Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Epidemiolog: Omicron Lebih Menular, Indonesia Harus Antisipasi Sedini Mungkin

Atalya Puspa
28/11/2021 14:00
Epidemiolog: Omicron Lebih Menular, Indonesia Harus Antisipasi Sedini Mungkin
Ilustrasi virus korona(CDC)

EPIDEMIOLOG dari Universitas Indonesia Iwan Ariawan menyerukan agar pemerintah Indonesia mengambil langkah antisipatif sedini mungkin untuk mencegah masuknya varian tersebut ke Indonesia.

"Yang harus kita lihat bagaimana mencegah supaya mutasi itu tidak masuk ke Indonesia. Dari luar negeri harus jaga perbatasan dan kalau perlu tutup akses dari negara-negara yang ada mutasi baru," kata Iwan, Minggu (28/11).

Ia mengungkapkan, selain pengawasan di pintu masuk, pemerintah dan semua elemen masyarakat juga harus memastikan bahwa upaya testing, tracing dan penerapan protokol kesehatan di dalam negeri berjalan dengan baik.

Pasalnya, ia menyatakan, ancaman varian baru bukan hanya berasal dari luar negeri saja, melainkan bisa muncul dari dalam negeri karena masifnya penularan.

"Kalau mencegah mutasi dalam negeri kita harus usahakan penularan kita rendah dan penerapan prokes dan gencar vaksinasi. Itu yang menjadi kuncinya," pungkas dia.

Seperti diketahui, pada 24 November 2021, Afrika Selatan dihebohkan dengan penemuan varian baru covid-19 bernama Omicron. Berdasarkan pengamatan sementara, varian tersebut bermutasi dengan cepat dan meningkatkan risiko reinfeksi dibandingkan dengan varian-varian sebelumnya. Sebagian ilmuwan mengatakan, Omicron lebih menular hingga 5x lipat dibanding varian sebelumnya dengan gejala tidak biasa.

WHO menyebut bahwa dari tes PCR yang dilakukan di Afrika Selatan, didapatkan bahwa saat ini semakin banyak varian Omicron yang ditemukan.

"Ada sejumlah penelitian yang sedang berlangsung dan TAG-VE akan terus mengevaluasi varian ini. WHO akan mengomunikasikan temuan baru dengan Negara Anggota dan kepada publik sesuai kebutuhan," ungkap WHO.

Berdasarkan bukti yang disajikan yang menunjukkan perubahan yang merugikan dalam epidemiologi covid-19, TAG-VE telah menyarankan WHO bahwa varian ini harus ditetapkan sebagai VOC, dan WHO telah menetapkan varian tersebut sebagai kelompok VOC. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya