Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DALAM rangka perayaan Universitas Pancasila (UP) ke-56, UP yang berdiri sejak 28 Oktober 1966 dan turut mengemban tugas menjaga warisan budaya batik, menggelar kampanye budaya sebulan penuh selama Oktober 2022 bertajuk “Pancasila Berbatik: Merayakan Pancasila, Merayakan Kita”.
Dalam sambutanya, Rektor UP Prof Dr Edie Toet Hendratno SH MSi FCBArb yang diwakili oleh Wakil II Rektor UP Dr Novi Yantih MSi Apt menyampaikan batik merupakan akulturasi budaya Indonesia yang memiliki sejarah panjang.
Sejak UNESCO menetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 maka sejak itu pula ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.
Baca juga : KPC Dukung Pelestarian dan Pengembangan Batik Wakaroros
"Universitas Pancasila sebagai salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia tentunya turut pula mendukung kearifan lokal tersebut sebagai budaya bangsa yang patut diapresiasi setinggi mungkin," kata Novi Yantih.
Dengan mengusung keanekaragaman dan keberlanjutan, UP mencanangkan kampanye #sebulanUPberbatik yang bertepatan pula dengan Hari Lahir Universitas Pancasila pada 28 Oktober.
"Karena itu, #sebulanUPberbatik tidak hanya menghimbau civitas akademika untuk mengenakan pakaian batik/aksesoris batik selama satu bulan, tetapi juga memberikan edukasi tentang topik-topik menarik seputar batik," jelas dia dalam keterangan, Kamis (20/10).
Baca juga : Ikut Kampanye Capres Nomor Urut 1, Mutiara Baswedan Serap Aspirasi Pengrajin Batik
Melalui acara talkshow bertajuk Pancasila Berbatik, Merayakan Pancasila Merayakan Kita yang dilakukan hari ini pada 20 Oktober 2022 di Aula Masjid At-Taqwa, Kampus UP, Jakarta, diharapkan akan memberikan gambaran dan pengetahuan kepada peserta tentang pentingnya mempertahankan warisan budaya bangsa tersebut.
Talkshow yang dimoderatori Maharani Ardi Putri MPsi ini menampilkan narasumber JJ Rizal yakni sejarahwan yang membahas tentang Batik: Perjalanan Sejarah Seni Cita Indonesia dan Asri Welas yakni artis dan pembisnis perempuan yang menyampaikan pandangan mengenai Batik dan Pemberdayaan UMKM.
"UP memiliki misi untuk merangkul keberagaman dan mengakomodasi perbedaan pengetahuan yang deliberative. UP menjadi semacam—apa yang disebut Jurgen Habermas sebagai—agen perubahan," jelasnya.
Baca juga : Batik-Jinju Silk Berkolaborasi di Pameran Busana Jakarta
"Terdiri dari tujuh fakultas yaitu Ekonomi dan Bisnis, Farmasi. Komunikasi. Hukum, Teknik, Psikologi, Pariwisata dan 1 Fakultas Pasca Sarjana memiliki keragaman kampus sebagai tempat menggali pembelajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat sebagai bentuk pelaksanaan kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi," ujar Novi.
Ia melanjutkan genap 56 tahun berkecimpung dalam pusaran perguruan tinggi, UP menetapkan diri sebagai salah satu ‘penjaga’ Batik sebagai warisan budaya melalui internalisasi pengetahuan, mulai dari sejarah, seni, dan keberlanjutannya—hingga pembiasaan penggunaan batik sebagai bahan sandang.
"Jika menilik pada pemangku kepentingan utama yang berada dalam usia remaja (mahasiswa), UP memiliki tanggung jawab menjadikan Batik sebagai materi objektivasi yang menghasilkan dan para pemangku kepentingan bisa saling menularkan kebiasaan baik untuk menjaga warisan budaya Indonesia," terang Novi.
Baca juga : Langkah Pelestarian Batik Harus Segera dan Menyeluruh
Dalam talkshow tersebut, sejarawan JJ Rizal menyampaikan zaman dulu batik digunakan kalangan elite tertentu saja. Sekarang sudah mulai dipakai oleh masyarakat luas. "Karena itu menjadi tugas kita, untuk melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa Indonesia," kata JJ Rizal.
Asri Welas menambahkan batik harus lebih dekat dikenalkan kepada generasi milenial agar mereka paham sejarah warisan budaya bangsa Indonesia.
"Apalagi sekarang sudah banyak batik printing yang masuk dari luar negeri. Hal itu harus kita antisipasi sedari dini dengan mengenalkan batik kepada generasi muda karena kita memiliki warisan budaya tersebut," pungkas Asri Welas. (RO/OL-09)
Gerakan sosial rentan terhadap disinformasi dan kebisingan dari buzzer yang mengaburkan informasi.
Melalui kampanye ini, diharap masyarakat melihat skin-tightening bukan hanya sebagai perawatan, tapi juga bentuk investasi perawatan diri yang memberdayakan.
ARYADUTA Bali secara resmi meluncurkan kampanye kuliner tahunannya, Sapta Rasa, yang kini memasuki tahun ketiga.
Earth Hour bukan hanya tentang memadamkan lampu selama satu jam, tetapi juga bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif dan aksi nyata dalam melindungi lingkungan.
Kemenag berinovasi dalam mengembangkan ekosistem wakaf produktif dengan meluncurkan program Kemenag Go Green: Green Theology untuk Menjawab Tantangan Lingkungan.
MAHKAMAH Konstitusi (MK) menggelar sidang sengketa Pilkada Kabupaten Banggai 2024 dengan agenda mendengarkan keterangan ahli/saksi di Gedung MK pada Rabu (12/2).
Bangunan ini telah bertransformasi menjadi banyak tempat di antaranya tempat tinggal dokter gigi pertama Indonesia dan sekarang hadir sebagai restoran Bunga Rampai
Melalui program Desa BRILiaN, BRI mendukung pengembangan UMKM Batik Parang Kaliurang di Sleman.
Motif Wakaroros bukan sekadar corak estetis. Ia adalah narasi visual masyarakat Dayak Basap, suku adat yang hidup berdampingan dengan rimba Karst Sangkulirang-Mangkalihat.
Dengan tagline produk “When Art Meets Performance”, laptop ini tidak hanya unggul secara teknologi tetapi juga membawa identitas budaya dalam perangkat modern.
Di tengah derasnya arus modernisasi dan gempuran teknik percetakan dalam industri batik, Aisha Nadia tetap teguh menjaga warisan budaya batik tulis tradisional.
Karya-karya terpilih dari proyek ini bahkan akan ditampilkan dalam catwalk show.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved