Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Crypto Utility Diluncurkan untuk Kendalikan Perubahan Iklim

Atalya Puspa
11/9/2021 09:55
Crypto Utility Diluncurkan untuk Kendalikan Perubahan Iklim
PENGURANGAN EMISI: Mencari celah karbon lokal. Pesona di Luweng Jomblang, Semanu, Gunung Kidul.(ANTARA/ Sigid Kurniawan)

INDONESIA memiliki target nasional pengurangan emisi negara ini atau nationally determined contribution (NDC) sebesar 29% dengan upaya sendiri dan 41% dengan bantuan internasional di 2030.

Berkaitan dengan itu, berbagai upaya dilakukan oleh banyak pihak untuk mencapai target tersebut, salah satunya yakni Melchor Group. Perusahaan tersebut meluncurkan crypto utility roxi yang merupakan bagian dari upaya pelestarian lingkungan dengan pendekatan ekonomi dan teknologi digital.

Melalui teknologi emission accounting, forest monitoring, blockchain artificial intelligance, dan crypto utility tersebut, CEO Melchor Group Peter F. Gontha mengungkapkan, pihaknya menghadirkan gagasan baru tentang penghitungan restorasi hutan serta penyerapan, perhitungan, dan perdagangan karbon yang sesuai dengan kompatibilitas dan standar nasional Indonesia yang ditetapkan pemerintah.

"Melalui kombinasi pendekatan ekologis, teknologi dogital, dan ekonomi cypto utility maka lahirlah sebuah prakarsa baru yang futuristik," kata Peter di Jakarta Selatan, Jumat (10/9).

Ia mengungkapkan, cripto utility ini diharapkan dapat digunakan dalam 12 bulan ke depan. Adapun, Peter menjelaskan, pihaknya akan melakukan penghitungan karbon dalam lahan yang dimiliki masyarakat. Nantinya, pemilik lahan bisa meregistrasikan lahannya, dan mendapatkan koin roxi.

"Apa yang kita lakukan agar supaya semua mendapatkan koin dari roxi. Akan diberikan kepada masyrakat dan ada harganya, dan uang yang dia dapatkan dari perdagangan itu dapat dipakai untuk merestorasi, menjaga, dan menanam kembali hutannya. Orang-orang tersebut nanti akan mendapatkan US$3-10 pertahunnya," beber dia.

CEO Jejak.in Arfan Arlanda mengungkapkan, dengan adanya perencanaan mengenai pengelolaan lahan di awal, diharapkan pemilik lahan dapat mengetahui berapa kemampuan serapan air dari suatu area, kualitas udara, kualitas karbon, potensi penyerapan karbon, dan pencegahan kebakaran hutan.

Dengan adanya pemantauan yang dilakukan melalui platform online, diharapkan pula pemilik lahan dapat lebih bertanggung jawab dalam melakukan pengelolaan lahan.

"Jadi waktu lahan tersebut dikoinkan, kadar karbinnya masih rendah. Saat mereka melakukan restorasi, kualitas hutannya akan meningkat. Lalu jika mereka offsite, maka harga karbon pengalihnya akan tinggi dan keuntungannya akan dialihkan ke sosial," ucap dia. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik