Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
TABUNG silinder akrilik bening tak berhenti ditekan dalam kerumunan pameran. Tetesan cairan pekat pun perlahan membasahi gelas kaca yang ada di bawahnya.
Sekilas warnanya menyerupai teh celup yang biasa kita minum. Namun, itu bukan teh celup melainkan tetesan espresso yang keluar dari alat bernama aeropress seorang barrista. Aeropress merupakan salah satu dari banyaknya alat pembuatan kopi manual.
Cairan tersebut sekilas beraroma seperti buah nangka kering. Saat mulai masuk ke mulut rasa unik mulai menghinggapi siapa pun yang minum. Sedikit asam dan manis tetapi tidak pahit.
"Berasa manis-manis di lidah ya?" tanya Ramdhani, salah satu pengunjung tenan Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan di Festival PeSoNa Kopi Argoforestry 2022, Selasa (25/1). Berbeda dengan pengunjung lain, berbagai rasa yang mereka rasakan dilontarkan dengan spontan seperti rasa aneka buah-buahan, baik anggur, apel hijau, maupun jambu.
Pengunjung lain pun sempat menerka rasa yang mereka cicipi merupakan kopi berjenis robusta. Namun, ternyata yang mereka terka rupanya salah.
Kopi yang sang barista berikan sebagai sampel cicip tersebut merupakan seduhan kopi khas Kayong Utara, Kalimantan Barat. Kopi yang dipanen dari dataran rendah pesisir pantai perbatasan Indonesia ini cita rasanya mulai dikenal kembali sejak dipekerkenalkan oleh kelompok tani Cahaya Kayong Pontianak. Bukan arabika, bukan juga robusta, melainkan liberika yang populer sejak proses penyajian kopi ini diperbaiki dari hulu ke hilir.
"Saat 2017 saya masuk ke dunia perkopian. Ternyata kopi jenis Liberika kurang diminati di wilayah asalnya. Petani hanya tanam, panen dijual, dan enggak mau minum sendiri. Memang tidak enak dan ternyata ada yang salah sejak dari proses panen para petaninya," ungkap Gusti Iwan Darmawan, pemilik Kopi Jago Jalanan (Kojal).
Lelaki yang sempat berkecimpung di media itu menuturkan petani di wilayah Kayong Utara rupanya asal dalam mengolah biji kopi liberika. Begitu panen, biji langsung disimpan di karung tanpa dibersihkan dan akhirnya tumbuh jamur.
Padahal, seharusnya biji kopi yang dipetik harus segera dibersihkan dan dijemur hingga kering dalam kurun waktu yang sesuai standar baku mutu. Bahkan, petani kopi di wilayah tersebut cenderung asal dalam melakukan panen.
"Mereka memanen biji kopi yang masih mentah juga. Padahal biji kopi harus dipanen saat warnanya sudah merah," tutur Iwan.
Lelaki gondrong tersebut menjelaskan, perjuangan panjang menghidupkan jenis kopi liberika tidak mudah. Ia bersama rekan petani lain harus menyeberang Pontianak menuju Kayong Utara dengan jalur air menggunakan klotok setiap satu bulan sekali. Klotok merupakan alat transportasi air yang biasa digunakan untuk menyeberangi sungai di Kalimantan Barat.
Lahan hutan sosial mereka yang jauh dari rumah terus digarap sambil mengajak warga sekitar suka menikmati kopi liberika. Sejak 2019, barulah liberika digemari di wilayah asal bahkan sudah masuk ke industri kedai kopi lokal setempat.
"Memang pengolahannya agak sulit. Namun para petani dengan sabar mau mengubah mindset mereka hingga akhirnya berhasil masuk pasar," kata dia.
Kopi liberika kayong utara asal Kalimantan Barat rupanya pernah memecahkan rekor dan mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia untuk penjualan kopi liberika tertinggi pada 2021. Dalam lelang kopi yang digelar Kamus Kopi Indonesia, kopi liberika kayong utara terjual Rp8 juta per kilogram. Kopi asal Kalimantan Barat ini, karena ia nilai memiliki potensi, belum banyak dikenal oleh pecinta kopi di Indonesia.
"Jujur, saya speechless. Binggung mau bilang apa. Tapi intinya, saya bangga. Petani di Kayong Utara juga bangga atas hal ini," tandas dia. (OL-14)
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 bahwa kebun kopi terluas di Kalimantan berada di Kalbar yakni mencapai 12.000 hektare.
Media Indonesia melalui unit usaha penerbitannya, Media Indonesia Publishing, meluncurkan buku Jurnal Kopi Nusantara saat acara Festival Kopi Nusantara
Dengan besarnya potensi kopi di Indonesia, terbukalah peluang pasar kopi. Itu menjadi kesempatan emas bagi masyarakat Indonesia untuk berwirausaha di bidang perkopian.
Dari berbagai hasil survei dan data statistik yang ada, imbuhnya, minum kopi adalah tren yang menjamur di seluruh dunia.
Festival Pesona Kopi Agroforestry 2022 menyediakan fasilitas roasting untuk dipakai secara cuma-cuma dalam kegiatan Ekshibisi Kopi Roasting.
Dari 42 stan, diperkirakan ada sekitar 1.500 pengunjung selama tiga hari Festival Pesona Kopi Agroforestry, dengan nilai transaksi Rp800 juta sampai Rp1,2 miliar.
‘’Kolaborasi, termasuk dengan kerja sama dengan pihak swasta menjadi kunci untuk membangun sistem pengelolaan sampah yang efektif, bernilai ekonomis dan ramah lingkungan,”
KEPALA Subdit Ditjen KLHK Yuli Prasetyo Nugroho menuturkan terdapat beberapa kearifan lokal dari masyarakat adat yang dapat menjadi contoh dalam pengelolaan sampah sisa makanan (food waste).
Kayu itu dikumpulkan untuk kemudian direbus. Sebanyak 10 kg kayu mangrove, direbus dengan 10 liter air untuk menghasilkan 7 liter cairan tinta.
Program pembagian bibit pohon gratis yang digagas KLHK menjadi langkah penting dalam upaya pelestarian lingkungan di Indonesia.
Dalam mengelola sampah kemasan, GCPI bekerja sama dengan Indonesia Packaging Recovery Organisation (IPRO),
Pendanaan konservasi ini memerlukan anggaran besar sehingga memerlukan kontribusi semua pihak untuk menutup gap antara anggaran dengan kebutuhan yang tersedia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved