Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
ANGGOTA Satuan Tugas Covid-19 IDAI, Anggraini Alam menyebut bahwa tiga merek vaksin yang disiapkan untuk digunakan dalam program vaksinasi anak berusia 5-11 tahun, idealnya segera dilakukan bila tersedia.
"Ideal bila tersedia. Perlu perhatian, cakupan dewasa yang divaksin sudah oke atau belum di Indonesia?," kata Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI, Jumat (29/10).
Baca juga: Penelitian Terbaru, Antidepresan Kurangi Risiko Rawat Inap Pasien Covid-19
Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dan Perwakilan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Siti Nadia Tarmizi menyebut vaksin untuk anak Usia 5-11 tahun belum selesai dilakukan uji klinik dan kajian oleh Badan POM.
"Saat ini belum selesai uji kliniknya ya," kata Siti Nadia kepada Media Indonesia, Kamis (28/10)
Terkait apakah ketiga vaksin itu yang akan digunakan dalam program vaksinasi anak berusia 5-11 tahun. Tentunya, lanjut Nadia Badan POM yang akan mengeluarkan rekomendasi pengunaan EUA tersebut.
"Juga kajian dari Badan POM karena info tersebut nanti akan ada setelah Badan POM mengkaji dan memberikan rekomndasi penggunaan EUA nya," jelasnya.
Sebelumnya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut vaksin yang berpotensi untuk diberikan kepada anak-anak berusia 5-11 tahun dan sedang diuji klinik adalah Sinovac, Sinopharm dan Pfizer.
Apalagi, lanjutnya pemerintah masih menunggu hasil uji klinik ketiga vaksin tersebut untuk diberikan kepada anak-anak.
"Untuk emergency use authorization sekarang sedang bekerja sama dengan BPOM, juga untuk memastikan bahwa kita bisa mengeluarkan (izin) sesegera sesudah di negara asal ketiga vaksin tersebut Sinovac, Sinopharm dan Pfizer bisa digunakan untuk anak-anak usia 5 sampai 11 tahun," papar Budi.
Pihaknya menargetkan vaksinasi covid-19 untuk anak usia 5-11 tahun dapat dilaksanakan pada 2022.
"Rencananya kalau itu (vaksin) sudah keluar hasil uji klinisnya, kita bisa mulai digunakan di awal tahun depan," terangnya Budi.
Diketahui salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi pandemi virus korona adalah dengan melakukan vaksinasi covid-19. Vaksin dapat meredam virus SARS-CoV-2 karena dapat menciptakan herd immunity atau kekebalan kelompok.
Menurut World Health Organization (WHO) kekebalan kelompok yang juga dikenal sebagai kekebalan populasi, adalah konsep yang digunakan untuk imunisasi, di mana suatu populasi dapat terlindung dari virus tertentu jika ambang cakupan imunisasi tercapai. Kekebalan kelompok tercapai dengan cara melindungi orang dari virus, bukan dengan cara memaparkan orang terhadap virus tersebut.
Lebih lanjut dikatakan bahwa vaksin melatih sistem imun untuk menciptakan protein yang dapat melawan penyakit, atau yang disebut antibodi. Seperti jika seseorang terpapar suatu penyakit, cara kerja vaksin tanpa membuat rasa sakit. Orang yang telah diimunisasi terlindung dari penyakit tersebut dan tidak dapat menyebarkannya, sehingga dapat memutus mata rantai penularan.
Ilmuwan WHO Dr. Soumya Swaminathan mengatakan virus SARS-CoV-2 adalah virus yang sangat mudah menular. Oleh sebab itu, dibutuhkan setidaknya 60-70% dari populasi untuk memiliki kekebalan agar benar-benar memutuskan rantai penularan.
Pasalnya, jika hal ini dibiarkan terjadi secara alami (virus hilang dengan sendirinya) akan memakan waktu lama. Tak hanya itu, dampak terburuk akan menyebabkan banyak kerusakan lain. Bahkan jika 1% orang yang terinfeksi pada akhirnya meninggal dunia, maka ini bisa bertambah menjadi sejumlah besar orang, jika dilihat berdasarkan populasi global.
“Karena dengan vaksin kita bisa mencapai imunitas dan herd immunity dengan aman. Sedangkan melalui infeksi alami akan membutuhkan biaya dan manusia yang banyak. Dan tentu saja, pilihan yang lebih baik adalah melakukannya melalui vaksin,” jelas Soumya.
Oleh sebab itu, menurutnya yang harus dilakukan saat ini untuk membantu memperlambat penularan, mengendalikannya, bahkan menahannya adalah dengan langkah-langkah sosial seperti jarak fisik, memakai masker saat berada di tempat ramai, dan sering mencuci tangan.
Tiga hal ini sejalan dengan upaya yang terus dilakukan pemerintah, yaitu 5M protokol kesehatan. Sejak awal pandemi, prokes terus diingatkan agar menjadi sebuah kebiasaan baru bagi masyarakat dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun berada.
“Anda juga dapat mendeteksi dan mendiagnosis orang, mengisolasi mereka, kemudian menguji kontak dan karantina mereka. Ini adalah langkah-langkah yang telah terbukti berhasil. Memang kerja keras yang sulit untuk diterapkan, tetapi layak dilakukan karena dengan begitu bisa menyelamatkan nyawa sampai saat kita memiliki obat-obatan yang lebih efektif untuk mengobati penyakit ini dan, tentu saja, vaksin yang aman dan efektif,” lanjut Soumya.
Kepala Peneliti WHO ini menambahkan berdasarkan survei seroprevalensi mengindikasikan bahwa di sebagian besar negara, penduduk yang telah terinfeksi covid-19 masih berjumlah di bawah 10%. Data penelitian-penelitian seroprevalensi dari seluruh dunia pun mengindikasikan kurang dari 10% subjek penelitian pernah mengalami infeksi, yang berarti sebagian sangat besar penduduk dunia masih rentan terhadap virus ini.
“Jadi mencapai kekebalan kelompok dengan vaksin yang aman dan efektif membuat penyakit semakin jarang dan menyelamatkan nyawa,” demikian penjelasan WHO. (OL-6)
Vaksinasi shingrix terbukti sangat efektif mencegah cacar api dan neuralgia pada pasien yang sudah terkena cacar api.
Vaksinasi BCG pada anak di negara-negara yang tinggi angka TB efektif untuk mencegah penyakit TB yang berat seperti TB di selaput otak, atau TB milier yang dapat menyebabkan sesak napas.
Demam setelah imunisasi pada anak adalah salah satu efek samping yang sering terjadi dan menjadi kekhawatiran banyak orang tua.
Inggris menjadi negara pertama di dunia yang memvaksinasi IMS gonorea, yagn difokuskan pada pria gay dan biseksual.
Vaksin HPV memberikan kesempatan bagi tubuh untuk membangun respon imunitas terhadap beberapa tipe HPV.
Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada 2024 adalah 87,3% dan antigen baru seperti PCV dan RV adalah 86,6%. Cakupan ini masih di bawah target untuk terbentuknya herd immunity.
ASUPAN protein hewani merupakan hal yang tidak boleh disepelekan dalam mendukung pertumbuhan anak. Kandungan asam amino lengkap di protein hewani tak bisa digantikan.
Berdasarkan data terbaru IDAI tahun 2024, sekitar 50 ribu bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan setiap tahunnya, dengan 12 ribu kasus di antaranya tergolong kritis.
Intervensi dini memang menjadi fondasi utama dalam penanganan anak dengan autism spectrum disorder (ASD).
MENJELANG masa arus mudik Lebaran, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan para orangtua mengenai pentingnya antisipasi risiko kesehatan anak.
IKATAN Dokter Anak Indonesia (IDAI) membagikan rekomendasi kepada masyarakat yang membawa anak pergi mudik menggunakan transportasi umum.
Komponen CKG yang bervariasi cukup lengkap untuk membantu pencegahan dini penyakit tidak menular terutama pada anak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved