PAKAR forensik kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Prof Dr Bambang Hero Saharjo dari RFMRC-SEA, Fahutan IPB University membeberkan bahwa ada jutaan ton emisi karbon yang bisa dihasilkan dari kebakaran hutan. Hal ini memperparah krisis iklim yang dampaknya mulai terasa nyata.
Menurutnya, karakteristik kebakaran saat ini mulai bergeser. Penyebabnya adalah perubahan iklim itu sendiri, pengelolaan lahan hingga jumlah populasi yang terus bertambah.
"Perkiraan kejadian kebakaran akan lebih sering di beberapa area, di Artik, Indonesia dan Amazon selatan. Juga akan ada perubahan signifikan pada area kebakaran. Ini mencakup sabana tropis dan tropis dan ladang rumput beriklim sedang yang diprediksi akan meningkat kebakaran di sebagian area dan area lain berkurang," bebernya dalam webinar 'Forest and Land Fire Control during 2022 Heat Wave' yang digelar Forest Digest, Sabtu (3/9).
Bambang menyebut bahwa menghilangkan kebakaran hutan memang tidak mungkin. Lantas, yang bisa dilakukan adalah penanganan dan pengurangan risiko kebakaran itu sendiri.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan seperti membatasi aktivitas yang mungkin bisa menyebabkan kebakaran api secara tidak sengaja. Kemudian manejemen tanaman dan sisa/ sampah tanaman yang bisa menjadi bahan bakar kebakaran hutan. "Manejemen kebakaran hutan untuk jangka panjang yakni mulai dari perencanaan lahan yang sensitif perlu diperhitungkan dari berbagai jenis risiko," imbuhnya.
Perubahan iklim akan mempengaruhi kebakaran hutan. Kemudian kebakaran hutan juga akan terus meningkatkan emisi karbon. Bila siklus ini tidak bisa putus atau ditangani dengan baik, maka dampak masa depan Bumi akan sangat sulit diprediksi.(H-2)