Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PENYELENGGARAAN model pembelajaran hibrid di perguruan tinggi akibat pandemi covid-19 saat ini harus dipastikan terjamin mutunya seperti halnya pada pembelajaran tatap muka. Diakui ada sejumlah tantangan yang dihadapi dapat mengukur mutu pembelajaran hibrid.
Menurut Pelaksana Tugas Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Diktiristek Kiki Yulianti, tantangan pertama yang harus dihadapi setiap perguruan tinggi yakni memastikan partisipasi mahasiswa dalam proses perkuliahan. “Kalau kita kuliah tatap muka biasa, kita bisa memperhatikan bahasa tubuh mahasiswa dan dapat menggiring kelas untuk fokus. Sementara ketika menggelar sinkronous, kita harus memastikan pembelajaran berlangsung maksimal,” ujar Kiki dalam keterangannya, Sabtu (5/2).
Tantangan selanjutnya adalah ketidaksiapan konten untuk dikirim secara daring. Kiki menuturkan, salah satu persoalan yang terjadi terletak pada hak kekayaan intelektual. Masih banyak dosen yang belum saksama memperhatikan konten yang diberikan berkaitan dengan hak kekayaan intelektual orang lain.
Karena itu, dosen didorong tidak hanya mengkreasikan konten yang baik, tetapi juga memperhatikan berbagai konten milik orang lain yang diambil. Mengenai konten, dosen juga didorong mengembangkan bahan ajarnya secara kreatif dan inovatif. "Model pembelajaran hibrid harus tetap dipastikan dapat mencapai kolaboratif dan partisipasi aktif mahasiswa," tegasnya.
Tantangan selanjutnya adalah kurangnya titik akses teknologi modern. Dalam hal ini, imbuhnya, dosen acapkali sulit memastikan kapan mahasiswa dapat mengakses suatu layanan daring. “Kita harus punya tools yang bisa memperkirakan itu sehingga jaringan kita bisa lebih siap,” imbuhnya.
Ditjen Diktiristek sendiri tengah menyusun Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti) terbaru. Pada standar terbaru dinyatakan bahwa pembelajaran di perguruan tinggi dilakukan dalam tiga model, yaitu jarak jauh, tatap muka, dan blended (bauran).
Untuk itu, Ditjen Diktiristek melalui SN Dikti terbaru akan meminta setiap perguruan tinggi menyiapkan akses memadai bagi pembelajaran sepanjang waktu, baik bagi dosen dan mahasiswa di manapun mereka berada.
“Perguruan tinggi harus menjamin akses pembelajaran, baik dosen dan mahasiswa dari manapun mereka berada bisa dilakukan sepanjang waktu. Artinya jika ada perpustakaan yang masih belum mengizinkan akses dari luar kampus, mestinya kita harus atur sedemikian rupa,” paparnya.(H-1)
Peluang kerja yang minim di Indonesia juga menjadi salah satu faktor para pemuda Indonesia lebih fokus mencari pekerjaan hybrid
Database as a Service (DBaaS) digunakan untuk menyimpan serta mengatur data sensitif
Dengan mengintegrasikan SAP Datasphere, Confluent menghadirkan platform data streaming cloud-native untuk menghubungkan dan memproses data sistem SAP secara real time.
Cloud computing menghadirkan kapasitas, elastisitas, otomatisasi, dan ketersediaan sesuai permintaan, memberdayakan bisnis besar dan kecil untuk berjalan secara modern dan cepat.
Gaya kerja hybrid akan menjadi gaya kerja tetap, dengan banyaknya orang yang mulai bekerja di lingkungan kerja hybrid.
Saat pandemi membuat pendidikan jarak jauh sebagai pilihan dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.Era sekarang digitalisasi pendidikan tidak bisa dihindari.
STIH Adhyaksa telah menjalin kerja sama pula dengan Pemerintah Daerah Probolinggo dan dalam waktu akan menjalan kerja sama dengan Pemerintah Daerah Lahat.
Infrastruktur kampus harus mendukung proses belajar yang adaptif, berbasis teknologi, dan kolaboratif sehingga mampu mencetak lulusan yang siap bersaing secara global.
Menurutnya, pendekatan link and match amat penting agar mahasiswa dan alumni UBSI dapat terserap dengan baik di pasar kerja, terutama dalam skala internasional.
Ajang ilmiah internasional bergengsi ini menjadi puncak rangkaian WSEEC ke-5 yang mengusung format hybrid untuk menjangkau peserta global secara inklusif.
Di era disrupsi ini, kecerdasan buatan, otomasi, dan teknologi digital telah mengubah peta pekerjaan. Banyak profesi bergeser atau hilang.
Kampus mencari siswa yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter etis, mampu berkomunikasi dengan baik, dan tangguh dalam menghadapi perubahan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved