Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Wajah Sarjana di Masa Pandemi

Ferdian Ananda
30/9/2021 11:21
Wajah Sarjana di Masa Pandemi
Wisuda Pascasarjana, Sarjana dan Ahli Madya ke 58 secara luring/offline Universitas Tidar Magelang, Jawa Tengah.(MI/Dok Untidar)

HARI Sarjana Nasional akan diperingati pada 29 September mendatang. Seperti apa potret sarjana kita di masa pandemi covid-19 ini?

Pakar pendidikan yang juga Guru Besar Bidang Ilmu Politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Prof Cecep Darmawan menyampaikan, pandemi covid-19  membawa dampak perubahan terhadap sistem kehidupan manusia, termasuk dunia pendidikan.

Dalam dunia pendidikan, misalnya, tidak hanya cara-cara konvensional pembelajaran yang berubah menjadi sistem pendidikan jarak jauh (PJJ) tetapi juga pola pikir pelajar dan mahasiswa harus turut menyesuaikan.

Baca juga: Tidak Ciut Menggapai Langit

"Pendidikan mengalami disrupsi, artinya kita sebagai sumber daya pendidikan pun pelaku-pelaku pendidikan itu juga harus menyesuaikan diri, adaptasi, harus punya tingkat adaptabilitas yang baik, tinggi tanpa ada adaptasibitas seperti itu ya sulit pendidikan kita maju," kata Prof Cecep kepada Media Indonesia, Rabu (22/9).

Di tengah disrupsi ini, Ketua Prodi  PKN Magister dan Doktor UPI 2020-2024 itu mengatakan, peran regulator pendidikan menjadi penting. Mereka harus sigap merespons masalah, khususnya yang muncul karena imbas kebijakan pemerintah di bidang pendidikan.

"Meskipun niat Kemendikbud-Ristek bagus namun karena latar belakang bukan dari pendidikan sehingga kebijakan terkesan semrawut dalam penataan sistem pendidikan," ujarnya.

Menurutnya, para sarjana yang lulus di masa pendemi tumbuh dalam teknologi selama mereka melakukan perkuliahan jarak jauh (PJJ), sebagai bagian dari adaptasi mereka di new normal. 

Sayangnya, kata Cecep, tidak semua dari mereka beruntung sebab masih ada beberapa wilayah yang fakir internet. 

Kalau ditanya seperti apa nasib sarjana kita pascapandemi ini, Cecep berharap tidak ada profil kompetensi lulusan yang menurun. "Kalaupun ada jangan terlalu jauh," terangnya.

Untuk mengetahui sejauh mana potensi learning loss itu, Cecep menilai, perlu dilakukan penelitian untuk mengungkapnya sehingga bisa disiapkan solusi. 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2020 menyebutkan, kondisi angkatan kerja di Indonesia saat ini 56,85% berpendidikan SD/SMP sederajat, 30,16% berpendidikan SMA/SMK sederajat, dan 13,02% berpendidikan Diploma ke atas.

Dari total 136 juta angkatan kerja sebanyak 7 juta merupakan pengangguran. Bahkan selama pandemi, jumlah pengangguran ditaksir meningkat menjadi sekitar 8 sampai 10 juta orang.

Dengan estimasi jumlah angkatan kerja baru yang setiap tahunnya mencapai angka 3 juta, sahut Cecep, itu artinya pemerintah punya tanggung jawab menyiapkan lapangan kerja bagi sedikitnya 8 juta orang. 

"Oleh karenanya, terobosan dengan membuka lapangan kerja baru sangat diperlukan,” pungkasnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya