startup lokal untuk memperluas jejaring internasional.
Sebelum anak dilepas bermain di luar, orangtua diminta memulai dengan pengawasan hingga pemantauan di awal.
Ringgo Agus Rahman mengaku belum ada hal yang dapat ia banggakan pada anak-anaknya untuk ditinggalkan.
PENGUATAN langkah koordinasi dan sinergi antarpara pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah serta masyarakat harus mampu melahirkan gerakan antikekerasan.
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
Upaya untuk mewujudkan peningkatan kualitas anak, perempuan, dan remaja masih banyak menghadapi tantangan.
Pada anak usia dini—yang masih berada pada tahap praoperasional menurut teori Piaget—, konten absurd berisiko mengacaukan pemahaman terhadap realitas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved