Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Ponpes Ngruki Terapkan Perpaduan Kurikulum Agama dan Umum

Widjajadi
18/8/2022 20:54
Ponpes Ngruki Terapkan Perpaduan Kurikulum Agama dan Umum
Santri Pondok Pesantren Islam Al Mukmin Ngruki mengikuti upacara HUT ke-77 RI di Ponpes, Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (17/8).(ANTARA/Maulana Surya)

PONDOK pesantren Al Mukmin Ngruki mengakui baru pertama kali menggelar upacara 17 Agustusan sejak berdiri 10 Maret 1972. Namun para santri ponpes tersebut sebenarnya bukan baru pertama mengikuti upacara dan menghormat bendera merah putih.

"Ya kalau upacara 17-an memang kita akui, yang digelar pada Rabu (17/8) kemarin yang dipimpin Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendi selaku Irup (inspektur upacara), itu yang pertama kali. Tetapi santri ikut upacara 17-an di luar, itu sudah berulang kali," tutur Humas Ponpes Al Mukmin Ngruki, Muchson, kepada Media Indonesia, Kamis (18/8).

Menurut dia, keberadaan pesantren yang didirikan oleh enam ulama itu, setiap peristiwa perayaan HUT Kemerdekaan RI selalu menerima undangan untuk mengikuti upacara bendera, yang digelar pihak kelurahan, kecamatan, atau Pemerintah Kabupaten Sukoharjo.

Karena itu, pihak pesantren sebenarnya sejak lama sudah membaur dan terlibat dengan masyarakat dan pemda pada setiap penyelenggaraan kegiatan kebangsaan.

"Jadi sebenarnya bukan hal baru bagi para santri terlibat dalam penghormatan merah putih saat upacara bendera. Sebab dalam kurikulum kenegaraan pun, hal itu menjadi bagian yang diajarkan," imbuh dia.

Sistem pengajaran atau pembelajaran kepada para santri, Ponpes Al Mukmin Ngruki selama ini menerapkan perpaduan dua kurikulum, yakni kurikulum kepondokan atau kepesantrenan yang khusus mempelajari ilmu agama dan satunya kurikulum negara.


Baca juga: Pemerintah Harus Serius Fasilitasi Anak Bangsa Berprestasi


"Kurikulum kepesantrenan yang meliputi ilmu fiqih, hadits, quran, tauhid, tasawuf, tafsir, dan juga sastra Arab, adalah wajib bagi santri, terutama bagi santri (aliyah) yang ingin melanjutkan studi ke Timur Tengah," kata Muchson.

Sementara kurikulum negara yang menjadi kebijakan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi juga wajib dipelajari seluruh santri jenjang tsanawiyah maupun aliyah. Kurikulum terakhir ini sangat menentukan penjurusan siswa (SLTA/Aliyah) untuk berada di kelompok IPA, IPS, atau Bahasa.

Dengan perpaduan kurikulum tersebut, para santri dituntut belajar semuanya dengan hasil sama-sama baik. Karena kalau hanya lulus kurikulum keagamaan, sementara kurikulum umum gagal, santri bersangkutan tidak akan lulus.

"Salah satu ujian tidak lulus, berarti santri itu gagal alias tidak lulus. Jadi perpaduan kurikulum itu wajib, yakni lulus belajar agama dan lulus ilmu pengetahuan umum," tukas dia sekali lagi.

Karena yang dipelajari di Ponpes Al Mukmin Ngruki juga fokus pada ilmu keagamaan, seluruh santriwan dan santriwati dari jenjang tsanawiyah semua dipondokkan.

"Harus mondok, mereka bukan saja belajar pengetahuan umum, tapi juga fokus ilmu agama," sergah pengasuh yang juga alumnus Al Mukmin Ngruki 1987 itu. (OL-16)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya