Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
PANDEMI covid-19 sudah dua tahun melanda dan hampir seluruh negara di dunia ini telah mengalaminya. Selama masa tersebut perempuan mengalami berbagai tantangan dan hambatan. Yang paling tragis adalah meningkatnya kekerasan terhadap perempuan.
Selain itu, perempuan juga ikut terdampak guncangan ekonomi, terkendala dalam mengakses hak kesehatan reproduksi, terkena beban berlapis bagi perempuan, hingga menurunnya kesempatan kerja bagi perempuan.
"Resiliensi perempuan dalam pandemi ini menjadi sebuah pengalaman dan pengetahuan penting. Oleh karena itu, situasi pandemi ini harus menjadi momentum transformasi sosial untuk membangun masyarakat yang berkeadilan gender," kata Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) dalam pernyataannya.
Sebagai bagian dari upaya mewujudkan kesetaraan tersebut, lanjut Dini, Plan Indonesia ikut menerapkan sistem bekerja dari rumah dengan monitoring terhadap kesejahteraan emosional secara rutin bagi staff dan melaksanakan kelas-kelas leadership atau kepemimpinan untuk para kaum muda perempuan secara daring.
Abby Gina Boang Manalu, Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan mengatakan, pandemi memberikan dampak bagi setiap orang. Namun, perempuan dan kelompok rentan lainnya merasakan dampaknya secara tidak simetris.
"Struktur dan norma gender membuat perempuan mengalami kerentanan berlapis," cetusnya.
Riset-riset yang dilakukan mencoba menarasikan dan mendokumentasikan pengalaman perempuan dalam merespons situasi pandemi itu. Ditemukan bahwa, meskipun perempuan adalah kelompok yang mengalami kerentanan berlapis, namun agensi mereka juga hadir dan memiliki peran kuat dalam memotori perubahan dan menjadi basis resiliensi keluarga dan juga komunitas.
Gadis Arivia, Profesor Sosiologi di Montgomery College menyampaikan bahwa covid-19 bukan hanya menyebabkan krisis kesehatan, tetapi juga krisis sosial yang mengguncang semua sendi sosial. Hal itu amat berdampak buruk terhadap kelompok rentan.
Dengan menggunakan perspektif feminis baru untuk melihat persoalan gender dan pandemi covid-19 dalam perspektif interseksionalitas, menurut Gadis, hal itu memungkinkan kita untuk melihat interseksi (keterkaitan) dan keterhubungan persoalan pandemi dengan berbagai persoalan lainnya.
"Misalnya, membongkar persoalan budaya patriarki, kebijakan yang diskriminatif, dan ekonomi dan kesehatan yang tidak berkeadilan. Pendekatan Interseksionalitas digunakan sebagai kerangka berpikir dalam melihat keadaan secara terang benderang karena keterbatasan konsep," urainya.
Ia menjelaskan, analisis interseksionalitas mencakup persoalan diskriminasi umur, geografi, disabilitas, minoritas seksual, ras/etnisitas, agama minoritas, masyarakat adat, kelas dan kondisi struktural lainnya termasuk soal ketersediaan perumahan, pekerjaan, tekanan politis dan lingkungan.
“Penggunaan perspektif interseksionalitas menghasilkan analisis yang mendalam dan dapat membongkar ketidakadilan gender dan diskriminasi terhadap masyarakat marjinal,” tambah Gadis.
Kalis Mardiasih, penulis dan fasilitator gender menambahkan bahwa pandemi diawali dengan berbagai respons misoginis. Selama menjalani Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), di mana mayoritas warga berada di rumah, ibu dan anak perempuan mendapat beban ganda.
Pandemi juga mendorong maraknya pernikahan dini. Penutupan sekolah menyebabkan minimnya aktivitas, aturan beragam norma di wilayah setempat, hingga persoalan ekonomi keluarga. "Himpitan ekonomi di tengah krisis mendorong orang tua untuk menikahkan anaknya," katanya.
Selain itu, lanjut Kalis, Komnas Perempuan mencatat ada 338.496 laporan kasus kekerasan berbasis gender (KBG) terhadap perempuan yang terverifikasi sepanjang 2021. “Terlepas dari banyaknya kesulitan, perempuan menunjukkan kuatnya resiliensi mereka dalam menghadapi pandemi," ujarnya.
Pada sisi lain, pandemi rupanya juga memiliki dampak berbeda bagi perempuan dan laki-laki. Hal ini seperti disampaikan oleh Syaldi Sahude, Co-Founder Aliansi Laki-laki Baru. Menurut dia, sebagian karena norma gender tradisional yang masih melekat sehingga perempuan memiliki beban ganda.
“Hal ini seharusnya dapat mendukung laki-laki juga perlu dilibatkan untuk melawan tekanan norma gender yang membebani dan menghalangi laki-laki untuk berperan secara setara di ranah privat maupun publik,” ujar Syaldi. (H-2)
Pengadilan Pidana Internasional (ICC) secara resmi mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap dua tokoh senior Taliban.
Meskipun keterwakilan perempuan di DPR RI periode 2024–2029 telah mencapai sekitar 21%, pimpinan AKD DPR masih didominasi oleh laki-laki.
PENGUATAN langkah koordinasi dan sinergi antarpara pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah serta masyarakat harus mampu melahirkan gerakan antikekerasan.
BNPT menyebut seorang perempuan yang sejatinya memiliki nilai keibuan, justru secara sengaja atau tidak sengaja menjadi aktor penting di dalam berbagai peristiwa atau aktivitas terorisme.
Upaya untuk mewujudkan peningkatan kualitas anak, perempuan, dan remaja masih banyak menghadapi tantangan.
Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Veronica Tan meyakini langkah Polri dalam menangani laporan kekerasan akan lebih cepat, tepat dan berpihak kepada korban.
PENELITI Gender dari Pusat Riset Politik BRIN Kurniawati Hastuti Dewi mengatakan, tindakan khusus sementara diperlukan untuk memperkuat keterwakilan perempuan di politik.
Bukan perempuan tidak bisa berdaya, melainkan memang kesempatan untuk berdaya sangat kurang karena stigma dan perempuan kerap terpapar multiperan.
Tingkatkan kesadaran gender: Pelajari cara efektif mengedukasi, mengubah perspektif, dan menciptakan masyarakat inklusif. Baca tips & strategi praktisnya!
Tingkatkan kesadaran gender siswa! Tips praktis dan strategi efektif membangun lingkungan belajar inklusif dan adil. Baca selengkapnya di sini!
Tingkatkan kesadaran gender siswa! Pelajari cara efektif membangun kesetaraan, melawan stereotip, & ciptakan lingkungan inklusif di sekolah. Klik sekarang!
Tingkatkan kesadaran gender di masyarakat! Pelajari cara efektif mengedukasi, mengubah perspektif, dan menciptakan lingkungan inklusif. Baca selengkapnya!
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved