Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SEMANGAT persatuan antar umat beragama mendapat perhatian yang begitu serius dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab kerukunan bangsa menjadi aspek penting dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Plt. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatra Utara Abu Rokhmad mengatakan, Presiden Jokowi cukup berhasil dalam menjaga kerukunan antar umat beragama selama masa pemerintahannya. Salah satunya melalui program moderasi beragama.
“Saya kira Pak Jokowi sudah berusaha keras dan sejauh ini beliau berhasil menciptakan kerukunan. Memang ini sekali lagi, bukan hanya pekerjaan Pak Presiden, namun pekerjaan kita semua. Kita berharap seluruh lapisan masyarakat harus saling bahu membahu mensukseskan ini. Dengan demikian maka ini tidak hanya menjadi beban pemerintah pusat semata,” kata Abu Rokhmad.
Di sisi lain, dia juga mengingatkan, menjaga kerukunan antar umat beragama bukan hanya tugas pemerintah pusat semata, melainkan seluruh elemen bangsa, termasuk pemerintah daerah. Apalagi menurutnya dinamika antar umat lebih sering terjadi di daerah sehingga peran aktif pemerintah daerah dalam mengampanyekan kerukunan bangsa dituntut lebih maksimal.
Baca juga : Anies Baswedan Kisahkan Perjuangan Nenek Ikut Kongres Perempuan 1928
“Kita tau bahwa di dalam dinamika umat itu sebagian besar ada di daerah-daerah. Tolong itu kelompok yang intoleran jangan diberikan panggung, jangan diberikan support. Kita ingin mendorong agar yang moderat di depan sehingga betul-betul aman. Pak Jokowi itu berhasil. Makanya 2024 ini pertaruhan kita semua, kita harus betul-betul siapkan pemimpin yang tulus dan jujur dalam menjaga NKRI agar tetap utuh,” tegasnya.
Abu Rokhmad mengimbau agar semua pihak menghindari penggunaan politik identitas dalam Pemilu 2024 mendatang. Sebab menurutnya politik identitas sangat berbahaya hingga berpotensi memecah kehidupan bangsa.
“Terlebih kita menjelang Pemilu, penggunaan politik identitas dalam konteks untuk mendapatkan popular vote itu berbahaya, bisa merusak sendi-sendi kehidupan kita sebagai bangsa dan negara,” tukasnya.
Seperti diketahui, dalam rangka memperkokoh kerukunan antar umat beragama, pemerintahan memiliki program moderasi beragama yang dapat dijadikan sebagai strategi kebudayaan untuk merawat Indonesia yang damai, toleran dan menghargai keragamaan. Moderasi beragama adalah cara hidup untuk rukun, saling menghormati, menjaga dan bertoleransi tanpa harus menimbulkan konflik karena perbedaan yang ada. (RO/OL-7)
Toleransi, katanya, adalah kata yang paling sering terdengar tapi terkadang bisa berbalik menjadi penyebab tindakan-tindakan intoleran.
Kementerian Agama menggagas Gerakan Ekoteologi, yaitu pendekatan keagamaan yang mendorong kepedulian lingkungan berbasis nilai-nilai spiritual.
Fondasi dari moderasi beragama yang kokoh tak hanya bertumpu pada edukasi atau pendekatan budaya semata, tetapi juga sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Dengan memahami makna semboyan bangsa tersebut maka akan muncul cinta, toleransi, dan kelembutan perlu dimiliki oleh setiap orang yang beragama.
Wasathiyah sejatinya mengantarkan manusia ke kehidupan yang sukses dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat.
Perkembangan penduduk yang yang semakin padat dan majemuk dengan keragaman suku bangsa dan agama menjadikan hal penting dalam menjaga kehidupan dan kerukunan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved