UNIVERSITAS Negeri Jakarta (UNJ) kembali mengukuhkan 4 Guru Besar yang dilaksanakan pada Selasa (20/12). Tambahan 4 orang profesor tersebut menjadikan UNJ secara total telah mengukuhkan 15 Guru Besar di sepanjang tahun 2022.
Keempat Guru Besar tersebut adalah Prof Yuli Rahmawati dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA); Prof Dede Rahmat Hidayat dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP); Prof Elindra Yetti dari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), dan Prof Ari Saptono dari Fakultas Ekonomi (FE).
Rektor UNJ, Prof Komarudin menyampaikan apresiasi kepada keempat Guru Besar atas kontribusi keilmuan dan pencapaian jabatan akademik tertinggi dalam dunia pendidikan. Pengukuhan hari ini merupakan rangkaian prosesi pengukuhan yang keenam di tahun 2022.
"Alhamdulillah dalam rentang tahun 2022, UNJ telah kukuhkan 15 Guru Besar. Pencapaian ini patut kita syukuri bersama dan semoga semakin penguatkan peran UNJ menuju kampus yang bereputasi dan terbaik pada tingkat nasional dan dunia," ujarnya dalam sambutan acara Pengukuhan Guru Besar UNJ yang disiarkan secara daring, Selasa (20/12).
Prof Komarudin berharap pengukuhan 4 orang guru besar hari ini mampu menginspirasi para dosen lainnya untuk segera menjadi guru besar. Sebab menjadi guru besar merupakan sebuah keniscayaan bagi dosen atau akademisi, dan menjadi guru besar tidaklah sukar seperti yang digambarkan.
"Dengan ikhtiar, konsistensi, dan kontinuitas yang tinggi, Insya Allah jalan menjadi guru besar menjadi mudah. Kegigihan itu ditunjukan oleh Prof. Yuli Rahmawati yang membuktikkan dirinya sebagai professor termuda di UNJ,” imbuhnya.
Prof. Hafidz Abbas selaku Ketua Senat UNJ juga menyampaikan ucapan selamat kepada keempat guru besar atas puncak karier akademik yang diraih. "Semoga ilmunya dapat bermanfaat bagi kemajuan UNJ dan Indonesia,” kata dia.
Dalam orasi ilmiah Prof Ari Saptono dengan judul 'Model Asesmen Pendidikan Ekonomi di Era Digital', dia menjelaskan dampak revolusi industri 4.0 pada dunia pendidikan, khususnya ekonomi. Hal itu tidak bisa dihindari dari derasnya arus perubahan di era digital saat ini.
"Revolusi industri 4.0 atau juga dikenal sebagai era digital disadari maupun tidak, telah berdampak pada dunia pendidikan, khususnya pada bidang pembelajaran dan asesmen-nya," terangnya.
Dari berbagai studi yang ada dan ditekuninya, Prof Ari kemudian merumuskan model asesmen pendidikan ekonomi yang relevan dengan era digital 4.0. Di antaranya adalah asesmen performance, asesmen penugasan, asesmen praktik, dan asesmen proyek.
Guna mendukung keempat model asesmen tersebut, menurut Prof Ari ada beberapa platform digital yang sangat relevan dipergunakan diantaranya, Kahoot, AnswerGarden, Socrative, Plickers, dan Platform Google Formulir.
Tari pendidikan
Orasi kedua disampaikan oleh Prof Elindra Yetti yang mengangkat judul 'Tari Pendidikan sebagai Stimulasi dalam Melejitkan Potensi Anak Usia Dini'.
Elindra yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini itu menjelaskan bahwa tari pendidikan merupakan media yang penting dalam stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
"Tari pendidikan merupakan kegiatan menari yang mengutamakan kebebasan anak dalam bergerak dan sesuai dengan kemampuan motoriknya. Dampak dari tarian pendidikan pada anak usia dini diantaranya, mampu mengendalikan perasaan dan pikiran anak, mengembangkan keterampilan komunikasi, kepercayaan diri, mengembangkan keterampilan kolaboratif, hingga melahirkan kemandirian pada anak," jelasnya.
Menurut Prof Elindra, kegiatan tari pendidikan juga dapat mengidentifikasi bakat dan minat anak usia dini. Hal ini dapat memberikan solusi bagi orang tua untuk menyalurkan bakat tari anak sejak dini. Selanjutnya, mengingat pentingnya tari pendidikan dalam melejitkan potensi anak usia dini, Prof Elindra merekomendasikan agar tari pendidikan masuk ke dalam kurikulum pembelajaran dan diajarkan secara holistik untuk memungkinkan elemen-elemen perkembangan anak berkembang dengan baik.
Lalu untuk orasi ilmiah yang ketiga disampaikan oleh Prof Dede Rahmat Hidayat, yang berjudul 'Memilih Karier adalah Memilih Jalan Kehidupan'. Prof Dede yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Bimbingan dan Konseling mengatakan bahwa keputusan karier merupakan aspek penting dalam menunjang transisi dari peran masa kanak-kanak dan remaja untuk menjadi bagian dari angkatan kerja dewasa.
"Dalam konteks dunia pendidikan program bimbingan karier yang efektif dapat diarahkan kepada pengembangan peserta didik di segala usia sebagai bagian dari proses pendidikan agar mencapai tujuan yang lebih besar yang disebut 'kehidupan'. Bimbingan karier harus terkoneksi dengan belajar untuk hidup," kata dia.
Dengan demikian bimbingan karier sesungguhnya masalah kurikuler yang relevan untuk jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah.
Berkaca dari pentingnya bimbingan karier, Prof Dede mengembangkan tiga kelompok kegiatan pengembangan diantaranya adaptasi dan pengembangan instrumen sebagai dasar bagi program pengembangan program layanan bimbingan dan konseling karier di sekolah, pengembangan program bimbingan dan konseling karier di setiap jenjang Pendidikan, dan pemanfaatan IT dalam layanan bimbingan dan konseling karier.
Termuda
Terakhir, orasi ilmiah dari Guru Besar UNJ Termuda yang dikukuhkan tahun ini, yaitu Prof Yuli Rahmawati yang mengetengahkan judul 'Pendidikan Kimia Transformatif Menuju Pengembangan Generasi Emas 2045'.
Menurutnya tujuan pendidikan kimia selaras dengan tujuan pendidikan nasional untuk menghasilkan generasi muda yang memiliki kecakapan keilmuan dan juga menjadi agent of change (agen perubahan), berkarakter, dan berbudaya menuju generasi emas 2045.
"Dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut, maka diperlukan pendidikan kimia transformatif yang meliputi lima komponen utama, yaitu kompetensi holistik terintegratif, kurikulum progresif, pendidik reflektif dan transformatif, pembelajaran transformatif, dan, penelitian transformatif," jelasnya.
Lima komponen ini didasarkan pada prinsip pendidikan transformatif yaitu critical-self reflections, empowerment yang saling terkait satu sama lain, dan selaras dengan pencapaian kompetensi generasi emas 2045. (H-2)