Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PLAN Indonesia bersama Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur meluncurkan proyek Girls Football 3.0 sebagai platform untuk memperkuat kepemimpinan anak perempuan dan melawan diskriminasi gender.
Peluncuran dilakukan di lapangan Kecamatan Mollo Tengah, Kamis (24/7), sebagai bagian dari perlawanan anak perempuan lewat sepak bola , lantaran mereka masih menghadapi ketimpangan dan berbagai keterbatasan, yakni menjadi pemimpin, mempelajari kesetaraan gender, serta menantang norma-norma gender di lingkungan mereka.
Tingginya angka kekerasan terhadap anak dan perempuan, minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan anak, serta kuatnya pengaruh norma-norma patriarkal di NTT menjadi perhatian berbagai pihak.
Selain itu, keterbatasan informasi mengenai Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) serta belum optimalnya sistem perlindungan anak, kian memperburuk kondisi diskriminasi dan kekerasan yang dialami anak perempuan dan perempuan muda di wilayah tersebut.
“Girls Football 3.0 menargetkan lebih dari 1.000 anak perempuan yang diharapkan dapat menginspirasi teman-teman di sekitarnya, guru-guru, dan orang tua, tidak hanya tentang sepak bola namun tentang berbagai isu seperti diskriminasi, bullying, kepemimpinan dan solidaritas. Jadi selain bermain bola, mereka juga akan berkampanye tentang kesetaraan di sekolah sebagai pendidik sebaya," ujar Direktur Eksekutif Plan Indonesia, Dini Widiastuti saat peluncuran tersebut.
Harapannya, Girls Football 3.0 menjadi langkah awal perubahan berkesinambungan dan agar anak-anak ini dapat menjadi generasi yang kuat, tangguh, dan berdaya.
Menurutnya, Girls Football 3.0 akan dilaksanakan di 14 sekolah di TTS dan 5 sekolah di Manggarai, NTT, dan akan berlangsung melalui dukungan dan komitmen pemerintah daerah, sekolah, komunitas, serta asosiasi sepak bola Indonesia untuk membangun ruang yang setara dan inklusif bagi anak perempuan.
“Terima kasih Plan Indonesia atas dukungannya di Timor Tengah Selatan melalui program Girls Football yang mendorong sepak bola anak perempuan,” ungkap Wakil Bupati TTS,, Johny Army Konay.
Melalui proyek ini, tim sepak bola perempuan usia 12–15 tahun di berbagai sekolah akan dibentuk untuk menciptakan ruang aman dan suportif bagi anak perempuan untuk berlatih dan mengikuti kompetisi sepak bola.
Selain mendorong keterlibatan mereka di bidang olahraga, Girls Football 3.0 juga akan meningkatkan kapasitas anak, guru, orang tua mengenai isu kekerasan berbasis gender dan usia, HKSR, perlindungan anak, serta memperkuat pemahaman pelatih dan asosiasi sepak bola tentang prinsip-prinsip non-diskriminasi.
“Program Girls Football penting, terutama bagi anak perempuan. Karena kami sebagai anak perempuan juga ingin dapat mengekspresikan minat, bakat, dan potensi kami, termasuk dalam bidang olahraga. Kami sebagai anak perempuan perlu dapat diberdayakan melalui olahraga. Bahwa melalui olahraga ini, kekuatan dan semangat juga bisa datang dari kalangan perempuan," kata Vanya dan Diana, Perwakilan Youth Advisory Panel, Plan Indonesia.
Dalam implementasinya ke depan, guru-guru akan dilatih menjadi pelatih berlisensi profesional, dan anak perempuan akan diberi akses untuk mengikuti kompetisi sepak bola, yang diharapkan menjadi pintu awal menuju karier di dunia sepak bola. (H-2)
Karena nyatanya lebih banyak laki-laki yang diterima bekerja di berbagai level, terutama sektor swasta.
Penghapusan diskriminasi gender terhadap perempuan di tempat kerja, masih terdapat stagnasi dan bahkan kemunduran dalam berbagai aspek.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved