Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
UPAYA memperhitungkan masa puncak kasus positif covid-19 pada saat ini, berbeda dengan dengan masa puncak covid-19 sebelumnya. Sebab, masyarakat sudah memiliki kekebalan tubuh dan subvarian BA.4 dan BA.5 memiliki karakteristik mudah menyebar.
"Sebetulnya ada dua hal yang perlu diwaspadai dan dipahami terkait perkembangan subvarian Omikron dalam mencapai puncak. Tidak seperti sebelumnya, karena dalam prediksi puncak, banyak faktor yang harus dipahami," jelas epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman, Selasa (19/7).
Adapun faktor pertama, lanjut dia, kompleksitas dari situasi pandemi covid-19 saat ini, yang membuat perhitungan tidak semudah sebelumnya. Mengingat, jumlah masyarakat yang memiliki imunitas atau divaksin covid-19 sudah lebih banyak.
Baca juga: 5.085 Kasus Covid-19 Terdeteksi Hari Ini
Akan tetapi, dengan variasi, durasi dan level proteksi yang beragam. Lalu, terdapat kombinasi dua vaksin reguler, namun terinfeksi covid-19, atau bahkan sudah dosis booster juga tetap terpapar.
Menurut Dicky, sejumlah faktor tersebut membuat perhitungan puncak kasus covid-19 tidak mudah. Ketika datang subvarian baru, maka akan dihadang benteng imunitas. Sehingga, kecepatan penularan covid-19 di kelompok yang berisiko perlu waktu.
Baca juga: Jangan Lengah, Subvarian Covid-19 BA.4 dan BA.5 Bisa Tulari Orang yang Sudah Divaksin
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa puncak kasus covid-19 di Indonesia ialah ketika kasus infeksi umumnya mencapai kelompok berisiko. Sebab, strategi testing covid-19 di Tanah Air masih terbatas. "Alhasil kasus yang terdeteksi masih sedikit," pungkasnya.
Kemudian faktor kedua, dalam konteks masyarakat berkembang, sehingga jika sakit atau terinfeksi covid-19, tidak langsung ke rumah sakit. Sekitar 70% masyarakat Indonesia diketahui cenderung minum obat dan tinggal di rumah, ketika mengalami sakit tidak terlalu berat.
Dicky menyebut ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yakni puncak kasus infeksi, kasus kesakitan dan puncak kematian akibat covid-19. "Kita harus melihat hati-hati dalam manajemen data dan testing, serta tracing yang perlu ditingkatkan juga," tuturnya.(OL-11)
Epidemiolog sekaligus peneliti Global Health Security, Dicky Budiman, mengatakan bahwa sebetulnya hal tersebut tidak mengagetkan karena covid-19 kini sudah menjadi endemi.
Berikut adalah 8 langkah pencegahan Covid-19 yang perlu diterapkan masyarakat untuk memutus rantai penularan virus:
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) telah mengeluarkan Surat Edaran pada 28 Mei lalu mengenai kewaspadaan lonjakan covid-19.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) dalam Surat Edaran mengenai kewaspadaan lonjakan covid-19 menyebut varian dominan yang beredar di Indonesia adalah MB.1.1.
PENGURUS IAKMI dr Iqbal Mochtar mengatakan peningkatan kasus covid-19 di berbagai negara, termasuk Indonesia, saat ini belum sampai pada level mengkhawatirkan.
"Angka ini menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan dengan puncak wabah tahun ini,"
Pengawasan dan pemantauan di pintu masuk internasional tetap ditingkatkan melalui SatuSehat Health Pass (SSHP).
KASUS Covid-19 kembali naik, Pemerintah Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah, mewaspadai munculnya Covid-19 JN1 dengan pengawasan ketat di pintu masuk kota.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan jenis virus covid-19 varian JN.1 sebagai VOI atau 'varian yang menarik'.
"Jadi bukan dari varian yang menginfeksinya. Kelompok dengan kekebalan rendah seperti lansia, orang dengan komorbid, diabetes, hipertensi, gangguan ginjal khususnya yang tidak terkontrol
"Peningkatan Kasus juga tidak ada hubungannya dengan peningkatan kasus di Singapura ya. Di Indonesia bukan lonjakan tapi peningkatan kasus karena dari 60 ke 267 kasus baru dari minggu ini saja,"
WHO menyebut pandemi Disease X yang berpotensi merenggut nyawa 50 juta orang di dunia ini akan lebih parah dari covid-19.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved