Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
MENURUT Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hidrologi adalah ilmu tentang air di bawah tanah, keterdapatannya, peredaran dan sebarannya, persifatan kimia dan fisikanya, reaksi dengan lingkungan, termasuk hubungannya dengan makhluk hidup.
Baca juga: Bencana Hidrometeorologi Kembali Landa Kota Sukabumi
Dalam sebuah proses kehidupan, terdapat siklus-siklus di dalamnya. Seperti siklus air yang melewati berbagai tahapan. Air menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, tidak hanya manusia. Air dibutuhkan untuk fotosintesis tumbuhan, air minum hewan dan manusia, dan sebagainya.
Siklus hidrologi atau bisa disebut juga dengan siklus air adalah proses di mana air yang berasal dari atmosfer bumi akan kembali lagi ke atmosfer dan proses tersebut akan kembali berulang-ulang. Siklus ini bertujuan untuk mempertahankan jumlah dan ketersediaan air.
Berikut penjelasan tahapan dari siklus hidrologi:
1. Evaporasi
Evaporasi atau penguapan seluruh air adalah tahap pertama dalam sebuah siklus hidrologi.
Di tahap ini, air di sungai dan badan air lainnya akan menguap menjadi uap air.
Penguapan ini terjadi karena panasnya sinar matahari yang mengubah molekul cari menjadi molekul gas. Semakin terik sinar matahari, maka semakin besar molekul air yang terangkat ke udara.
2. Transpirasi
Transpirasi adalah proses dimana terjadi penguapan pada bagian tubuh makhluk hidup. Setelah molekul air berubah menjadi uap atau molekul gas, transpirasi pun terjadi. Transpirasi terjadi pada jaringan yang ada di hewan dan tumbuhan.
3. Evotranspirasi
Evotranspirasi sebagai suatu proses penggabungan tahap transpirasi serta tahap evaporasi sehingga kemudian pada tahap ini air yang menguap kemudian akan lebih banyak lagi. Di tahap ini, jumlah air yang terangkut di siklus hidrologi akan paling terpengaruh.
4. Sublimasi
Sublimasi merupakan proses perubahan molekul cair menjadi molekul gas ke atmosfer, namun proses ini dilalui oleh es yang ada di kutub utara. Sublimasi membutuhkan waktu yang lebih lambat daripada proses lainnya.
5. Kondensasi
Selanjutnya ada tahap kondensasi yang merupakan tahap yang akan mengubah air menjadi partikel es. Partikel es ini terbentuk karena suhu dingin pada ketinggian atmosfer bagian atas. Partikel es akan berkumpul dan menjadi awan. Kondensasi yang membuat wujud awan menjadi lebih padat.
6. Adveksi
Tahap ini tidak terjadi di siklus hidrologi pendek, namun hanya terjadi di siklus hidrologi panjang. Adveksi membuat awan berpindah dari satu titik ke titik lainnya. Perpindahan ini terjadi karena angin yang berpindah dari lautan ke daratan dan sebaliknya.
7. Presipitasi
Presipitasi membuat awan mencari karena tidak mampu menahan suhu yang makin lama kian meningkat. Maka di tahap inilah hujan terjadi. ika suhu sekitar kurang dari 0 derajat celcius, kemudian akan terjadilah hujan es hingga hujan salju.
8. Run off
Setelah hujan turun ke bumi, hujan akan bergerak dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Inilah tahap run off atau limpasan pada siklus hidrologi.
9. Infiltrasi
Kemudian, infiltrasi atau tahap dimana air hujan berubah menjadi air tanah terjadi. Tidak semua air hujan mengalir pada tahap limpasan. Ada sebagian air yang merembes langsung ke tanah. Air hujan akan merembes ke pori-pori tanah untuk kembali ke laut secara keseluruhan.
10. Konduksi
Di tahap terkahir ini, proses pemanasan terjadi dengan cara bersinggungan atau kontak langsung dengan suatu objek.
Proses-proses di atas akan terulang kembali sehingga air yang ada di bumi akan kembali berputar dan tidak akan habis.
1. Siklus Hidrologi Pendek
Siklus hidrologi pendek berawal dari evaporasi air laut ke atmosfer dan kemudian mengalami kondensasi di ketinggian tertentu dan membentuk awan. Awan yang tak mampu menahan beban air akan mengalami presipitasi dan terjadi hujan sehingga air jatuh kembali ke laut.
2. Siklus Hidrologi Sedang
Sama seperti siklus hidrologi sedang, siklus hidrologi sedang terjadi ketika air laut menguap. Namun di siklus ini, uap air akan terbawa oleh angin menuju daratan. Lalu berubah menjadi awan di ketinggian tertentu karena kondensasi. Awan kemudian jatuh ke daratan, meresap ke dalam tanah, sebagian terbawa aliran air permukaan seperti sungai dan got. Air pun akan melewati berbagai macam saluran hingga kembali lagi ke laut.
3. Siklus Hidrologi Panjang
Siklus hidrologi panjang diawali dengan evaporasi dan kemudian kondensasi air laut. Awan lalu akan bergerak menuju ke tempat lebih tinggi di area daratan oleh angin. Awan tersebut akan berkumpul dengan uap air dari evaporasi danau dan sungai, serta transpirasi tumbuhan. Uap air menjadi dingin dan berubah menjadi hujan salju saat musim dingin di ketinggian tertentu. Bongkahan es di pegunungan akan meluncur ke tempat lebih rendah akibat gravitasi dan disebut sebagai gletser. Gletser yang terkena suhu tinggi kemudian mencair dan mengalir melalui perairan darat yang akan kembali ke laut. (OL-1)
SIUMA menggunakan sensor kelembaban tanah berbasis IoT yang terkoneksi langsung ke grup WhatsApp petani, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan irigasi secara real time.
PERUBAHAN pola cuaca semakin nyata di Indonesia. Peneliti BRIN Erma Yulihastin, mengungkapkan bahwa musim hujan saat ini tak lagi berjalan secara reguler.
LAHAN pertanian di Desa Waringinsari Kecamatan Takokak Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mengalami krisis pasokan air akibat tanah longsor dan pergerakan tanah.
PERUBAHAN iklim terus menjadi ancaman serius bagi dunia. Badan ilmiah utama PBB untuk iklim, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), kembali mengingatkan dunia di COP29
Emisi karbon global dari bahan bakar fosil diramalkan mencapai rekor tertinggi 37,4 miliar ton pada 2024, naik 0,8% dari 2023. Temuan ini mengacu laporan terbaru Global Carbon Budget.
RATUSAN hektare (ha) lahan sawah di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, terancam gagal tanam dan tanam padi rendengan (musim tanam pertama).
SAINS tidak harus rumit, teknologi tidak harus mahal, dan matematika tidak harus menakutkan. Justru sebaliknya, semua itu bisa dekat, terjangkau, relevan, dan menyenangkan.
Apakah dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika semua nyamuk tiba-tiba lenyap?Seorang Medical Scientist dmemberikan penjelasan mengenai dampak hilangnya nyamuk dari muka bumi.
KEMENTERIAN Agama terus memperkuat kajian terkait integrasi Islam dan sains, terutama dalam konteks kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Pelajari induksi elektromagnetik: prinsip dasar, hukum Faraday, dan aplikasi revolusioner dalam teknologi modern.
INOVASI berbasis sains dibutuhkan untuk mencapai kemajuan di bidang pertanian dan kesehatan Tanah Air. Peningkatan pengetahuan petani akan teknologi pertanian terkini jadi salah satunya.
Jika generasi muda Indonesia tidak tertarik pada sains, tentu akan membuat semakin tertinggal dalam persaingan global.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved