SETELAH sekian banyak isu penting yang dibawa dalam Presidensi G20, Indonesia kembali menghadirkan terobosan baru. Pada sektor kebudayaan, Indonesia mengusulkan pendanaan global untuk membantu pelaku seni dan budaya yang terdampak pandemi covid-19.
"Global art and culture recovery fund itu kita usulkan lima tahun. Mulai 2023 sampai 2028," ujar Manajer G20 Culture Ministers Meeting Ananto Kusuma Seta, Selasa (26/4).
Menurutnya, Presidensi Indonesia merupakan momentum untuk memperjuangkan upaya pemulihan global, termasuk di sektor kebudayaan. Apalagi selama pandemi, aktivitas budaya atau seni sangat terpuruk, karena tidak bisa digelar secara offline.
Baca juga: Mendikbud-Ristek dan Menkeu Luncurkan Dana Abadi Kebudayaan
Usulan tersebut, lanjut Ananto, disertai praktek yang sudah dilakukan Indonesia. Di sektor kebudayaan, pemerintah melalui Kemendikbudristek telah meluncurkan dana abadi kebudayaan, yang dikenal dengan istilah Dana Indonesiana.
"Peruntukannya untuk membantu para pelaku budaya yang terkena dampak pandemi. Juga mengangkat kembali budaya sustainable living yang ada di masing-masing negara. Dengan cara inovatif yang bisa mengangkat ekonomi lokal, memperbaiki lingkungan dan juga pranata sosial masyarakat," jelasnya.
Baca juga: Produk Ekonomi Kreatif Bisa Diberdayakan untuk Bingkisan Lebaran
Indonesia sudah melakukan komunikasi dengan UNESCO untuk mengelola dana tersebut setelah negara anggota G20 bersepakat. Langkah itu pun mendapat dukungan UNESCO dengan menyiapkan berbagai mekanisme dan aturan teknis.
Sekretaris Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Fitra Arda menyampaikan bahwa negara anggota G20 mendukung agenda kebudayaan. Sebelumnya, pada pertemuan di Roma, isu kebudayaan seperti perlindungan, pelestarian dan dukungan bagi pekerja budaya, mendapat tanggapan positif.
Dalam Presidensi G20 kali ini, Indonesia dikatakannya bisa menjadi motor pendorong negara anggota G20 untuk segera mewujudkan pendaanan global di sektor kebudayaan. Adapun Dana Indonesiana diharapkan menjadi inspirasi bersama.(OL-11)