Menuju Indonesia Emas 2045 melalui Pendidikan Anak Usia Dini

Mediaindonesia.com
22/10/2021 11:10
Menuju Indonesia Emas 2045 melalui  Pendidikan Anak Usia Dini
(DOK TANOTO FOUNDATION)

PADA Kamis, 21 Oktober 2021 Tanoto Foundation berkolaborasi dengan lembaga pemerintahan melalui webinar. Webinar menghadirkan pembicara dari kalangan pemerintah, pakar, praktisi, akademisi dan orangtua sebagai agensi aktif merealisasikan pendidikan dan pengembangan anak usia dini bagi perkembangan anak indonesia. Webinar ini membahas lebih lanjut mengenai betapa pentingnya Early Childhood Development Index (ECDI) 2030, Komitmen bersama mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Masih banyaknya anak-anak usia dini di Indonesia yang memiliki kemampuan numerasi dan literasi lebih rendah dari tingkat kemampuan yang seharusnya menjadi salah satu tantangan yang harus dilalui bangsa Indonesia. Hal ini bukannya tanpa sebab, ada banyak faktor antara lain mulai dari kurang baiknya pola asuh dirumah hingga kurangnya asupan nutrisi terhadap anak serta diperparah dengan terbatasnya akses PAUD yang berkualitas. 

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018, yang dilakukan BALITBANG Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, skor rata-rata kemampuan literasi dan numerasi anak usia 36-59 bulan di Indonesia hanya mencapai angka 64,6. Skor ini merupakan skor paling rendah jika dibandingkan dengan skor kemampuan lainnya.

Masalah pola asuh ini tidak hanya menjadi masalah orangtua semata. Pemerintah juga memiliki peran yang sangat krusial melalui berbagai kebijakan strategis yang dapat mendorong terbentuknya pola pengasuhan anak usia dini yang berkualitas. 
 
Untuk mencapai Indonesia Emas memerlukan waktu yang tidak sebentar, menurut  Koordinator Tim Ahli Sekretariat Nasional SDGs/ BAPPENAS, Dra. Nina Sardjunani. “Bahkan siklus dimulai sejak seseorang menginjak usia remaja untuk putri, di mana harus dipastikan dia sehat dengan status gizi yang baik, tidak kekurangan zat besi. Kemudian memasuki tahap pernikahan dan kehamilan, di mana sebelum anak itu lahir, synapsis  dalam otak manusia itu sudah bersambungan. Penginderaan anak itu sudah berkembang. Kognitif anak dibentuk sejak dalam janin (3 bulan sebelum kelahiran) dan berada pada puncak nya saat berusia 6 tahun,” ujarnya.

Head of ECED Tanoto Foundation, Eddy Henry Eddy Henry mengatakan 1.000 hari pertama kehidupan sangat penting untuk mengurangi tingkat stunting. "Pendidikan anak usia dini ini amat berpengaruh untuk masa depan anak. Seperti diketahui sampai usia 3 tahun otak anak sudah mencapai 80% otak dewasa dan saat berusia 5 tahun sudah mencapai 90% otak dewasa.”

Untuk itu diperlukan suatu instrumen yang mengukur pencapaian tumbuh kembang anak usia dini di Indonesia. Agar pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan bisa menentukan langkah-langkah yang tepat dalam membentuk generasi masa depan yang berkualitas. Sehingga dapat membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan unggul. Instrumen pengukuran tersebut kini dihadirkan oleh UNICEF dalam Early Childhood Development Index (ECDI) 2030.

ECDI 2030 sendiri adalah produk dari proses panjang yang dimulai UNICEF sejak 2015. Pada 2020, atas dukungan Tanoto Foundation, Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan UNICEF Indonesia, dilakukan analisis data ECDI dengan memanfaatkan data Riskesdes 2018 yang terintegrasi dengan data Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2018.

Nugroho Warman (Education Specialist, UNICEF) menyebutkan bahwa ECDI 2030 adalah Sebuah alat ukur yang biasa dipakai untuk di tingkat populasi anak-anak, baik di tingkat nasional maupun internasional. Alat ukur ini biasa dipakai untuk mengukur kesehatan, domain pembelajaran dan kesejahteraan psikososial anak-anak. Untuk melihat sampai di mana tahap perkembangan anak-anak di tingkat populasi.

ECDI 2030  menjadi instrumen ukur yang sangat cepat (secara waktu pengambilan datanya). Waktu yang dibutuhkan hanya 5 menit. Orangtua akan diberikan 20 pertanyaan yang sudah tervalidasi terkait dengan situasi keseharian, kemampuan dan pengetahuan yang sudah dimiliki anak. Melalui ECDI 2030 orangtua diajak untuk menjadi aktif untuk mengobservasi tumbuh kembang anaknya.

Dalam kesempatan yang sama, Bheta Arsyad (Education Specialist, UNICEF) memaparkan ada beberapa tantangan yang terjadi di lapangan. Yaitu responden tidak menjawab dengan benar, lengkap, jujur, dan objektif. Terkadang survei dianggap debt collector atau kurang penting. Serta tidak dijawab dengan ikhlas. Oleh sebab itu dibutuhkan kampanye dan sosialisasi yang efektif serta disesuaikan dengan konteks masyarakat. Untuk ECDI 2030 agar mudah dipahami oleh masyarakat. 

ECDI 2030 sendiri bertujuan untuk mengukur pencapaian perkembangan anak pada usia 24-59 bulan. Dan melihat apakah pencapaian perkembangan anak pada usia itu sudah sesuai dengan perkembangan usia mereka dan apakah mereka sudah siap belajar.

Ke depannya ECDI 2030 ditargetkan bisa diimplementasikan secara keseluruhan di Indonesia dan akan diintegrasikan ke dalam SUSENAS 2022 dengan menggandeng Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Diharapkan nantinya ini dapat dimanfaatkan oleh kementrian/lembaga maupun pemerintah daerah dan pusat untuk menyusun kebijakan program terkait dengan pengembangan anak usia dini. 

Hasil dari ECDI 2030 menjadi sangat penting  tidak hanya bagi pemerintah sebagai pembuat regulasi, namun juga bagi berbagai organisasi non pemerintahan yang fokus pada masalah tumbuh kembang anak. Hingga kepada orangtua dan tentunya penerima manfaat terbesar adalah anak-anak yang akan menentukan masa depan Indonesia, menuju Indonesia Emas 2045. (OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya