Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Masta, Masakan Sehat Atasi Stunting dari Garut

Dinda Shabrina
15/8/2022 22:05
Masta, Masakan Sehat Atasi Stunting dari Garut
Ilustrasi(Antara)

PROVINSI Jawa Barat merupakan satu dari 12 provinsi prioritas percepatan penurunan stunting nasional karena angka prevalensi stuntingnya tinggi, di atas rata-rata nasional 24,4%. Kabupaten Garut menjadi daerah dengan prevalensi stunting tertinggi di sana.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyebutkan, angka prevalensinya mencapai 35,2%. Angka itu diketahui berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021.

"Bersama Kota Cirebon, Cianjur dan Kabupaten Bandung, Garut masuk dalam daerah status merah stunting," ucap Hasto saat menghadarii Kampanye Percepatan Penurunan Stunting di Desa Surabaya, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, akhir pekan ini.

Kampanye itu bertujuan untuk mengedukasi terkait Masta, Masakan Sehat Atasi Stunting. Program Masta menyasar para remaja putri, khususnya para calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan bayi di bawah usia dua tahun (baduta) dalam 1.000 hari pertama kehidupan.

Program Masta dapat membantu menangani stunting dengan memberikan inovasi dan memperbaiki pola makan dan konsumsi masyarakat yang terstandarisasi gizi serta menggunakan jenis pangan lokal yang mudah tersedia di halaman rumah.

“Yang tidak kalah penting adalah mengubah mindset para calon pengantin untuk memprioritaskan pre-konsepsi ketimbang pre-wedding. Pemeriksaan lingkar lengan, lingkar badan, tinggi serta barat badan dari calon mempelai sebagai prasyarat untuk pernikahan sangat penting untuk mencegah kehamilan yang berpotensi stunting,” katanya.

Hampir merah
Hasto menyebutkan, setidaknya ada 14 kabupaten dan kota yang berstatus “kuning” dengan prevalensi 20%-30% jika diurutkan dari wilayah yang memiliki prevalensi tertinggi terendah mencakup Bandung Barat, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cirebon, Kota Bandung, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Sukabumi, Kota Banjar, Majalengka, Pangandaran, Sumedang, Kabupaten Bekasi, Purwakarta serta Karawang.

"Bahkan, Bandung Barat dengan prevalensi 29,6% nyaris berkategori merah," ucap Hasto.

Sementara itu, masih ada 9 daerah yang berkategori hijau dengan prevalensi 10%-20%, dirangking berdasar angka prevalensi tertinggi hingga terendah meliputi Kota Cimahi, Kota Sukabumi, Kuningan, Subang, Kota Bogor, Ciamis, Indramayu, Kota Bekasi serta Kota Depok.

“Kota Cimahi yang berprevalensi 19,9% dan Kota Sukabumi yang berprevalensi 19,1% yang nyaris mendekati status merah,” jelas Hasto.

Kepala BKKBN itu juga menyampaikan tidak ada satu pun kabupaten atau kota di Jawa Barat yang berstatus “biru” yakni dengan prevalensi di bawah 10%. Hanya Kota Depok yang memiliki angka prevalensi terendah dengan 12,3%.

Kepala Dinas PPKB dan PA Kabupaten Garut, Yayan Waryana mengatakan pihaknya juga terpacu untuk menurunkan prevalensi stunting dan akan menyelaraskan program-program penurunan stunting di Garut sesuai dengan arahan BKKBN.

“Saya berkomitmen penuh bersama seluruh jajaran Pemerintahan Kabupaten Garut untuk melakukan sinergi dan konvergensi bagi penurunan stunting. Partisipasi pemuka agama, tokoh masyarakat, budayawan, mahasiswa, santri dan pelajar menjadi penting karena mereka yang berperan penting di masyarakat untuk mencermati stunting yang ada di wilayahnya masing-masing dengan berhasil menurunkan angka stunting dari 35,2% pada tahun 2019 menjadi 16 % pada pertengahan 2022 ini,” kata Yayan. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya