Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Tradisi Lisan Jadi Penentu Kelestarian Alam

Dinda Shabrina
14/6/2023 18:45
Tradisi Lisan Jadi Penentu Kelestarian Alam
SEMINAR TRADISI LISAN: Direktur Pemberitaan Media Indonesia Ade Alawi (kiri) dan Ketua Umum ATL Pudentia memperlihatkan nota kerja sama(MI/Usman Iskandar)

   KEKUATAN tradisi lisan sebagai sumber utama pembentukan karakter masyarakat sudah diakui sejak lama. Sebagai bagian dari warisan budaya yang turunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, tradisi lisan memperlihatkan pula sebuah proses sosial budaya dari masa ke masa.

   Pengarang sekaligus sastrawan Muhammad Hj. Salleh menuturkan selain sebagai simbol dan identitas suatu bangsa, tradisi sastra lisan rupanya juga amat berpengaruh pada perspektif dan cara pandang umat manusia hari ini.
Budaya berpantun, berpuisi serta gurindam, sebagai tradisi asli masyarakat Melayu sekaligus menjadi identitas Indonesia, sangat disayangkan, kini mulai luntur. Salleh mengatakan dengan lunturnya tradisi itu, cepat atau lambat luntur pulalah kelestarian alam.

   “Mengapa demikian? Karena manusia kini tidak lagi memandang alam sebagai tempat ia belajar, bukan pula tempat memaknai banyak hal  kehidupan. Alam sebagai objek dari hal-hal yang bisa ia eksploitasi,” ujarnya dalam diskusi Pleno Asosiasi Tradisi Lisan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, kemarin.

   Salleh menyontohkan pepatah dalam tradisi lisan orang Minang ‘alam takambang jadi guru’ yang artinya leluhur kita di masa lalu kerap menganggap alam semesta tempat ia tinggal merupakan tempat belajar. Manusia diharapkan dapat mengambil banyak pelajaran dari alam, memaknai setiap proses tumbuh dan memelihara alam sebagai sesama subjek kehidupan.
Pandemi, kata dia, juga turut berperan mempercepat lunturnya tradisi sastra lisan kita. Generasi muda terutama, mayoritas juga telah kehilangan jati dirinya sebagai orang Melayu.

   Antropolog Amri Marzali juga membenarkan hal pemikiran tersebut. Tradisi lisan lain seperti berlakon dalam teater dan wayang orang, juga semakin tak terdengar eksistensinya.

 Minimnya dukungan dari pemerintah untuk menyelamatkan tradisi lisan juga turut menjadi sebab mengapa tradisi ini semakin banyak ditinggal masyarakat. Cara pengemasan yang tidak menggoda anak muda hingga ruang-ruang untuk berkreativitas yang terbatas jadi kendala.

  “Kira kira perlu ada pertimbangan dari pemerintah serta korporasi untuk menjadikan berbagai bentuk kegiatan seni dalam tradisi lisan kita sebagai kegiatan yang profesional. Banyak seniman yang tak bergairah seperti dahulu karena industri hiburan tradisional kita terpinggirkan dan nyaris tak diperhatikan. Ini momentum untuk pemerintah, serta korporasi juga turut serta memperhatikan para pekerja seni kita,” pungkasnya.(H-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya