Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Sortegg-Quail, Alat Pemanen dan Penata Telur Puyuh, Buatan Mahasiswa UGM

Agus Utantoro
26/9/2022 10:45
Sortegg-Quail, Alat Pemanen dan Penata Telur Puyuh, Buatan Mahasiswa UGM
Alat pemanen, pemilah, dan penata telur puyuh buatan mahasiswa UGM yang diberi nama Sortegg-Quail.(MI/Agus Utantoro)

MERASA prihatin dengan banyaknya telur puyuh yang mengalami kerusakan saat diambil dari kandang dan ditata ke dalam wadah, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) membuat alat yang dapat digunakan untuk memanen, memilah, dan menata  telur secara otomatis. Alat tersebut kemudian diberi nama Sortegg-Quail.

Alat itu dibuat untuk mendorong pengembangan peternakan burung puyuh serta mengurangi risiko kerusakan produk peternakan yang kerap terjadi akibat kesalahan manusia. 

"Diperkirakan 13%-20% dari jumlah produksi telur total mengalami retak, pecah, dan rusak sebelum sampai ke tujuan.  Sortegg-Quail menjadi strategi untuk memudahkan peternak puyuh dalam memanen, memilah, dan menata telur berbasis digitalisasi yang mampu meningkatkan daya saing telur puyuh dengan kualitas telur terjamin sebelum beredar di masyarakat," kata salah satu anggota tim penciptaan Sortegg-Quail, Hero Prakosa Wibowo Priyanto dari Fakultas Matematika dan  Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM, Senin (26/9).

Baca juga: Dubes Ukraina Isi Kuliah Umum Tiga Kampus di Yogyakarta

Alat ini dikembangkan oleh tim yang beranggotakan lima mahasiswa, yaitu Hero dan dua mahasiswa FMIPA lainnya, Kristian Bima Aryayudha dan Fatakhillah Khaqo, Putri Safitri Dian Kusuma (Fakultas Peternakan), dan Bayu Wiratama (Fakultas Teknik), dengan Tri Wahyu Supardi, sebagai dosen pembimbing.

Dikatakan, peternakan burung puyuh adalah salah satu subsektor peternakan yang memiliki potensi tinggi tetapi jarang diperhatikan banyak pihak. 

Peternakan ini tidak memerlukan tempat atau lahan yang  luas. Konsumsi pakan puyuh juga relatif sedikit, hanya sekitar 20 gram  per ekor per hari.

Meski demikian, sektor ini belum banyak tersentuh perkembangan teknologi karena kebanyakan peternak burung puyuh masih menggunakan cara tradisional. 

Padahal, cara itu mengandung risiko human error yang dapat  berdampak pada produksi peternakan. 

"Sangat disayangkan subsektor ini masih belum tersentuh pengaruh pengembangan teknologi di era society 5.0 ini," kata Putri.

Sortegg-Quail mengusung teknologi IoT berupa image processing yang terintegrasi dengan modul RTC sebagai penyimpan informasi pencitraan telur. 

Informasi selanjutnya ditampilkan melalui LCD berupa data jumlah telur total, telur yang baik, telur yang buruk, dan massa telur pada egg tray.

Komponen lain dari alat ini adalah kamera sebagai sensor utama penangkap citra telur, lampu ultraviolet untuk pencahayaan pendeteksi kerusakan telur, motor DC sebagai penggerak sabuk konveyor, sensor infrared sebagai pendeteksi keberadaan telur, serta motor stepper untuk menggerakkan mesin penata telur.

Tri Wahyu sebagai dosen pembimbing optimistis gagasan Sortegg-Quail akan bermanfaat bagi peternak puyuh dalam menyortir telur puyuh secara efektif dan efisien. 

Mengusung automation tools system, pemanen, pemilah, dan penata dengan fitur teknologi IoT ini dapat mempermudah pekerjaan peternak.

"Harapannya, alat ini akan terus berkembang dan dapat dimanfaatkan juga pada sektor peternakan lainnya seperti peternakan ayam, itik, dan peternakan unggas lainnya," ujar Tri Wahyu. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya