Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan curah hujan dengan intensitas ringan hingga lebat, masih mengguyur sebagian besar wilayah Indonesia sepekan ke depan, yakni 16-23 Juli 2022.
Padahal, saat ini wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Curah hujan yang masih tinggi disebabkan oleh aktifnya beberapa fenomena dinamika atmosfer skala global-regional yang cukup signifikan.
Seperti, fenomena La Nina yang pada Juli ini teridentifikasi masih cukup aktif dengan kategori lemah. "Kondisi tersebut berpengaruh terhadap penyediaan uap air secara umum di atmosfer Indonesia," ungkap Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, Sabtu (16/7).
Selain La Nina, fenomena Dipole Mode di wilayah Samudra Hindia juga menunjukkan indeks yang cukup berpengaruh. Kondisi ini memicu peningkatan curah hujan, terutama wilayah Indonesia bagian barat.
Baca juga: BMKG: Waspada, Sabtu ini DKI Jakarta Hujan Disertai Petir
Dalam skala regional, terdapat beberapa fenomena gelombang atmosfer yang aktif, sehingga meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan. Rinciannya, MJO (Madden Jullian Oscillation), gelombang Kelvin dan gelombang Rossby yang terjadi pada periode sama.
"Adanya pola belokan angin dan daerah pertemuan, serta perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sekitar Sumatera bagian selatan dan di Jawa bagian barat, juga meningkatkan potensi pembentukan awan hujan. Didukung dengan anomali suhu muka laut positif, yang dapat meningkatkan potensi uap air di atmosfer," jelasnya.
Menurut Guswanto, meski saat ini sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau, namun karena adanya fenomena atmosfer, memicu dinamika cuaca yang berdampak turunnya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.
Berikut prediksi potensi Hujan untuk periode sepekan ke depan (16-23 Juli 2022).
SEDANG-LEBAT masih dapat terjadi di beberapa wilayah sebagai berikut:
1. Jawa Barat
2. Jawa Tengah
3. Kalimantan Tengah
4. Sulawesi Utara
5. Sulawesi Tengah
Baca juga: PMI Evakuasi Ibu akan Melahirkan di Pemukiman Terdampak Banjir di Tangerang
6. Maluku Utara
7. Maluku
8. Papua Barat
9. Papua
RINGAN - SEDANG masih dapat terjadi di beberapa wilayah sebagai berikut:
1. Aceh
2. Jambi
3. Sumatera Selatan
4. Kep. Bangka Belitung
5. Lampung
6. Banten
7. DKI Jakarta
8. DI Yogyakarta
9. Jawa Timur
10. Kalimantan Barat
11. Kalimantan Utara
12. Kalimantan Timur
Baca juga: Gelombang Tinggi masih Berpotensi Terjadi di Perairan Indonesia
13. Kalimantan Selatan
14. Gorontalo
15. Sulawesi Barat
16. Sulawesi Tenggara
17. Sulawesi Selatan
Untuk wilayah Jabodetabek, masih perlu diwaspadai potensi hujan sedang-lebat, yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pada siang-sore hari. Terutama di wilayah barat, timur dan selatan.
Guswanto juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi hujan yang dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi. Seperti, banjir, longsor dan banjir bandang. Terkait musim kemarau, pihaknya mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap dampak kekeringan.(OL-11)
Dengan kandungan bioaktif yang telah dibuktikan secara ilmiah, kunyit, temulawak, dan meniran menjadi pilihan alami untuk mendukung sistem kekebalan tubuh.
Musim hujan bukan halangan untuk diet. Temukan 5 makanan hangat rendah kalori namun bergizi tinggi.
Tips aman berkendara saat musim hujan: jaga keselamatan di jalan! Kurangi risiko kecelakaan, periksa kendaraan, dan waspadalah terhadap aquaplaning. Baca
Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Serang, Kabupaten Kulon Progo, resmi rampung 100%
Musim hujan sering kali dikaitkan dengan rentetan perubahan suasana hati yang cenderung negatif.
Musim hujan meningkatkan risiko penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) akibat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti.
BMKG menegaskan fenomena cuaca dingin di Indonesia bukan disebabkan Aphelion, melainkan Monsun Dingin Australia dan musim kemarau.
Di musim kemarun ini, BPBD mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak membuka kebun dengan cara membakar hutan dan lahan.
SEBANYAK 10,25 hektare lahan pertanian di Tanah Datar terdampak kekeringan, dan 5,25 hektare di antaranya sudah dinyatakan puso atau gagal panen.
Dwikorita juga menegaskan pentingnya kesiapsiagaan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat, untuk merespons dinamika iklim yang semakin tidak menentu.
Fenomena kemarau basah saat ini terjadi di beberapa daerah Indonesia. Berbeda dengan kemarau biasa yang kering dengan sedikit hujan, kemarau basah justru ditandai dengan hujan yang turun
Sebagai bentuk respons, BPBD Kabupaten Demak bersama sejumlah pihak melakukan penanganan darurat, termasuk penutupan tanggul, pompanisasi di titik kritis.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved