Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PRESIDEN COP-4 Minamata Rosa Vivien Ratnawati mengungkapkan terdapat sejumlah isu yang masih menjadi perdebatan alot dalam diskusi yang dilakukan di COP-4 Minamata. Salah satu yang paling sulit, kata dia, ialah mengenai pembahasan efectiveness evaluation.
"Di COP 4.2 ini yang paling sulit efectiveness evaluation. Bagaimana diukur implemetasi dari COP ini di negara-negara. Nah ini memang terjadi masih ada perdebatan terkait efectiveness evaluation," kata Vivien di Nusa Dua, Bali, Selasa (22/3).
Ia menjabarkan, perdebatan itu muncul antara negara berkembang dan negara maju yang menjadi anggota Konvensi Minamata. Negara maju, ujar dia, meminta data yang lengkap dan alat ukur yang lebih banyak untuk melakukan evaluasi aksi pengurangan merkuri di negara-negara anggota.
Baca juga: COP-4 Minamata, Menuju Dunia Tanpa Merkuri
Sementara itu, negara berkembang masih belum mampu untuk mengikuti itu. Pasalnya, ada keterbatasan dana dan teknologi.
"Semoga efectiveness evaluation bisa kita selesaikan sekarang karena harus dilaksankaan 2023 mandat dari Konvensi Minamata," harap Vivien.
Seperti diketahui, COP-4 Minamata segmen kedua tengah berlangsung sejak 21 hingga 25 Maret 2022. Beberapa isu penting yang dibahas ialah mengenai tinjauan mengenai produk-produk bermerkuri, rencana effectiveness evaluation dan Deklarasi Bali.(OL-5)
Upaya Indonesia untuk Mengurangi dan Menghapus Merkuri 1. Membangun fasilitas pengolahan emas non-merkuri. 2. Melakukan pemulihan lahan terkontaminasi merkuri.
Selain itu, terdapat sejumlah hal yang akan dibahas di COP-4.2 nanti. Diantaranya mengenai program kerja dan anggaran agenda penghapusan merkuri di 2022.
Saat ini, terdapat 135 negara pihak yang menjadi anggota Konvensi Minamata. Salah satu faktor penyebab masih beredarnya merkuri ini adalah melalui jalur perdagangan ilegal.
Indonesia bisa menunjukkan kepemimpinan di dunia internasional dalam persoalan lingkungan.
Banyak hal yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut, salah satunya menentukan kesepakatan antarnegara untuk nilai batas aman merkuri juga pendanaan
Sebagai tuan rumah G-20, bahwa Indonesia memiliki komitmen yang sangat kuat akan isu-isu pelestarian lingkungan.
Materi yang disampaikan pada Paviliun Indonesia antara lain terkait kebijakan penanganan merkuri & limbah B3, pengelolaan pariwisata di kawasan konservasi seperti TN Bali Barat dan TN Komodo.
"Contact group ini memang baru dibentuk dan sebelumnya belum ada. Jadi mereka membahas tentang batasan tingkat pencemaran yang ditimbulkan oleh merkuri,"
Indonesia memberikan semua dukungan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pertemuan ini dengan cara yang efisien dan memungkinkan partisipasi yang bermakna dan setara dari negara peserta
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved