Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Percepat Penurunan Stunting, Presiden Jokowi Tinjau Pemukiman di Timor Tengah Selatan

Ferdian Ananda Majni
24/3/2022 10:52
 Percepat Penurunan Stunting, Presiden Jokowi Tinjau Pemukiman di Timor Tengah Selatan
Presiden Jokowi berserta rombongan tiba di Desa Kesetnana Kecamatan Mollo Selatan, Soe, Nusa Tenggara Timur, Kamis (24/3).(Youtube BKKBN/Tangkapan Layar)

PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) berserta rombongan tiba di Desa Kesetnana Kecamatan Mollo Selatan, Soe, Nusa Tenggara Timur, Kamis (24/3). Jokowi meninjau program percepatan penurunan stunting di daerah tersebut.

Jokowi mengawali kegiatan dengan meresmikan penataan kawasan Kota Kupang, NTT. Selanjutnya, di lokasi pertemuan di Desa Kesetnana, Presiden Jokowi mendengarkan laporan kepala daerah seluruh kabupaten kota di NTT mengenai penanganan stunting di daerah masing-masing.

Bupati Sumba Barat Daya, Kornelius Kodi Mete mengatakan bahwa di wilayahnya mengalami peningkatan angka stunting di tahun 2021 sebanyak 38% hingga 48% tahun 2022. Oleh karena itu, pihaknya melakukan inovasi untuk penurunan stunting.

"Kami melibatkan pemerintah desa untuk penurunan stunting angka stunting, dan kami janji pada 2024 mendatang," terangnya.

Sementara Sekretaris Daerah Kabupaten Sikka Adrianus P Parera melaporkan bahwa angka stunting di daerahnya sudah menurun.

"Stunting di kawasan kami menurun, kami melakukan pemberian makanan tambahan untuk masyarakat kurang mampu," katanya. 

Menanggapi seluruh laporan kepala daerah, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa SDM sangat menentukan maju tidaknya sebuah negara. Oleh karena itu, perihal yang berkaitan dengan stunting dan gizi harus menjadi perhatian.

"Ingin titip kepala daerah, gubernur di NTT semua harus dikerjakan terkait penanganan stunting, termasuk persiapan calon pengantin," kata Jokowi di Kabupaten Timor Tengah Selatan NTT.

Dia meminta kepala daerah harus segera menyesuaikan untuk mencapai target penurunan stunting pada 2024 harus di bawah 14%.

"Saya sangat senang (laporan yang) disampaikan bupati dan wali kota. Angka-angka yang disampaikan saya akan lihat di 2023 dan akan saya tagih di 2024," papar kepala negara.

Jokowi juga mewanti-wanti para kepala daerah untuk mencapai target tersebut. Terlebih, agenda seperti hari ini, dinilai mampu merealisasi target penurunan stunting di tahun 2024.

"Saya minta gubernur dan bupati/wali kota, jangan sampai target di bawah 14% itu luput dan harus tercapai," tegasnya.

Baca juga: Kepala BKKBN: Butuh Sinergi Semua Pihak untuk Cegah Stunting di NTT

Di desa setempat, Jokowi mengunjungi sejumlah rumah warga dan bersosialisasi dengan mereka, mulai dari bertemu keluarga Yohanes Seko, Albertus Nomleni, Susana Natun, Simon Heten, Wlem Kono, Laasar Tolla, Yohanes Aoetpah dan Agabus Bia.

Dari Timor Tengah Selatan, Jokowi akan melanjutkan kunjungan kerja ke Kabupaten Belu untuk meresmikan Kampus Politeknik Aloysius Benedictus Mboi, Universitas Pertahanan Republik Indonesia. Selain itu, Presiden juga direncanakan untuk menanam jagung bersama masyarakat

Kunjungan Presiden Joko Widodo ke wilayah di Desa Kesetnana Kecamatan Mollo Selatan, Soe, Nusa Tenggara Timur karena termasuk desa yang beresiko stunting. Selain warga kesulitan mendapatkan akses air bersih, faktor ekonomi dan rendahnya pendidikan menjadi potensi keawaman terhadap kesehatan. Hampir sebagian besar warga Desa Kesetnana tidak memiliki jamban yang layak.

Desa Kesetnana menjadi gambaran umum dari 278 desa yang ada di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang memiliki prevalensi stunting yang tinggi. Bahkan angka prevalensi stunting di Kabupaten Timor Tengah Selatan menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 mencapai 48,3%, paling tinggi di Nusa Tenggara Timur bahkan di Indonesia sekalipun.

Dipilihnya Timor Tengah Selatan dan Nusa Tenggara Timur pada umumnya dalam kunjungan Presiden Joko Widodo kali ini memperlihatkan perhatian penuh untuk penanganan persoalan angka stunting yang tinggi. Berdasarkan data SSGI 2021, NTT masih memiliki 15 kabupaten berkategori merah. Pengkategorian status merah tersebut berdasarkan prevalensi stuntingnya masih di atas 30%.

Adapun 15 kabupaten tersebut adalah Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Alor, Sumba Barat Daya, Manggarai Timur, Kabupaten Kupang, Rote Ndao, Belu, Manggarai Barat, Sumba Barat, Sumba Tengah, Sabu Raijua, Manggarai, Lembata dan Malaka. Bersama Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara juga memiliki prevalensi di atas 46%.

Sementara sisanya, 7 kabupaten dan kota berstatus kuning dengan prevalensi 20% hingga 30%, diantaranya Ngada, Sumba Timur, Negekeo, Ende, Sikka, Kota Kupang serta Flores Timur. Bahkan tiga daerah seperti Ngada, Sumba Timur dan Negekeo mendekati status merah.

Tidak ada satupun daerah di NTT yang berstatus hijau yakni berpravelensi stunting antara 10 hingga 20%. Apalagi berstatus biru untuk prevalensi stunting di bawah 10%. (A-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya