Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Penting Diketahui Kondisi Kesehatan Paru pada Pasien Post Covid-19

Eni Kartinah
18/3/2022 10:47
Penting Diketahui Kondisi Kesehatan Paru pada Pasien Post Covid-19
dr. Amira Anwar, Sp.P, FAPSR, dokter spesialis paru dan pernapasan, di RS Pondok Indah, Pondok Indah, Jakarta.(Ist)

COVID-19 merupakan penyakit yang utamanya menyerang saluran pernapasan. Untuk menghindarinya, protokol kesehatan sepertimengenakan masker dan melakukan vaksinasi harus diterapkan.

Yang kerap menjadi pertanyaan, apabila seseorang sudah terinfeksi penyakit ini, bagaimana dampaknya pada sistem pernapasan? Dapatkah kondisi paru kembali seperti sediakala?

"Infeksi covid-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang,atau berat. Gejala klinis utama pada COVID-19 di antaranya adalah demam, sesak, lemas, nyeri otot, serta diare. Setiap pasien dapatmempunyai gejala yang berbeda," jelas okter spesialis paru dan pernapasan,  dr. Amira Anwar, Sp.P, FAPSR, dalam keterangan pers, Jumat (18/3).

"Terapi penanganan yang dilakukan pada pasien covid-19 disesuaikan dengan gejala dan hasil pemeriksaan dari pasien itu sendiri," jelas dr.Amira yang berpraktik di RS Pondok Indah, Pondok Indah, Jakarta.

Kesehatan paru pada pasien Post-Covid-19

Virus covid-19 kerap mengakibatkan jaringan parut atau kerusakan pada paru. Cedera pada paru inilah yang kemudian menyebabkan pasien post covid-19 dapat mengalami gejala atau gangguan pernapasan (pneumonia) yang menetap selama 4-12 minggu setelah terinfeksi covid-19.

Baca juga: Tes Antigen di Indonesia Harus Dilakukan Tenaga Profesional

"Bahkan pada beberapa pasien, dapat pula terjadi gejala post Covid-19 kronis sampai lebih dari 12 minggu," kata dr.Amira

Selain mengobati orang yang tengah terinfeksi, saat ini tenaga kesehatan juga menghadapi gejala-gejala post covid-19.

"Tak hanya pada seseorang yang sebelumnya bergejala berat saja, gejala-gejala post-covid-19 ini juga banyak dialami oleh seseorang yang pada saat terinfeksi hanya bergejala ringan, bahkan tanpa gejala apapun," tuturnya.

Gejala post covid-19 yang dimaksud antara lain batuk berdahak/kering, sesak napas, keterbatasan aktivitas, lekas lelah, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, perubahan rasa dan penciuman, perubahan mood, nyeri dada, tenggorokan sakit,sertaadanya kelainan pada hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi.

"Gejala yang paling banyak dikeluhkan adalah batuk serta hilangnya indra perasa dan penciuman sekitar 32%," kata dr.Amira

Untuk menegakkan diagnosis gejala post Covid-19 atau long covid, penyintas covid-19 disarankan untuk berkonsultasi ke dokter dan melakukan beberapa pemeriksaan seperti tes PCR ulang, pemeriksaan darah, radiologi, rekam jantung, dan pemeriksaan uji fungsi paru.

Pemeriksaan ini berguna untuk membantu menegakkan diagnosis, guna menangani gejala-gejala post covid-19 yang masih dirasakan.

Menurut dr.Amira, ada tiga faktor yang mempengaruhi risiko kerusakan paru pada pasien post covid-19, yakni:

Pertama. Tingkat keparahan penyakit. Apakah pasien mengalami gejala ringan, sedang, atau berat ketika terinfeksi covid-19. Pasien dengan gejala ringan cenderung lebih jarang memiliki cedera/parut yang bertahan lama di jaringan paru

Kedua. Kondisi kesehatan. Apakah pasien memiliki penyakit komorbid seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau penyakit jantung yang dapat meningkatkan risiko penyakit bertambah parah.

Orang yang berusia lanjut juga lebih rentan mengalami kasus covid-19 yang parah.Hal ini terkait dengan jaringan paru yang sudah mengalami penuaan (degeneratif) sehingga kondisinya lebih tidak fleksibel jika dibandingkandenganjaringan paru pada seseorang yang berusia lebih muda.

Ketiga• Tindakan pengobatan. Pemulihan pasien dan kesehatan paru-paru jangka panjang akan bergantung pada jenis perawatan apa yang mereka dapatkan, dan seberapa cepat pengobatan dilakukan.

Pada pasien dengan gejala berat, perawatan yang tepat selama di rumah sakit dapat meminimalkan kerusakan paru-paru.

"Selain itu, ada enam kelompok yang rentan terhadap post covidD-19 syndrome, yaitu jenis kelamin perempuan, usia di atas 50 tahun, memiliki lebih dari limagejala ketika terinfeksi, etnis kulit putih, mempunyai komorbid, dan obesitas," papar dr.Amira.

Pasien dengan sindrom pernapasan post covid-19 ini biasanya akan diberikan dua jenis terapi, yakni:

•Terapi farmakologis (obat-obatan). Pasien diobati sesuai gejalauntuk mengurangi batuk dan sesak,serta diberikan vitamin.

•Terapi non-farmakologis, seperti rehabilitasi paru (fisioterapi), terapi oksigen, psikoterapi, olahraga sesuai kemampuan, dan nutrisi.

"Karenanya, pasien sangat disarankan untuk berkonsultasi ke dokter dan melakukan evaluasi pada satu, tiga, dan enam bulan selepas dinyatakan sembuh dari covid-19," jelasnya.

Tips meminimalisir kerusakan paru

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kerusakan paru-paru.

Pertama, hindari kemungkinan terpapar virus dengan menerapkan 5M, yakni menjaga kebersihan tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Apalagi jika Anda memiliki penyakit komorbid.

Seseorang dengan komorbid sebaiknya sebisa mungkin mengelola dengan baik masalah kesehatannya. Jaga kadar gula darah agar tetap terkontrol, rutin meminum obat apabila ada masalah jantung, dan lain sebagainya.

Kedua, jalani gaya hidup sehat dengan pola makan tepat dan konsumsi air yang cukup. Tetap konsumsi makanan bergizi seimbang untuk menjaga kesehatan tubuh dan imunitas secara keseluruhan.

Hidrasi yang tepat dapat mempertahankan volume darah dan selaput lendir yang sehat dalam sistem pernapasan. Hal ini dapat membantu tubuh melawan infeksi dan kerusakan jaringan dengan lebih baik.

Ketiga. selain itu, hindari merokok, rokok elektrik, atau paparan terhadap asap rokok dan polusi udara. Jangan lupa, lakukan vaksinasi COVID-19 dan lengkapi hingga booster¬-nya, untuk semakin memperkuat imunitas.

"Covid-19 lebih banyak menyebabkan kelainan di paru .Bahkan, gejala yang dirasakan dapat menetap pada masa post covid-19," katanya. 

"Virus penyebab covid-19 juga dapat menyebabkan kerusakan pada organ lain yaitu jantung, ginjal, sistem saraf, dan kelainan pada darah, jelas dokter dari RS Pondok Indah, Jakarta ini.

Pemulihannya bisa jadi tidak sebentar. "Oleh karena itu, konsultasi setelah terinfeksi covid-19 sangat diperlukan, terutama pada pasien-pasien yang memiliki komorbid, agar para penyintas covid-19 dapat kembali pulih sepenuhnya dan melakukan aktivitasnya kembali seperti semula," ucap dr.Amira. (Nik/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik