Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Perselingkuhan Bisa Sebabkan Trauma

Basuki Eka Purnama
08/1/2022 09:00
Perselingkuhan Bisa Sebabkan Trauma
Ilustrasi selingkuh(shutterstock)

PSIKOLOG dari Universitas Indonesia A Kasandra Putranto mengingatkan perselingkuhan dapat menyebabkan trauma bagi korban.

"Perselingkuhan dapat menyebabkan trauma. Mereka yang mengalami perselingkuhan ternyata memenuhi kriteria untuk gangguan stres pascatrauma (PTSD)," kata Kasandra saat dihubungi, Jumat (7/1).

Dia melanjutkan, berbagai masalah juga akan muncul sebagai respon emosional akibat perselingkuhan, antara lain banyak pikiran, gangguan makan dan tidur, suasana hati yang tidak menentu, masalah kesehatan, hingga depresi.  

Baca juga: Askara Parasady Dilaporkan terkait Dugaan Perselingkuhan dengan Anak Jenderal

Hal tersebut, kata Kasandra, menyebabkan beberapa terapis dan psikolog mulai menggunakan istilah Gangguan Stres Pascaperselingkuhan untuk menggambarkan kondisi mental mereka.

"Dampak yang dirasakan (oleh korban perselingkuhan) juga di antaranya menyalahkan diri sendiri dan merasa jika harga diri mereka rendah," imbuh dia.

Selain itu, Kasandra mengatakan perselingkuhan juga akan membawa dampak negatif terhadap anak. Menurutnya, anak yang orangtuanya selingkuh bisa sangat tertekan, stres, atau depresi.

"Perasan tertekan seperti ini bisa membuat si anak menjadi lebih pendiam, jarang bergaul, dan prestasi sekolahnya merosot," ujar Kasandra.

Sebaliknya, lanjut dia, anak juga bisa menjadi pemberontak. Jiwa labil seorang anak yang sedang depresi bisa menggiringnya ke dalam pergaulan yang salah dan membenci orangtua mereka.

Oleh karena itu, Kasandra juga mengingatkan pentingnya menjaga komitmen dalam hubungan agar tidak terjadi perselingkuhan.

Ada pun cara yang dapat dilakukan untuk menghindari perselingkuhan dalam hubungan, menurut Kasandra, di antaranya mewujudkan komunikasi secara transparan dan harmonis atas saling pengertian satu sama lain.

Kemudian, meningkatkan kekuatan dan ketahanan diri yang dilandasi konsep diri dan rasa percaya diri yang mantap.

"Kondisi ini dapat membantu dalam pengambilan keputusan secara tepat dan bertanggung jawab serta terhindar dari kemungkinan pengaruh negatif pihak lain," imbuh dia.

Tidak hanya itu, mengembangkan kontak sosial secara baik dan sehat baik di dalam maupun di luar keluarga juga penting dilakukan.

Sementara itu, jika menjadi korban, Kasandra juga membagikan tips yang dapat dilakukan untuk membantu pemulihan trauma pascaperselingkuhan, di antaranya mengatur tahapan penyembuhan, memperoleh kisah-kisah positif, menyadari dampak perselingkuhan, dan memilih jalan yang positif. 

"(Pemulihan) juga dapat dilakukan dengan menyusun rencana yang sehat dan produktif, hingga menjalankan proses terapi berkelanjutan," pungkasnya. (Ant/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya