Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
INDONESIA masih dihadapkan pada permasalahan besar stunting yang harus segera dituntaskan. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2019, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 27,67 persen.
Melihat keadaan ini, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berkolaborasi dengan Forum Rektor Indonesia dan Tanoto Foundation melaksanakan Simposium Nasional 2021 “Praktik Baik Percepatan Penurunan Stunting Melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi”.
Dalam Pembukaan Simposium Nasional, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengatakan ada beberapa propinsi dengan tingkat stunting tertinggi di Indonesia diantaranya adalah Aceh, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah & Sulawesi Tenggara.
Ditekankan pula bahwa pemberantasan stunting ini tidak hanya terletak pada pola konsumsi tetapi juga pembinaan keluarga mulai dari pembinaan pranikah kepada calon pasangan muda dan orang tua baru untuk membantu percepatan penurunan stunting harus semakin ditingkatkan.
Dengan adanya landasan hukum Perpres No. 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, maka diperlukan langkah-langkah yang cepat dan efektif untuk memenuhi target Presiden untuk menurunkan angka stunting hingga 14% di tahun 2024.
Menurut Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN, Prof. Rizal M. Damanik, stunting adalah ancaman bagi sumber daya manusia di Indonesia. Upaya pemberantasan stunting ini diharapkan dapat merangkul kalangan muda seperti mahasiswa maka itu BKKBN menargetkan akan merangkul lebih dari 4000 Perguruan tinggi untuk turut serta mensosialisasikan pemberantasan stunting.
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, menambahkan program sosialisasi dan edukasi tersebut akan berisi program optimalisasi 1000 hari pertama anak, pendampingan pra nikah, edukasi mengenai sanitasi air bersih, dan pola konsumsi. Salah satu bentuk kegiatannya adalah melalui program pengabdian masyarakat atau KKN Tematik, dimana para mahasiswa akan dilibatkan untuk melakukan pendampingan (coaching) pada masyarakat desa.
CEO Global Tanoto Foundation, J Satrijo Tanudjojo, dalam kesempatan yang sama menekankan bahwa stunting merupakan ancaman serius bagi Indonesia. Ia amat menyayangkan masyarakat, baik di daerah perkotaan, namun terlebih lagi di daerah-daerah terpencil, tidak menyadari bahwa mereka atau anak-anak mereka mengalami stunting.
“Tri Dharma perguruan tinggi mengajak kita semua untuk terjun ke masyarakat, langsung dan tidak langsung, untuk kepentingan masyarakat agar mereka bebas stunting,” ujarnya.
Melalui simposium ini, para pembicara sepakat bahwa permasalahan stunting ini harus diberantas dengan melibatkan semua kalangan masyarakat demi terwujudnya angka penurunan yang signifikan.
Pada Simposium Nasional Stunting 2021 ini, BKKBN bersama Forum Rektor Indonesia dan Tanoto Foundation juga meluncurkan e-book yang berjudul Praktik Baik: Percepatan Penurunan Stunting Melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi yang berisikan berbagai model-model praktik baik yang sudah dikembangkan oleh enam perguruan tinggi dalam upaya percepatan penurunan stunting. Buku ini dapat diakses secara gratis melalui https://sigap.tanotofoundation.org. (X-10)
Lulusan perguruan tinggi kini menjadi kelompok dengan angka pengangguran tertinggi, mencerminkan krisis kesiapan menghadapi dunia kerja.
Di Tenggarong, Kalimantan Timur, tepatnya di Desa Ponoragan, berdiri Rumah Anak SIGAP—sebuah ruang aman dan ramah anak yang mendukung tumbuh kembang anak
Belajar bersama anak menjadi wujud cinta seorang ayah di Hari Anak Nasional, menciptakan momen hangat, penuh makna, dan ikatan yang semakin erat.
Pemaparan ini dilakukan dalam Konferensi Regional Jaringan Asia-Pasifik untuk Anak Usia Dini (Asia-Pacific Regional Network for Early Childhood/ARNEC) 2025 yang baru saja diselenggarakan.
Nitya Ade Santi, doktor termuda IPB University, kembangkan metode deteksi dampak kebakaran hutan menggunakan citra satelit dan analisis multi-waktu.
Dengan peningkatan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat terus meningkatkan angka partisipasi sekolah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved