Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
GURU Besar bidang kesehatan dan dokter ahli saraf Unika Atma Jaya Prof Yuda Turana menjelaskan paparan AC bukanlah penyebab terjadinya penyakit Bell's Palsy atau kelumpuhan pada salah satu sisi otot wajah sehingga tampak melorot.
"Jelas tidak benar. Artinya kita tahu hampir semua orang yang bekerja di kantor juga pakai AC, dan nggak semua terkena Bell's Palsy. Jadi artinya tidak benar kalau Bell's Palsy itu karena AC. Jadi penyebabnya virus," ungkap Yuda, dikutip Senin (20/2).
"Ada yang bilang terpapar AC di satu sisi bisa Bell's Palsy. Memang terpapar AC di satu sisi nggak bagus secara kesehatan. Tapi itu bukan penyebab Bell's Palsy," imbuhnya.
Baca juga: Prinsip 5210 Bisa Bantu Anak Anda Terhindar dari Diabetes
Lebih lanjut, Yuda menjelaskan Bell's Palsy juga berbeda dengan stroke. Akan tetapi, kedua penyakit ini memang sulit dibedakan oleh masyarakat awam karena memiliki gejala yang mirip.
"Secara umum, secara gejala, bagi orang awam memang sulit dibedakan. Sehingga saya selalu bilang, kalau ada kelumpuhan sebelah, kita anggap jelek dululah. Kita anggap stroke dulu. Tapi sebenarnya, meskipun gejalanya hampir mirip-mirip, penyebabnya beda," jelas Yuda.
"Kalau gejala kan miripnya kelumpuhan di wajah, kemudian mendadak. Itu kan gejalanya sama. Tapi kalau dari penyebab, jelas beda banget. Kalau Bell's Palsy itu terkait dengan infeksi virus ya. Kalau stroke itu karena pembuluh darah. Artinya bisa karena tersumbat atau pendarahan. Jelas terapinya juga akan berbeda," tambahnya.
Meskipun disebabkan karena infeksi virus, Bell's Palsy tidak menular. Yuda memaparkan bahwa virus ini pun cukup unik, sebab hanya menempel pada tubuh yang cocok.
"Hampir jarang satu keluarga Bell's Palsy. Atau seseorang yang Bell's Palsy di kantor kita tanya ketularan dari siapa, itu jarang ya. Biasanya pasien nggak tahu dari mana dan kemudian kenanya di siapa. Jadi Bell's Palsy memang penyebabnya adalah virus, tapi tergantung juga dari aspek hal lain," ujar Yuda.
"Terlepas dari kondisi tubuh yang turun, ada juga aspek lain. Artinya virus ini nempel pada yang cocok tempatnya. Nggak semua orang bisa terkena. Tapi yang pasti apapun jenis virusnya, kalau saat kondisi tubuh turun, risiko makin meningkat," pungkasnya. (Ant/OL-1)
Hipertensi, hingga kini, masih menjadi penyebab utama penyakit kardiovaskular dan kematian dini di seluruh dunia.
Pemerintah Indonesia berupaya mengeliminasi kusta karena kusta merupakan penyakit yang seharusnya sudah tidak ada lagi.
Dalam hal cuka sari apel, asam asetat merupakan penyebab utama di balik efek samping yang mungkin muncul.
Penyakit leptospirosis kembali menarik perhatian setelah menimbulkan korban jiwa dan menginfeksi ratusan orang di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Selain harus berjuang dengan penyakitnya, penderita diabetes juga ternyata mengalami rasa kesepian yang luar biasa.
Saat ini terdapat 160 kasus Multiple Sclerosis di Indonesia pada 2020, sementara prevalensi MS di Indonesia diperkirakan antara 1-5 penyintas per 100.000 penduduk.
Varian baru virus SARS-CoV-2 yang dikenal dengan nama Nimbus atau varian NB.1.8.1 mulai menarik perhatian dunia setelah penyebarannya meningkat di sejumlah negara Asia.
PARA ilmuwan di Tiongkok telah menemukan sejumlah virus baru yang belum pernah terlihat sebelumnya pada kelelawar yang hidup di dekat manusia.
Peneliti di Tiongkok menemukan 20 virus baru di ginjal kelelawar Yunnan, dua di antaranya mirip dengan virus mematikan Nipah dan Hendra.
HPV itu ada banyak jenisnya, inkubasinya, dan gejalanya. Tidak semua virus HPV bisa memicu kanker serviks. Sebagian hanya memiliki gejala seperti kutil dan menghilang dengan sendirinya.
Para ilmuan mendalami sistem imunitas yang dimiliki kelelawar untuk mengatasi virus.
Virus ini dapat masuk ke tubuh manusia lewat perantara nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved