Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
SEORANG warga Kota Metro Provinsi Lampung Muhammad Arief Alghafiqi Hasan divonis menderita gagal ginjal oleh dokter dan harus menjalani prosedur cuci darah (hemodialisis). Prosedur tersebut harus dijalani oleh Muhammad Arief selama bertahun-tahun agar bisa terus bertahan hidup.
Muhammad Arief mengaku merasakan manfaat Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi masyarakat, termasuk dirinya yang harus rutin menjalani prosedur cuci darah.
“Sejak delapan tahun lalu saya rutin menjalani prosedur cuci darah di rumah sakit untuk menjaga kondisi kesehatan saya. Beruntung saya telah menjadi peserta JKN, sehingga seluruh pengobatannya tanpa biaya karena telah ditanggung BPJS Kesehatan,” ungkap Arief, Senin (27/2) lalu.
Baca Juga: Kualitas Layanan JKN untuk Pasien Dialisis Dinilai Meningkat
Arief yang juga ikut sebagai anggota Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) Cabang Lampung memahami biaya pengobatan sakit ginjal sangatlah besar. Ia berterima kasih atas iuran yang dibayarkan oleh peserta JKN yang telah membantu membiayai seluruh pengobatannya.
“Saya tahu prinsip gotong royong dalam Program JKN. Iuran peserta yang sehat akan digunakan untuk membiayai pengobatan peserta yang sakit. Kami sangat berterima kasih, semoga ini jadi ladang pahala seluruh masyarakat yang telah rutin membayar iuran Program JKN," tuturnya.
Baca Juga: Waspadai Penyakit Ginjal, Cara Pencegahan dan Gejalanya
Ia juga menuturkan dirinya mendapat kesempatan hidup kedua berkat Program JKN. Kalau tidak, mungkin ia sudah lama meninggal akibat tidak mampu menanggung besarnya biaya yang harus saya keluarkan setiap kali saya cuci darah.
Selain manfaat Program JKN yang sangat besar, Arief juga puas dengan pelayanan kesehatan yang diterimanya di fasilitas kesehatan di Provinsi Lampung yang memiliki alat dan sumber daya manusia (SDM) memadai. Mayoritas fasilitas kesehatan di sana pun telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
“Kami pasien penderita gagal ginjal, merasa bersyukur saat ini telah banyak fasilitas kesehatan yang bisa melakukan prosedur cuci darah. Mereka juga telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan sehingga kami bisa melakukan cuci darah tanpa mengeluarkan biaya karena telah dijamin oleh Program JKN,” tambahnya.
Arief mengaku saat ini prosedur pelayanan Program JKN semakin baik. Ketika ingin berobat baik ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) ataupun ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL), kini tidak perlu lagi membawa fotokopi Kartu Keluarga (KK), kartu JKN, Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan berkas-berkas pendukung lainnya.
“Saat ini kalau berobat ke Puskesmas ataupun ke rumah sakit, tidak diminta lagi fotocopy KK, kartu JKN, KTP dan lain-lain. Petugas di sana bilang katanya saya cukup tunjukkan KTP. Selama kartu JKN saya aktif dan sudah mengikuti prosedur, saya dilayani dengan baik dan memuaskan seperti biasanya. Sungguh inovasi yang efektif dan memudahkan, tidak perlu ribet-ribet fotocopy berkas lagi,” ungkapnya.
Arief dan teman-teman di Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia berharap Program JKN bisa terus sustain, "Karena tanpa Program JKN kami tidak mampu membiayai pengobatan ini,” tutup Arief. (S-3)
KUALITAS layanan kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih harus terus ditingkatkan. Dengan begitu upaya mencapai berbagai target terkait kesehatan ibu dan anak bisa tercapai.
WAKIL Ketua Komisi IX DPR RI Fraksi Partai Gerindra Putih Sari mendukung keputusan Presiden Prabowo Subianto terkait kesejahteraan tenaga medis yang bertugas di daerah terpencil.
PEMERINTAH mendorong percepatan pembangunan layanan kesehatan yang merata di seluruh wilayah Indonesia seperti Cek Kesehatan Gratis (CKG)
Gubernur Sulsel kirim 20 tenaga medis untuk layanan kesehatan di Pulau Pangkep dan Selayar. Aksi nyata pemerataan layanan di daerah terpencil Sulawesi Selatan.
Pemprov Sulsel luncurkan Program Pelayanan Kesehatan Bergerak untuk layani daerah terpencil seperti Selayar dan Pangkep, hadirkan dokter spesialis dan layanan mobile.
BPJS Kesehatan menegaskan komitmennya untuk memperkuat strategi pendanaan dan mengembangkan layanan kesehatan jangka panjang
Pembiayaan perawatan penyakit ginjal kronis BPJS Kesehatan tercatat naik signifikan dari Rp6,5 triliun pada 2019 menjadi Rp11 triliun pada 2024.
Farmaklik akan bekerja sama dengan berbagai rumah sakit di seluruh Indonesia untuk membuka pusat layanan hemodialisa.
JKN menjadi asa bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam mengakses pelayanan di fasiltas kesehatan.
Ruang Hemodialisa ini menggunakan Dana BLUD RSUD Palangka Raya Tahun Anggaran 2024.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengunjungi Kantor Pusat Yayasan Lions Indonesia di Pluit, Jakarta Utara, Rabu (6/3). Bangunan gedung 3 lantai ini memiliki berbagai layanan.
SETIDAKNYA ada tujuh bayi prematur dan 27 pasien telah meninggal dalam beberapa hari terakhir di rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza, yang terbesar di wilayah Palestina.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved