DEPUTI Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Suprapto mengatakan edukasi dan sosialisasi literasi gizi di daerah membutuhkan keterlibatan tokoh setempat.
"Cara mengedukasi kepada masyarakat kadang-kadang mungkin perlu membutuhkan cara-cara dengan metode setempat. Kalau yang bicara orang Jakarta ke daerah Gorontalo, apalagi ke desa, itu menjadi berat. Jadi tanggung jawab untuk mengedukasi saya kira sangat penting kalau pakai bahasa daerah mereka, pakai cara mereka," kata Agus Suprapto dalam
acara Dialog Produktif Semangat Selasa bertajuk 'Bebas Stunting di Masa Pandemi', Selasa (30/11).
Menurut dia, edukasi lIterasi gizi sangat penting, agar masyarakat semakin memahami bahaya stunting dan mengetahui cara mencegah risiko stunting pada anak. Pihaknya juga meluruskan bahwa sasaran pencegahan stunting bukan hanya pada bayi dan balita saja, namun kelompok sasaran lainnya di antaranya remaja perempuan, calon pengantin, ibu hamil, dan bayi baru lahir.
"Ini yang harus diubah, orientasi stunting sebetulnya pada kelompok resiko yaitu remaja anemia, pasangan usia subur, ibu yang hamil, dan anak yang baru lahir," katanya pula.
Pelaksana Tugas Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Kartini Rustandi mengatakan masa pandemi COVID-19 berdampak pada meningkatnya persentase stunting pada anak. Namun detail persentase kenaikan stunting tersebut masih dihitung.
"Kalau kita bicara dampak pandemi, ada beberapa dampak, memang pasti ada dampaknya ya, berapa besarnya sedang di dalam beberapa kajian," kata Kartini. (Ant/OL-15)