DALAM menanggapi ramainya pemberitaan terkait vaksin Nusantara, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menegaskan bahwa vaksin Nusantara buatan dr Terawan hanya dapat diakses oleh masyarakat dalam bentuk pelayanan berbasis penelitian secara terbatas, namun tidak bisa dikomersialkan.
Ia menyatakan, vaksin Nusantara tidak dapat dikomersialkan karena bersifat individual (autologus). Sel dendritik bersifat autologus artinya dari materi yang digunakan dari diri kita sendiri dan untuk diri kita sendiri, sehingga tidak bisa digunakan untuk orang lain. Jadi, produknya hanya bisa dipergunakan untuk diri pasien sendiri.
"Masyarakat yang menginginkan vaksin Nusantara atas keinginan pribadi, nantinya akan diberikan penjelasan terkait manfaat hingga efek sampingnya oleh pihak peneliti. Kemudian, jika pasien tersebut setuju, maka vaksin Nusantara baru dapat diberikan atas persetujuan pasien tersebut," kata Nadia dalam keterangannya Sabtu (28/8)
Menurutnya, hal tersebut sudah berdasarkan nota kesepahaman atau MoU antara Kementerian Kesehatan bersama dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM), dan TNI Angkatan Darat pada April lalu terkait dengan ‘Penelitian Berbasis Pelayanan Menggunakan Sel Dendritik untuk Meningkatkan Imunitas Terhadap Virus SARS-CoV-2’.
Diketahui sejauh ini ada yang sudah lolos uji terhadap beberapa kombinasi jenis vaksin untuk 1 orang penerima atau praktik mixing vaccine. Khusus praktik mixing vaccine di Indonesia sejauh ini Kementerian Kesehatan hanya menetapkan peruntukannya untuk booster dosis ketiga bagi tenaga kesehatan.
"Hal ini mengingat jenis vaksin Sinovac yang diterima oleh tenaga kesehatan pada dua dosis pertama saat ini juga dialokasikan untuk populasi khusus misalnya untuk anak, ibu hamil, maupun menyusui," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito.
Untuk beberapa jenis vaksin yang sudah lolos uji, diantaranya percampuran antara AstraZeneca dan Pfizer di Jerman, AstraZeneca dan Sputnik di Azerbaijan, Sinovac dan AstraZeneca di Thailand, dan Sinovac dan Moderna di Indonesia.
"Jenis vaksin yang dapat dikombinasikan ini dapat dinamis seiring berkembang uji lanjutan lainnya," lanjutnya. (H-2)