Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
AHLI Neurologi Anak Hardiono D Pusponegoro mengatakan orangtua dapat mengetahui gejala autisme pada anak sejak usia anak kurang dari satu tahun.
"Sebetulnya gejalanya sudah mulai terlihat sejak kurang dari satu tahun. Bisa juga tadinya normal, tiba-tiba usia setengah tahun sampai satu tahun hilang. Yang normal itu anaknya menjadi diam, anaknya menjadi cuek," ujar Hardiono dalam webinar Deteksi Dini dan Terapi Autisme di Jakarta seperti dikutip Antara, Kamis (8/9).
Hardiono menuturkan gejala autisme yang dapat dilihat sejak anak kurang dari satu tahun tersebut ialah terjadinya gangguan komunikasi seperti hanya mengulang apa yang didengar atau berbicara seperti bergumam tidak jelas.
Gejala lain yang dapat terlihat adalah adanya gangguan interaksi di mana anak cenderung cuek dan tidak berniat melakukan interaksi, tidak mau berbagi dan tidak adanya respons ekspresi timbal balik ataupun tidak adanya pretended play (bermain peran).
"Yang penting, kalau dipanggil namanya dari belakang atau dari samping, dia tidak menoleh pada usia enam bulan. Ini harus periksa ke
dokter, karena bisa gangguan pendengaran atau bisa juga ada gejala autis yaitu tidak menoleh bila dipanggil namanya," katanya.
Baca juga: Rekomendasi Obat Mual untuk Ibu Hamil, Aman untuk Mama Muda
Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu menambahkan, gejala lain yang dapat terlihat jelas adalah
adanya perilaku berulang yakni seperti berputar mengelilingi ruangan atau menggoyang-goyangkan tubuhnya.
Bahkan, anak menunjukkan sikap kurang memiliki minat untuk melakukan sesuatu atau fokus yang abnormal. Adapun gejala lain berupa reaksi yang berlebihan atau kurang terhadap rangsangan sensoris.
Sayangnya, Hardiono mengaku masih banyak menemukan orangtua yang telah merasakan beberapa gejala tersebut, namun memilih untuk menunda pemeriksaan ataupun konsultasi kepada ahlinya.
"Kalau anak kecil ada gejala autis tunggu saja tiga tahun baru bisa didiagnosis, itu sangat salah. Bahkan sekarang kita mulai lari ke arah
diagnosis umur satu tahun, nanti kita akan kasih lihat," ujarnya.
Oleh karenanya, Hardiono meminta agar setiap orangtua dapat lebih peka dan memahami gejala-gejala autisme pada anak. Diharapkan agar orangtua tidak menunda skrining pemeriksaan sampai anak mencapai usia tertentu.
Hardiono menyebutkan saat ini terdapat dua jenis skrining untuk menentukan diagnosis lebih lanjut pada anak autis. Kedua skrining itu adalah Early Screening Autistic Trait (ESAT) bagi anak usia 10-14 bulan dan M-Chat untuk anak usia 18-40 bulan.
"Terapinya jauh lebih mudah dan hasilnya jauh lebih bagus. Dulu saya bilang harus diagnosis dulu baru terapi. Tapi belakangan ini pendapat
saya berubah, jadi diingat begitu ada gejala harus segera intervensi," kata Hardiono. (Ant/OL-16)
Ilmuan berhasil mengidentifikasi empat subtipe biologis autisme. Penemuan ini menjadi langkah besar untuk perawatan.
Acara BAC25 akan menampilkan lima rangkaian utama, yaitu konferensi umum, workshop atau lokakarya, pelatihan untuk pendidik, pemeriksaan autisme gratis (screening), dan pameran dagang.
PELUANG kerja bagi penyandang autisme di Indonesia masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya orangtua mengalami kebingungan mencari pekerjaan untuk anaknya yang autisme.
POLA asuh atau gaya parenting orangtua kerap dituduh menjadi penyebab seorang anak mengalami kondisi autisme. Khususnya di era kemajuan teknologi saat ini.
Hingga saat ini penyebab kondisi autisme masih belum diketahui secara konklusif. Namun, faktor genetik disebut menjadi hal yang berperan besar meningkatkan risiko autisme.
GANGGUAN spektrum autis atau autisme adalah sebuah kondisi perkembangan perilaku anak yang memengaruhi kemampuan interaksi, komunikasi, dan sosialisasi anak.
KEMENTERIAN Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sebanyak 18.592 anak Palestina telah tewas akibat serangan militer Israel sejak 7 Oktober 2023.
Batuk pilek yang berulang selain mengganggu perkembangan anak, kondisi ini juga bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan lain jika tidak ditangani dengan baik.
Paparan polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Asmirandah mengatakan bahwa informasi kesehatan yang berseliweran di media sosial tidak selalu benar, jadi lebih baik bertanya langsung kepada tenaga kesehatan profesional.
Virus yang menempel di saluran pernafasan juga dapat cepat terbuang saat cuci hidung dan diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan pasien.
Orangtua sebaiknya lebih dulu menanyakan dan mengamati gejala sakit yang dialami oleh anak sebelum membeli obat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved