Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
DOKTER Spesialis Paru Faisal Yunus menjelaskan badai sitokin disebabkan pasien covid-19 mengalami inflamasi atau peradangan yang terlalu berat.
Apabila tubuh mengalami peradangan dan perlahan menyebar, kemudian berpotensi muncul badai sitokin. "Ini terjadi pada orang dengan infeksi yang berat. Untuk infeksi ringan atau sedang tidak terjadi badai sitokin," ujar Yunus saat dihubungi, Senin (23/8).
Munculnya infeksi tersebut dipengaruhi banyak faktor. Seperti, jumlah virus di dalam tubuh pasien covid-19. Semakin banyak virus, potensi terjadi badai sitokin pun semakin besar. Faktor lain yang memengaruhi ialah daya tahan tubuh.
Baca juga: Deddy Corbuzier Berada di Ambang Hidup dan Mati Karena Covid-19
"Meski rajin olahraga, rutin minum vitamin dan makan dengan gizi seimbang, tidak menjamin bebas dari badai sitokin. Mungkin pada saat itu daya tubuh menurun karena kurang tidur, kurang istirahat, cemas dan lainnya," papar Yunus.
"Walaupun olahraga, sewaktu-waktu pasien keletihan. Cemas lalu daya tahan menurun dan jumlah virus yang masuk ke tubuh banyak," tambahnya.
Setelah virus korona masuk ke dalam tubuh, akan di-scan sel darah putih. Virus tersebut kemudian akan dimakan. Alhasil, virus sulit dibunuh dan membuat sel darah putih bunuh diri. Lalu, muncul peradangan dalam tubuh.
Baca juga: Masih Ada 150 Juta Masyarakat Indonesia Belum Terima Vaksin Covid-19
Tidak terdeteksinya covid-19 saat tes antigen, lajut dia, disebabkan alat tes tersebut membutuhkan virus atau kuman yang banyak untuk menunjukkan hasil positif. Sehingga, itu tidak termasuk ciri momen badai sitokin.
"Antigen itu butuh jumlah kuman yang banyak baru menunjukkan hasil positif, sehingga kurang sensitif. Alat tes covid yang sensitif tentunya PCR," pungkas Yunus.
Akan tetapi, tes PCR tentu membutuhkan waktu lama lebih lama, setidaknya minimal 8 jam. Sementara, tes antigen hanya memakan waktu 15 menit. Jadi, secara teori antigen tergolong kurang sensitif.(OL-11)
Apakah Anda memiliki anggota keluarga yang mengidap demensia? Jika ya, Anda tidak sendirian. Saat ini, jutaan orang di seluruh dunia menghadapi tantangan merawat orang terkasih
Pengunjung juga dapat merasakan multi-sensory skin experience and personalize skin solution melalui ‘Skin Genome’, hingga perbaikan signifikan dengan perawatan dermatologis.
Celltech bertekad menjadikan Indonesia menjadi pusat Stem Cell dan anti aging Dunia.
Penerapan KRIS berpotensi akan terkendala dan menimbulkan akses layanan yang tidak berkeadilan.
Indonesia kehilangan devisa hingga Rp170 triliun per tahun karena banyaknya masyarakat yang berobat ke luar negeri. Industri kesehatan dalam negeri semakin dituntut untuk berinovasi.
Siloam Hospitals dan SingHealth menjalin kerja sama strategis yang bertujuan untuk memajukan perawatan kanker, penelitian klinis, dan pengembangan talenta medis.
DINAS Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menjelaskan tentang Covid-19 varian JN.1 memiliki ciri khas yang mudah terlihat dari lidah.
38 warga Jakarta positif covid-19 varian baru JN 1
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu mengingatkan masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi covid-19 baik dosis lengkap maupun booster.
SKEMA pendanaan pasien covid-19 bagi warga tidak mampu akan ditanggung oleh pemerintah melalui skema Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan.
Septiono Prayogo mengatakan terhitung mulai 23 Maret 2020 hingga hari ini 161.351 pasien telah menjalani perawatan di Wisma Atlet Kemayoran.
Movfor merupakan brand obat Molnupiravir pertama di Indonesia dan diciptakan khusus untuk penyembuhan covid-19.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved